Tak Sekadar Berkonsep Hijau, Kota Layak Huni Harus Inklusif
loading...
A
A
A
Tak hanya di Serpong, Sinar Mas Land juga melakukan transformasi di Koridor Timur dan Jakarta. Kota Wisata, Cibubur misalnya, bertransformasi dari sekadar kawasan perumahan menjadi kawasan urban yang modern dan inklusif. Kawasan itu dikembangkan sebagai township yang selalu berkembang menjadi kawasan hunian modern, dinamis, serta harmonis menyatu dengan alam.
baca juga: 10 Kota Paling Layak Huni di Indonesia, Solo Ungguli Yogyakarta
Sedangkan Kota Deltamas yang merupakan proyek joint venture antara Sinar Mas Land dan Sojitz Corporation dari Jepang dengan luas area 3.200 hektare mengintegrasikan area hunian, komersial dan kawasan industri GIIC (Greenland International Industrial Center) bertaraf internasional yang dilengkapi dengan pengelolaan air bersih (WTP), pengolahan limbah (WWTP), penggunaan sumber daya listrik green renewable electricity dari PLN, fiber optik dan area hijau.
“Di dalam livable city yang pertama harus tersedia fasilitas fisik. Kemudian pembangunan manusia dengan menghadirkan kawasan aman, nyaman, bersih. Sehingga komunitas bisa berinteraksi. Sehingga sebuah kota yang layak huni harus memiliki soul atau jiwa, tak sekadar berupa fasilitas fisik saja,” tegas Suhreman.
Sinar Mas Land, lanjut dia, melakukan transformasi tak sekadar menghadirkan beragam fasilitas, tetapi membuat sebuah komunitas merasa nyaman dan aman untuk tinggal di kota mandiri yang dikembangkan. “Sinar Mas Land itu tak hanya menyajikan kota yang green dengan kota pintar atau smart tetapi sudah dalam taraf pembangunan komunitas,” katanya.
Kota layak huni yang inklusif harus memberikan ruang bagi semua golongan untuk berinteraksi dan berekspresi. Juga mampu menghadirkan suasana yang toleran bagi setiap komunitas atau masyarakat yang hidup di dalamnya. “Misalnya, mau bangun rumah ibadah dari agama apapun diakomodir. Kebutuhan religius, kebutuhan sosial, kebutuhan ekonomi diakomidir. Sehingga di dalam kota yang mereka kembangkan semuanya terintegrasi,” paparnya.
Harmonisasi kehidupan bermasyarakat, lanjut dia, diakomodir di ruang publik sehingga masyarakat yang hidup di dalam kawasan bisa berekspresi sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. “Misal yang ingin melukis, disediakan tempatnya. Di BSD City juga ada kawasan olahraga, rekreasi dan lainnya,” ujarnya.
BSD City dan kawasan lainnya yang dikembangkan Sinar Mas Land bisa dikatakan menjadi livable city juga karena mampu menciptakan pusat ekonomi baru. Salah satu contohnya berkembangnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di kawasan township yang dikembangkan. “UMKM boleh jualan. Dengan bertumbuhnya UMKM maka bank juga akan memberikan pendanaan, sehingga tercipta pusat ekonomi baru,” kata Suherman.
Sinar Mas Land, lanjut dia, dinilai berhasil menciptakan ekosistem kota layak huni dari hulu hingga hilir. “Yang jadi tantangan sekarang yakni bagaimana menciptakan interkoneksi dengan kawasan di luar kota mandiri yang dikembangkan. Juga menghadirkan hunian terjangkau bagi masyarakat,” ujar dia.
Selama ini, kota layak huni berskala township identik dengan kawasan serba mahal, lantaran fitur yang dihadirkan lebih maju dibandingkan kota pada umumnya. “Nah, di sini butuh peran pemerintah. Pemerintah harus hadir. Sehingga kota layak huni tidak hanya untuk orang kaya saja, tetapi seluruh lapisan masyarakat,” urai Suherman.
baca juga: 10 Kota Paling Layak Huni di Indonesia, Solo Ungguli Yogyakarta
Sedangkan Kota Deltamas yang merupakan proyek joint venture antara Sinar Mas Land dan Sojitz Corporation dari Jepang dengan luas area 3.200 hektare mengintegrasikan area hunian, komersial dan kawasan industri GIIC (Greenland International Industrial Center) bertaraf internasional yang dilengkapi dengan pengelolaan air bersih (WTP), pengolahan limbah (WWTP), penggunaan sumber daya listrik green renewable electricity dari PLN, fiber optik dan area hijau.
“Di dalam livable city yang pertama harus tersedia fasilitas fisik. Kemudian pembangunan manusia dengan menghadirkan kawasan aman, nyaman, bersih. Sehingga komunitas bisa berinteraksi. Sehingga sebuah kota yang layak huni harus memiliki soul atau jiwa, tak sekadar berupa fasilitas fisik saja,” tegas Suhreman.
Sinar Mas Land, lanjut dia, melakukan transformasi tak sekadar menghadirkan beragam fasilitas, tetapi membuat sebuah komunitas merasa nyaman dan aman untuk tinggal di kota mandiri yang dikembangkan. “Sinar Mas Land itu tak hanya menyajikan kota yang green dengan kota pintar atau smart tetapi sudah dalam taraf pembangunan komunitas,” katanya.
Kota layak huni yang inklusif harus memberikan ruang bagi semua golongan untuk berinteraksi dan berekspresi. Juga mampu menghadirkan suasana yang toleran bagi setiap komunitas atau masyarakat yang hidup di dalamnya. “Misalnya, mau bangun rumah ibadah dari agama apapun diakomodir. Kebutuhan religius, kebutuhan sosial, kebutuhan ekonomi diakomidir. Sehingga di dalam kota yang mereka kembangkan semuanya terintegrasi,” paparnya.
Harmonisasi kehidupan bermasyarakat, lanjut dia, diakomodir di ruang publik sehingga masyarakat yang hidup di dalam kawasan bisa berekspresi sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. “Misal yang ingin melukis, disediakan tempatnya. Di BSD City juga ada kawasan olahraga, rekreasi dan lainnya,” ujarnya.
BSD City dan kawasan lainnya yang dikembangkan Sinar Mas Land bisa dikatakan menjadi livable city juga karena mampu menciptakan pusat ekonomi baru. Salah satu contohnya berkembangnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di kawasan township yang dikembangkan. “UMKM boleh jualan. Dengan bertumbuhnya UMKM maka bank juga akan memberikan pendanaan, sehingga tercipta pusat ekonomi baru,” kata Suherman.
Sinar Mas Land, lanjut dia, dinilai berhasil menciptakan ekosistem kota layak huni dari hulu hingga hilir. “Yang jadi tantangan sekarang yakni bagaimana menciptakan interkoneksi dengan kawasan di luar kota mandiri yang dikembangkan. Juga menghadirkan hunian terjangkau bagi masyarakat,” ujar dia.
Selama ini, kota layak huni berskala township identik dengan kawasan serba mahal, lantaran fitur yang dihadirkan lebih maju dibandingkan kota pada umumnya. “Nah, di sini butuh peran pemerintah. Pemerintah harus hadir. Sehingga kota layak huni tidak hanya untuk orang kaya saja, tetapi seluruh lapisan masyarakat,” urai Suherman.