JIEP Permudah UMKM Kantongi Sertifikasi Halal MUI

Selasa, 20 Februari 2024 - 18:46 WIB
loading...
JIEP Permudah UMKM Kantongi Sertifikasi Halal MUI
Pemilik UMKM Dapoer Mpok Iyah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI. Sertifikasi ini diperoleh berkat dukungan PT Jakarta Industrial Estate (JIEP). Foto: Ist
A A A
JAKARTA - Mengurus dan mengajukan sertifikat halal menjadi suatu hal yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Hadijah (52). Selain karena tidak mengerti bagaimana cara mengurusnya, pemilik UMKM Dapoer Mpok Iyah tersebut beranggapan bahwa pengajuan sertifikasi halal memerlukan biaya besar.

Berkat dukungan PT Jakarta Industrial Estate (JIEP), salah satu camilan yang diproduksi Hadijah yakni stik bawang berhasil mengantongi sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Hadijah yang termasuk UMKM binaan PT JIEP mengatakan, sertifikasi halal didapat pada awal Februari 2024.



“Prosesnya dari akhir 2023 dan akhirnya dapat sertifikasi halal di awal Februari 2024. Itu terbilang cepat, karena memang dibantu dan didampingi PT JIEP. Syarat dan berkas yang harus dikumpulkan itu kan banyak sekali. Saya hampir saja menyerah karena harus sambil masak dan dagang. Tapi berkat pendampingan PT JIEP, saya jadi semangat dan lebih mudah mengurusnya,” ujar Hadijah di kediamannya Rawa Terate, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (20/2/2024).

Stik bawang yang telah mendapat sertifikasi halal dibanderol dengan harga Rp18 ribu untuk satu toples ukuran 500 gram. Menurut Hadijah, stik bawang biasanya ramai dipesan saat menjelang bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idulfitri.

“Pas bulan Ramadhan stok bisa sampai 100 toples. Karena kalau pas bulan puasa itu banyak yang beli apalagi pas mau Lebaran rame banget,” katanya.

Herman Darmawan (69), suami Hadijah menuturkan pendampingan dan dukungan PT JIEP dalam proses pengajuan sertifikasi halal benar-benar sangat optimal. Menurut dia, tidak banyak perusahaan yang melakukan pembinaan terhadap UMKM setelaten PT JIEP.

Selain berjualan stik bawang, Hadijah dan Herman juga menjual nasi kebuli yang dijajakan di depan rumah mulai pukul 05.30 hingga 09.00 WIB. Usaha ini mulai ditekuni saat keluarganya kesulitan ekonomi akibat pandemi dan suaminya dirumahkan dari pekerjaannya.

Pada awal berjualan nasi kebuli, mereka hanya mengandalkan modal yang terbatas sehingga pendapatannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2822 seconds (0.1#10.140)