Koalisi Indonesia Muda dan Aktivis Sepakat Jaga Demokrasi serta Tolak Polarisasi

Selasa, 13 Februari 2024 - 16:14 WIB
loading...
Koalisi Indonesia Muda dan Aktivis Sepakat Jaga Demokrasi serta Tolak Polarisasi
Diskusi Nasional dengan tema Menjaga Demokrasi, Melanjutkan Indonesia Maju di Jakarta, Selasa (13/2/2024). Foto/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Presidium Nasional Koalisi Indonesia Muda Onky Fachrur Rozie mengajak kaum muda mengikuti Pemilu 2024 dan tidak golput. Apalagi pesta demokrasi kali ini diikuti mayoritas anak muda dari milenial dan generasi Z. Pemilu 2024 juga harus diikuti dengan riang gembira.

“Momentum lima tahunan pesta demokrasi ini di dominasi generasi muda. Maka sudah seharusnya anak muda turut andil menjaga demokrasi dari segala bentuk polarisasi dengan harapan pemilu 2024 Riang gembira” katanya dalam Diskusi Nasional dengan tema “Menjaga Demokrasi, Melanjutkan Indonesia Maju” di Jakarta, Selasa (13/2/2024).

Diskusi Nasional menghadirkan empat narasumber dan ratusan audiens dari unsur aktivis serta mahasiswa linta kampus di Jabodetabek. Keempat narsum yakni Onky Fachrur Rozie, alumnus Unpad dan Ketum Progib Nusantara Hafid Assaf Alumni, mantan Ketua PMII DKI Jakarta Rizky Abdurrahman Wahid, dan Koordinator Nasional Koalisi Mahasiswa Indonesia Abraham.

Dalam diskusi tersebut, Hafif Assaf menyampaikan dalam proses demokrasi boleh saja menyampaikan kritik dan aspirasi oleh siapa saja, termasuk para akademisi serta mahasiswa. Namun penyampaian pendapat ini harus dengan koridor yang tepat tanpa harus mendelegitimasi Pemilu 2024.

Tidak boleh cenderung menyudutkan salah satu kontestan pada pemilihan yang akan dilakukan sebentar lagi. “Alih-alih memberikan masukan, malah beberapa pemberi kritik ini terindikasi partisan, yang memiliki tujuan elektoral," ujarnya.

Sementara Rizky Abdurrahman Wahid menyampaikan kaum intelektual harus menjaga demokrasi serta menolak segala bentuk polarisasi. "Kita mengkhawatirkan perihal ini ditunggangi kelompok tertentu dan partisan salah satu capres-cawapres. Hal ini akan menyebabkan polarisasi dan kegaduhan di akar rumput. Ini yang harus kita hindari," katanya.

Sedangkan Abraham melihat demokrasi di Indonesia pada saat ini masih sedang baik-baik saja. Dia juga mempertanyakan munculnya sekelompok orang yang mengaku kelompok intelektual yang baru muncul akhir-akhir ini saja, khususnya menjelang masa pencoblosan di Pemilu 2024.

”Seharusnya para intelektual organik tidak hanya sekadar mengkritik saja, melainkan menyiapkan solusi road map blue print menuju Indonesia Bonus Demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045," tuturnya.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1465 seconds (0.1#10.140)