Saset Jadi Penyumbang Sampah Plastik Terbesar di Indonesia

Kamis, 02 Mei 2024 - 23:29 WIB
loading...
A A A
Peneliti YPBB Fictor Ferdinand menyarankan selain pengurangan produksi kemasan saset, perlu dibarengi langkah bertahap mendukung sistem guna ulang sebagai solusi mengatasi krisis saset.

Menurutnya, langkah yang dilakukan bisnis guna ulang ini menjadi solusi nyata yang seharusnya dipilih oleh produsen alih-alih berfokus pada solusi semu. Saat ini terdapat regulasi yang mendukung sistem guna ulang yang tertuang pada Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2023 dan standar PR3 untuk menciptakan kerangka kerja bisnis guna ulang yang aman dan dapat diandalkan.

"Bisnis refill dan reuse yang dikembangkan masyarakat adalah contoh bagaimana sistem yang sama dapat dikembangkan produsen. Tetapi bisnis refill masyarakat ini tidak bisa menyelesaikan persoalan sampah saset dari produsen besar, karena kondisi regulasi dan mekanisme perizinan di Indonesia tidak mendukung pengemasan ulang," ujarnya.

Dia berharap pemerintah perlu lebih tegas meregulasi para produsen sekaligus pada saat sama menciptakan kondisi kondusif agar bisnis refill masyarakat bisa berkembang.

Di sisi lain, para produsen perlu menjadi pionir untuk solusi yang sesungguhnya yaitu refill dan reuse, tidak lagi menghasilkan sampah yang masih harus diolah oleh konsumennya.

Untuk Asia Tenggara, konsumsi saset hampir mencapai separuh dari pangsa global dengan proyeksi mencapai angka 1,3 triliun saset terjual setiap tahunnya pada 2027.

Perjanjian plastik global yang sedang berlangsung proses negosiasinya antara negara anggota, menjadi satu-satunya peluang seumur hidup untuk mengatasi krisis plastik. Maka, sangat penting untuk memiliki perjanjian plastik global yang kuat dan ambisius untuk mengurangi produksi plastik dan mendorong beralihnya bisnis plastik sekali pakai ke sistem guna ulang.

Secara global, saset terjual per tahun kurang lebih sebanyak 855 miliar. Kemasan saset menawarkan kenyamanan dan harga murah. Namun, sampah saset menjadi beban lingkungan karena karakter kemasannya yang fleksibel terdiri dari berbagai jenis plastik dan lapisan foil membuatnya sulit untuk dikelola dan didaur ulang oleh sistem pengelolaan sampah. Seringnya, saset berakhir di TPA dan mencemari badan-badan air seperti sungai hingga pantai.
(jon)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)