Debat Perdana: Sebuah Catatan Panelis
loading...
A
A
A
Selama dua hari, kami diskusi, berdebat panjang dalam arti sesungguhnya. Dialektika yang cukup melelahkan karena semua menyadari arti penting setiap kasus, data, diksi, dan tendensi rumusan pertanyaan bagi para pasangan calon presiden dan warga yang akan mendengarkan.
Diskusi kritis dari 11 orang yang memang berbeda latar belakang keilmuan. Saya sendiri mengajukan 4 pertanyaan setelah melakukan telaah ragam persoalan kontemporer lengkap dengan riset data yang mendukungnya.
Dari semua panelis lahirlah 72 pertanyaan. Yang repot, adalah menyortir pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi hanya 18 pertanyaan saja. Kebayang betapa tidak mudah berdebat soal ego keilmuan, prioritas isu, kepentingan tema debat perdana, serta marwah debat presiden yang harus mencakup level nasional dan global. Dengan dinamika perdebatan akademiknya kami bersepakat memilih 18 tema prioritas.
Itu pun masih harus verifikasi dan reformulasi mengingat pertimbangan: merumuskan soal yang mudah dipahami semua paslon, mudah dipahami pendengar dari berbagai kalangan, durasi setiap pertanyaan yang tidak boleh lebih dari 20 detik.
Ini tentu harus menyelaraskan antara substansi, diksi, dan durasi. Kebayang, betapa kerja kognitif untuk hal ini benar-benar tidak mudah bukan? Jadi tidak benar, tugas panelis hanya memilih dan menunjukkan pertanyaan dari fish ball yang terjadi di panggung puncak debat perdana.
Sampai di hari H, 12 Desember 2023 pukul 19.00 WIB merupakan puncak acara debat perdana. Semua pasangan calon datang dan bersiap berdebat. Terlihat semua pasangan telah menyiapkan fisik, mental, dan pengetahuan karena mereka tahu persis ini adalah momen penting yang akan dilihat banyak orang.
Ada 6 segmen. Segmen 1 adalah pemaparan visi dan misi. Segmen 2 dan 3 pasangan calon menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh panelis. Segmen 4 dan 5 interaksi dan dialektika antarpasangan. Segmen 6 pernyataan tertutup masing-masing capres.
Dari segmen tersebut pertanyaan yang dirumuskan panelis disampaikan kepada para capres di segmen 2 dan 3. Tentu bukan hal mudah memilah banyak keinginan untuk ditanyakan pada para capres. Makanya substansi persoalan dengan basis dan isu kontemporer dirumuskan para panelis.
Mulai dari isu HAM di Papua, kasus Rempang, intervensi cabang kekuasaan lainnya pada independensi kehakiman, pelemahan KPK, putusan pengadilan dan penyitaan aset, penguatan tatakelola partai politik, komitmen pada kebebasan sipil, partisipasi politik, pencegahan disinformasi, ekosistem digital yang inklusif, menjaga keberagaman, dan komitmen pada kelompok rentan perempuan, anak, disabilitas, dan minoritas.
Tentu, tak semua pertanyaan dari 18 soal bisa keluar di dua segmen karena dipilih secara random saat debat berlangsung. Hal ini untuk menjaga kesetaraan, kerahasiaan, serta keadilan untuk semua capres yang berdebat.
Diskusi kritis dari 11 orang yang memang berbeda latar belakang keilmuan. Saya sendiri mengajukan 4 pertanyaan setelah melakukan telaah ragam persoalan kontemporer lengkap dengan riset data yang mendukungnya.
Dari semua panelis lahirlah 72 pertanyaan. Yang repot, adalah menyortir pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi hanya 18 pertanyaan saja. Kebayang betapa tidak mudah berdebat soal ego keilmuan, prioritas isu, kepentingan tema debat perdana, serta marwah debat presiden yang harus mencakup level nasional dan global. Dengan dinamika perdebatan akademiknya kami bersepakat memilih 18 tema prioritas.
Itu pun masih harus verifikasi dan reformulasi mengingat pertimbangan: merumuskan soal yang mudah dipahami semua paslon, mudah dipahami pendengar dari berbagai kalangan, durasi setiap pertanyaan yang tidak boleh lebih dari 20 detik.
Ini tentu harus menyelaraskan antara substansi, diksi, dan durasi. Kebayang, betapa kerja kognitif untuk hal ini benar-benar tidak mudah bukan? Jadi tidak benar, tugas panelis hanya memilih dan menunjukkan pertanyaan dari fish ball yang terjadi di panggung puncak debat perdana.
Sampai di hari H, 12 Desember 2023 pukul 19.00 WIB merupakan puncak acara debat perdana. Semua pasangan calon datang dan bersiap berdebat. Terlihat semua pasangan telah menyiapkan fisik, mental, dan pengetahuan karena mereka tahu persis ini adalah momen penting yang akan dilihat banyak orang.
Ada 6 segmen. Segmen 1 adalah pemaparan visi dan misi. Segmen 2 dan 3 pasangan calon menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh panelis. Segmen 4 dan 5 interaksi dan dialektika antarpasangan. Segmen 6 pernyataan tertutup masing-masing capres.
Dari segmen tersebut pertanyaan yang dirumuskan panelis disampaikan kepada para capres di segmen 2 dan 3. Tentu bukan hal mudah memilah banyak keinginan untuk ditanyakan pada para capres. Makanya substansi persoalan dengan basis dan isu kontemporer dirumuskan para panelis.
Mulai dari isu HAM di Papua, kasus Rempang, intervensi cabang kekuasaan lainnya pada independensi kehakiman, pelemahan KPK, putusan pengadilan dan penyitaan aset, penguatan tatakelola partai politik, komitmen pada kebebasan sipil, partisipasi politik, pencegahan disinformasi, ekosistem digital yang inklusif, menjaga keberagaman, dan komitmen pada kelompok rentan perempuan, anak, disabilitas, dan minoritas.
Tentu, tak semua pertanyaan dari 18 soal bisa keluar di dua segmen karena dipilih secara random saat debat berlangsung. Hal ini untuk menjaga kesetaraan, kerahasiaan, serta keadilan untuk semua capres yang berdebat.