Menuju Negara Wisata
loading...
A
A
A
Hafiza Jasmine Azzahra
Alumnus Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan saat ini mengikuti program magang di Pusat SKK Amerop, BSKLN, Kementerian Luar Negeri RI
SEKTOR pariwisata Indonesia mempunyai posisi yang strategis sebagai sumber devisa negara. Sektor pariwisata sempat mengalami pasang surut sebagai dampak dinamika perkembangan situasi global. Setelah sempat mengalami penurunan cukup serius akibat pandemi Covid-19, berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun 2023, nilai devisa dari sektor pariwisata kembali naik menyentuh angka USD10,46 miliar atau sekitar Rp161,69 triliun. Nilai perolehan devisa tersebut menempatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional sebesar 4,1% sekaligus menjadi penyumbang PDB terbesar nasional setelah minyak, batu bara, dan kelapa sawit.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional yang cukup signifikan tentunya harus diimbangi dengan kontribusi sektor ini terhadap masyarakat yang ada di daerah tujuan wisata. Melalui pendekatan pariwisata inti rakyat (community based-tourism), masyarakat di daerah tujuan wisata tidak lagi menjadi penonton namun juga turut menikmati secara ekonomi sekaligus memberikan andil penting dalam membantu tetap terjaganya kelestarian objek wisata di daerahnya.
Trend based
Sebagaimana pengembangan sektor industri lainnya, pengembangan sektor berwisata juga memperhatikan tren yang terjadi di lingkungan sektor pariwisata. Salah satu tren yang berkembang saat ini adalah perjalanan mandiri atau solo travelling yang semakin diminati oleh para wisatawan mancanegara (wisman). Tren solo travelling hadir di tengah situasi yang ditandai dengan semakin mudahnya akses dalam melakukan perjalanan seperti dalam pemesanan tiket dan akomodasi secara online.
Tren solo travelling ini juga terjadi pada wisatawan nusantara (wisnus), salah satu alasannya didasarkan pada pertimbangan fleksibilitas dalam pengaturan perjalanan atau pergerakan wisatanya. Dalam arti, solo travelling memungkinkan wisatawan untuk bepergian kapan saja sebagaimana yang diinginkan. Kehadiran infrastruktur wisata yang baik juga membantu terciptanya kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan khususnya saat berada di destinasi wisata tujuan.
Neo Lifestyle
Dalam upaya mendorong kunjungan wisnus ke wilayah-wilayah destinasi wisata unggulan di Indonesia, selain perkembangan tren dan pasar wisata, aspek-aspek lain seperti pola perilaku atau gaya hidup yang ada di masyarakat khususnya di kalangan generasi muda merupakan parameter penting yang dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam konteks ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, sekitar 69,25% penduduk Indonesia (sekitar 190,98 juta penduduk) masuk dalam kategori usia produktif (usia 15-64 tahun). Dengan demikian, masyarakat Indonesia khususnya kalangan generasi Y atau milenial dan generasi Z menjadi kekuatan potensial dalam membantu menggerakkan roda industri pariwisata nasional.
Alumnus Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan saat ini mengikuti program magang di Pusat SKK Amerop, BSKLN, Kementerian Luar Negeri RI
SEKTOR pariwisata Indonesia mempunyai posisi yang strategis sebagai sumber devisa negara. Sektor pariwisata sempat mengalami pasang surut sebagai dampak dinamika perkembangan situasi global. Setelah sempat mengalami penurunan cukup serius akibat pandemi Covid-19, berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun 2023, nilai devisa dari sektor pariwisata kembali naik menyentuh angka USD10,46 miliar atau sekitar Rp161,69 triliun. Nilai perolehan devisa tersebut menempatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional sebesar 4,1% sekaligus menjadi penyumbang PDB terbesar nasional setelah minyak, batu bara, dan kelapa sawit.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional yang cukup signifikan tentunya harus diimbangi dengan kontribusi sektor ini terhadap masyarakat yang ada di daerah tujuan wisata. Melalui pendekatan pariwisata inti rakyat (community based-tourism), masyarakat di daerah tujuan wisata tidak lagi menjadi penonton namun juga turut menikmati secara ekonomi sekaligus memberikan andil penting dalam membantu tetap terjaganya kelestarian objek wisata di daerahnya.
Trend based
Sebagaimana pengembangan sektor industri lainnya, pengembangan sektor berwisata juga memperhatikan tren yang terjadi di lingkungan sektor pariwisata. Salah satu tren yang berkembang saat ini adalah perjalanan mandiri atau solo travelling yang semakin diminati oleh para wisatawan mancanegara (wisman). Tren solo travelling hadir di tengah situasi yang ditandai dengan semakin mudahnya akses dalam melakukan perjalanan seperti dalam pemesanan tiket dan akomodasi secara online.
Tren solo travelling ini juga terjadi pada wisatawan nusantara (wisnus), salah satu alasannya didasarkan pada pertimbangan fleksibilitas dalam pengaturan perjalanan atau pergerakan wisatanya. Dalam arti, solo travelling memungkinkan wisatawan untuk bepergian kapan saja sebagaimana yang diinginkan. Kehadiran infrastruktur wisata yang baik juga membantu terciptanya kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan khususnya saat berada di destinasi wisata tujuan.
Neo Lifestyle
Dalam upaya mendorong kunjungan wisnus ke wilayah-wilayah destinasi wisata unggulan di Indonesia, selain perkembangan tren dan pasar wisata, aspek-aspek lain seperti pola perilaku atau gaya hidup yang ada di masyarakat khususnya di kalangan generasi muda merupakan parameter penting yang dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam konteks ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, sekitar 69,25% penduduk Indonesia (sekitar 190,98 juta penduduk) masuk dalam kategori usia produktif (usia 15-64 tahun). Dengan demikian, masyarakat Indonesia khususnya kalangan generasi Y atau milenial dan generasi Z menjadi kekuatan potensial dalam membantu menggerakkan roda industri pariwisata nasional.