Debat Perdana: Sebuah Catatan Panelis
loading...
A
A
A
Bersyukur semua pertanyaan yang keluar mewakili isu utama di setiap sub tema. Hal ini sudah kami antisipasi mengingat kami melakukan pembobotan hampir setara untuk 18 soal yang kami serahkan ke KPU. Sekilas seperti mudah.
Tapi percayalah, di balik pertanyaan yang disampaikan oleh moderator selama 20 detik untuk setiap pertanyaan terdapat data, analisa, review isu yang mendalam yang memiliki deskripsi panjangnya berdasarkan diskusi sengit karena kami meyakini setiap diksi dan kalimat dalam setiap pertanyaan mewakili integritas dan kapasitas para panelis sebagai ilmuwan.
Jalannya debat secara keseluruhan menurut saya jauh lebih baik dari debat perdana di Pilpres 2019. Pertama, format dibuat model town hall meeting di KPU. Sehingga lebih kondusif dari sisi interaksi.
Kedua, di segmen ke-2 dan ke-3 saat menjawab pertanyaan panelis, para capres sudah mulai banyak berbeda dalam menyikapi beragam isu yang ditanyakan. Ketiga, di segmen ke-4 dan Ke-5 para capres sudah semakin nampak berani berbeda dan berdialektika.
Kedua segmen ini tidak kita temukan di debat capres perdana 2019, makanya saat itu muncul kritik tajam dan KPU memperbaikinya di debat kedua. Keempat di segmen ke-6 pun posisi politik capres nampak terasa berbeda. Meski tentu saja tidak bisa membandingkan proses debat model Amerika dengan Indonesia.
Dalam banyak hal kultur debat Indonesia masih terasa budaya konteks tinggi (high context culture). Serangan tajam kerap masih di bungkus dengan diksi lebih aman, tidak to the point dan manajemen privasi komunikasi.
Semoga aja debat capres ke depan para panelis bisa bertanya langsung untuk mempertajam visi, misi, dan program para capres/cawapres. Debat capres tentu tak hanya berlangsung di panggung. Melainkan juga terjadi di ragam kanal warga. Para pendukung ikutan gegap gempita dengan ragam cara mereka.
Siapa yang disasar? Tentu kelompok pemilih bimbang dan atau mereka yang belum menentukan pilihan. Merujuk ke data Kompas, pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) masih 28 persenan. Artinya masih mungkin memberi kemenangan pada siapa pun pasangan yang bertarung bukan?
Jadi, apakah debat akan berpengaruh menjadi insentif elektoral? Mari kita lihat perkembanganya sampai 4 kali debat lainnya selesai. Semoga aja debat perdana bisa memberi perspektif siapa yang paling layak membawa Indonesia lebih baik. Tetap berpikir, bergerak, dan bermanfaat.
Kuala Lumpur, 13 Desember 2023.
Tapi percayalah, di balik pertanyaan yang disampaikan oleh moderator selama 20 detik untuk setiap pertanyaan terdapat data, analisa, review isu yang mendalam yang memiliki deskripsi panjangnya berdasarkan diskusi sengit karena kami meyakini setiap diksi dan kalimat dalam setiap pertanyaan mewakili integritas dan kapasitas para panelis sebagai ilmuwan.
Jalannya debat secara keseluruhan menurut saya jauh lebih baik dari debat perdana di Pilpres 2019. Pertama, format dibuat model town hall meeting di KPU. Sehingga lebih kondusif dari sisi interaksi.
Kedua, di segmen ke-2 dan ke-3 saat menjawab pertanyaan panelis, para capres sudah mulai banyak berbeda dalam menyikapi beragam isu yang ditanyakan. Ketiga, di segmen ke-4 dan Ke-5 para capres sudah semakin nampak berani berbeda dan berdialektika.
Kedua segmen ini tidak kita temukan di debat capres perdana 2019, makanya saat itu muncul kritik tajam dan KPU memperbaikinya di debat kedua. Keempat di segmen ke-6 pun posisi politik capres nampak terasa berbeda. Meski tentu saja tidak bisa membandingkan proses debat model Amerika dengan Indonesia.
Dalam banyak hal kultur debat Indonesia masih terasa budaya konteks tinggi (high context culture). Serangan tajam kerap masih di bungkus dengan diksi lebih aman, tidak to the point dan manajemen privasi komunikasi.
Semoga aja debat capres ke depan para panelis bisa bertanya langsung untuk mempertajam visi, misi, dan program para capres/cawapres. Debat capres tentu tak hanya berlangsung di panggung. Melainkan juga terjadi di ragam kanal warga. Para pendukung ikutan gegap gempita dengan ragam cara mereka.
Siapa yang disasar? Tentu kelompok pemilih bimbang dan atau mereka yang belum menentukan pilihan. Merujuk ke data Kompas, pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) masih 28 persenan. Artinya masih mungkin memberi kemenangan pada siapa pun pasangan yang bertarung bukan?
Jadi, apakah debat akan berpengaruh menjadi insentif elektoral? Mari kita lihat perkembanganya sampai 4 kali debat lainnya selesai. Semoga aja debat perdana bisa memberi perspektif siapa yang paling layak membawa Indonesia lebih baik. Tetap berpikir, bergerak, dan bermanfaat.
Kuala Lumpur, 13 Desember 2023.