Kecurangan Pemilu, Banjir Jakarta, dan Kisah Dyah Suraprabawa

Minggu, 18 Februari 2024 - 04:48 WIB
loading...
A A A
Pada tahun 1478 Sang Munggwing Jinggan Samarawijaya dan adik-adiknya yang berkoalisi dengan Demak dan para bupati pesisir yang notabene beragama Islam memimpin pasukan dalam penyerbuan ke ibukota Majapahit. Dan dengan didukung rakyat Majapahit, terjadilah "perang sipil" yang menyebabkan runtuhnya istana di Trowulan.

Pararaton menutup uraian hancurnya istana Majapahit dengan kalimat "Sirna Ilang Kertaning Bumi pada tahun saka 1400 atau tahun 1478 M. Tetapi kemenangan putra-putra Sang Sinagara ternyata harus ditebus dengan ikut gugurnya Sang Munggwing Jinggan Samarawijaya Sang Putra Mahkota yang dipertahankan mati-matian oleh para prajurit yang setia pada Raja.

Sesudah istana Majapahit runtuh pada rahun 1478, tiga orang adik Sang Munggwing Jinggan, yaitu Wijayakarana, Wijayakusuma, dan Ranawijaya, mendirikan kerajaan baru di Keling (antara Mojokerto dan Kediri sekarang). Mereka bertiga secara berturut-turut menjadi raja dengan gelar Sri Maharaja Bhatara Keling. Adapun Sang Raja Majapahit, Dyah Suraprabawa Singawijramawardhana menurut Pararaton "mokta ring kedhaton" atau mangkat di istana.
(hdr)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1222 seconds (0.1#10.140)