Bahaya Zoonosis Mengintai, Waspadai Kesehatan Hewan Kurban

Sabtu, 01 Agustus 2020 - 09:15 WIB
loading...
A A A
Denny menambahkan, untuk penanganan hewan kurban seperti pada Hari Raya Idul Adha saat ini, alat serta tempat daging dan jeroan, harus dipisahkan. Bahkan, ada dua pembagian jeroan dari hewan kurban yang harus diperhatiakn masyarakat. Pertama, jeroan merah seperti jantung, hati, limpa, ginjal, dan paru. Kedua, jeroan hijau seperti isi perut dan usus, yang jauh lebih banyak bakteri zoonosisnya. (Baca juga: Satu Desa Dihancurkan, Israel Paksa 200 Warga Palestina Pergi)

"Untuk itu, kita harus memperhatikan pembuangan limbahnya. Limbah darah dan isi perut jangan dibuang ke aliran air umum, namun dikubur ke dalam tanah. Umat Islam itu bersih dan cinta lingkungan,” ungkapnya.

Kementan juga selalu mengingatkan perihal teknis dan tata cara potong hewan kurban harus sesuai prosedur Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 114 Tahun 2014. Termasuk, harus adanya dokter hewan di setiap tempat penyembelihan yang siap memastikan hewan yang akan disembelih dalam keadaan sehat.

Namun sayang, keterbatasan dokter hewan di setiap daerah memungkinkan satu dokter hewan memeriksa lebih dari satu tempat pemotongan. Itu juga yang terjadi dengan drh. Muhamad Fajar Rachman. Setiap Idul Adha, sejak subuh dia memeriksa sejumlah tempat pemotongan hewan kurban yang biasanya berada di lingkungan mesjid. Dia harus memastikan hewan dalam keadaan sehat dan tidak stress. Makanya, dia selalu mengingatkan panitia kurban untuk tidak menerima hewan kurban secara dadakan.

Selain dalam keadaan sehat, usia hewan kurban untuk sapi misalnya, minimal 2 tahun, dan kambing minimal usia setahun. Dokter yang akrab disapa Fajar ini menjelaskan, secara fisik usia dapat dilihat dari gigi. Usia muda tumbuh gigi seri muda, sementara kalau usianya sudah setahun akan tanggal dan menjadi gigi seri sepasang. Kalau sudah dua tahun berarti memiliki dua pasang gigi seri. (Baca juga: Jelang Idul Adha Penumpang KA Jarak Jauh Naik Dua Kali Lipat)

Kemudian cek kembali hewan-hewan kurban itu secara visual dengan melihat organ-organnya. Seluruhnya harus sehat dan sempurna, tidak boleh ada yang cacat. Seperti kaki dan mata yang harus sempurna.

Dalam medis kedokteran hewan, ada dua metode pemeriksaan yang harus dilakukan untuk melihat sehat tidaknya hewan kurban . Pertama adalah antemortem, yakni pemeriksaan yang dilakukan secara visual dengan melihat jalannya apakah pincang atau adakah luka di bagian kaki.

"Biasanya kalau terjadi seperti ini, harus ditahan dulu. Saya bicarakan ke panitia minimal hewan diistirahatkakan sehari. Bisa juga dikasih vitamin beberapa jam kemudian sudah sehat kembali," ungkapnya.

Hewan kurban juga tidak boleh stres. Sebab, jika dipaksakan disembelih dalam kondisi seperti itu, pengeluaran darahnya tidak akan berfungsi dengan baik dan itu akan mempengaruhi kualitas daging. Daging bisa cepat busuk kalau darah tidak keluar semua. Hewan stres bisa dilihat jika dia diare, maka sebaiknya diistirahatkan dahulu atau diberi vitamin. (Baca juga: Tukang Jagal tewas di Atas Domba yang Akan Disembelihnya)

"Stres itu terjadi bisa akibat dari perjalanan jauh atau terlalu banyak manusia yang berkerumun. Karena itu, sebaiknya penyembelihan hewan tidak dilakukan di area tersebut terbuka. Penyembelihan itu bukan untuk ditonton, apalagi oleh anak-anak kecil," saran Fajar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1201 seconds (0.1#10.140)