Rekonstruksi Sistem Kesehatan: Menanti Perdebatan Capres dan Cawapres 2024

Kamis, 21 September 2023 - 15:48 WIB
loading...
A A A
Dengan demikian, dapat dipahami mengapa konstruksi sistem ketahanan nasional harus menjadikan sistem kesehatan nasional sebagai unsur utama dalam pembentukannya. Secara praktis sangat mudah dipahami bahwa tidak ada negara bangsa yang dapat berdiri kokoh dan berdaulat bila rakyatnya loyo dan sakit-sakitan.

Bila rakyat sakit fisik, mengidap gangguan jiwa dan spiritual, serta asosial atau antisosial, tentu dalam keseharian dan jangka panjang hanya menjadi beban negara. Karena itu agar tidak membebani negara maka rakyat wajib disehatkan.

Untuk lebih memahami arti penting kesehatan bagi suatu negara bangsa, berikut ini penulis ingin mengutip pendapat Dr Haridadi Sudjono, SE (mantan Dubes RI untuk Kuba) dalam bukunya, “Globalisasi Perkembangan Serta Kemungkinan Bencana Bagi Indonesia”, berikut ini.

”Sejak awal berdirinya, Kuba sudah banyak menyerap pelajaran berharga dari Indonesia, khususnya dalam pembangunan politik dan ekonomi, karena itu negara yang dipimpin Fidel Castro tersebut membebaskan semua investasi asing ke negerinya, hal: pendidikan, kesehatan, dan keamanan.” Alasannya sangat jelas, karena ketiga sektor tersebut sangat sensitif dan menyangkut nasib negara serta masa depan masyarakat Kuba.

Catatan Akhir
Penulis berharap agar dalam beberapa bulan menjelang Pilpres 2024, ruang publik dapat diisi dengan diskursus yang lebih mencerdaskan. Diskursus yang menyangkut kondisi kesehatan rakyat bangsa Indonesia serta bagaimana mengonstruksi SKN dan menyusun agenda pembangunan kesehatan ke depan.

Mengapa ini penting? Sebab, kondisi rakyat yang lemah, lumpuh, dan sakit adalah awal dari kemiskinan dan kebodohan, yang mestinya dapat diselesaikan dengan pendekatan yang lebih sistematis sesuai kebutuhan kesehatannya.

Francis Fukuyama mengatakan, “kemiskinan merupakan faktor penyumbang terbesar bagi terjadinya guncangan sosial di berbagai negara miskin dan sedang berkem-bang…” Artinya, bila rakyat dan bangsa dalam kondisi sakit sehingga tidak mampu belajar (bodoh) maka tentu kemiskinan semakin bertambah. Guncangan sosial yang akan mengancam ketahanan dan kelangsungan bangsa-pun makin mendekati kenyataan.

Karena itu, tidak berlebihan bila penulis mengatakan, “tidak ada negara yang dapat bertahan bila rakyatnya sakit-sakitan, bodoh dan miskin”. Sepadan dengan kalimat, “tidak ada bangsa yang dapat berdaulat tanpa ditopang oleh sistem kesehatan nasional dan ketahahan nasional yang kokoh.” Wallahu a'lam bishawab.
(poe)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2024 seconds (0.1#10.140)