Menyiapkan Start-Up Business

Kamis, 23 Maret 2017 - 13:48 WIB
Menyiapkan Start-Up Business
Menyiapkan Start-Up Business
A A A
Elfindri
Profesor Ekonomi SDM
Dan Center SDGs UNAND

MEMANG tidak bisa dibantah bahwa peranan inovasi terhadap peningkatan nilai tambah cukup besar. Nilainya bisa di atas 0,5 (separuh), selain peranan manusia dan modal.

Peningkatan nilai tambah ini kemudian akan melahirkan banyak lapangan kerja. Inovasi dihasilkan dari akumulasi penelitian, mulai dari penelitian dasar sampai pada penelitian pada derajat teknologi terapan.

Oleh Enrico Moretti (2012) dalam The New Geography of Jobs, inovasi pada jenis pekerjaan high-tech pada perekonomian Amerika Serikat telah melahirkan tambahan lima pekerjaan lain untuk mendukung kelahiran sektor jasa-jasa. Berbagai lapangan kerja baru akibat teknologi telah membuat alternatif pekerjaan bagi anak muda.

Ketika krisis ekonomi melanda Amerika Serikat, pekerjaan-pekerjaan baru selalu lahir sebagai akibat dari inovasi. Pekerjaan demi pekerjaan akan lahir, bisa saja akibat dari substitusi pekerjaan dari padat tenaga kerja, ke padat modal. Kemudian dari padat modal ke padat tenaga pekerjaan akibat inovasi baru.

Transformasi pekerjaan telah membuat tahapan di mana, dan lapangan kerja apa yang akan terbuka luas. Dari lapangan pekerjaan sektor pertanian kemudian beralih pada pekerjaan yang berkaitan dengan industri manufaktur.

Kemudian dari lapangan kerja industri manufaktur ke jenis pekerjaan jasa-jasa. Pada tahapan terakhir proses transformasi dan semakin banyak inovasi, akan banyak terjadi perubahan pekerjaan.

Dikhawatirkan oleh berbagai pihak, di antaranya International Labour Organization (ILO) ketika pada 2050, banyak sekali lapangan pekerjaan yang selama ini banyak menggunakan tenaga kerja berubah dengan menggunakan tenaga nonmanusia. Perkembangan robotic sendiri juga akan mengurangi lapangan pekerjaan manusia.

Di toserba-toserba di negara maju misalnya masyarakat berbelanja tidak perlu lagi dilayani oleh banyak tenaga kerja yang akan menghitung jumlah belanjaan. Mereka yang belanja dapat menggunakan mesin sendiri dalam me-record berapa jumlah pembayaran yang mesti dilakukan.

Hitung sendiri dan bayar dengan kartu kredit sendiri. Jika pakai uang cash dan berlebih, bisa ditekan teller machine untuk mencari uang kembalian yang dilakukan sendiri. Semua sudah pakai mesin.

Dalam kondisi ini pada toserba inovasi pelayanan berbelanja telah mengurangi jumlah tenaga kerja dalam melayani costumer. Cukup monitor pengendali diawasi oleh beberapa petugas misalnya bagi yang mengalami permasalahan, bagi mereka yang masih gagap teknologi, atau memantau kalau-kalau ada kejahatan.

Ketika di tempat kita ketika membangun rumah, bisa berbulan-bulan dikerjakan oleh kelompok tukang. Tukang gali fondasi bisa berbeda dengan tukang pasang batu bata, kemudian pekerjaan yang halus dikerjakan lagi oleh tukang yang profesional. Pemandangan yang biasa terjadi di kota besar banyak sekali buruh bangunan ingin menawarkan pekerjaannya.

Di negara maju semua kebutuhan dalam membuat rumah sudah dibuat sedemikian rupa. Sehingga, membuat sebuah rumah yang luas, bisa dikerjakan oleh seorang atau dua orang saja. Mereka menggunakan alat-alat kerja yang canggih.

Semua keperluan membuat rumah, mulai batu bata, kusen, atap, dan seluruh keperluan rumah, dinaikkan ke dalam sebuah truk. Ini pun dengan menggunakan alat angkat yang bisa dikerjakan seorang sopir. Kemudian, mereka bawa ke lokasi yang akan dibangun dengan truk. Dalam sekejap rumah akan siap, dan bisa ditempati dengan mudah oleh pemesannya.

Dalam perjalanannya, sekalipun antara satu masa dan masa yang lain, pola pekerjaan akan berubah, akan selalu saja pekerjaan baru ada. Sementara pekerjaan lain dengan sendirinya akan berkurang.

Persoalannya, bagaimana menyiapkan anak-anak muda generasi sekarang agar mereka tidak mengalami masalah yang serius di kemudian hari?

Apakah cukup dengan cara menghasilkan tenaga terdidik model sekarang akan dapat memenuhi keperluan masa depan pekerjaan kaum muda? Jawabannya tidaklah mudah.

Tidak saja kita dapat berpedoman pada tren masa lalu, kemudian diproyeksikan keperluan pekerjaan yang akan datang. Karena dalam waktu singkat jenis pekerjaan akan berubah, apalagi ada bantuan teknologi komunikasi.

Sekolah-sekolah kejuruan dan politeknik tidak saja bisa menggunakan peralatan laboratorium yang ada sekarang karena segera peralatan yang dipelajari siswa/mahasiswa akan segera berubah. Pengelola sekolah mesti segera memperbaharui peralatan, teknologi, diajarkan untuk peserta didik.

Demikian juga para instruktur tidak saja cukup menggunakan keterampilan lama untuk ditransfer kepada peserta didik. Mereka juga segera mengenal pembaharuan pembaharuan pola pekerjaan, peralatan menuju efisien, agar anak didiknya tidak ketinggalan zaman pada waktu menyelesaikan pendidikan.

Hal yang sama juga terjadi pada pendidikan yang hanya memberikan kemampuan kognitif peserta didik. Menciptakan ilmuwan tentu disesuaikan dengan keperluan masa depan.

Sebuah produk teknologi bisa saja berumur dalam selang lima tahun, bukan karena produk teknologi itu tidak canggih, namun pesaing produk yang lain lebih memecahkan keperluan masyarakat. Sebuah fenomena yang kita lihat pada produk handphone BlackBerry misalnya, atau jenis program aplikasi komputer yang dipakai untuk keperluan penghitungan sehari-hari.

Tingkatkan Exposure
Contoh klasik di mana bisnis start-up yang pesat adalah e-commerce, Go-Jek, financial technology (fintech), dan sejenisnya. Pada jenis dagang e-commerce, Go-Jek dan fintech adalah sarat akan teknologi yang berbasis teknologi informatika (TI). Jadi, beruntunglah mereka yang mempelajari TI, lapangan pekerjaan untuk mereka akan terbuka terus, dan perubahannya sangat cepat.

Tetapi, dalam perjalanan bisnis, akan ada batasnya dan terbatasnya kapasitas pasar. Banyaknya peminat Go-Jek dan sejenisnya akan mengurangi kesempatan usaha transpor nondigital. Akhirnya, mereka akan bersaing dan saling mematikan. Keberadaan dari teknologi adalah mempermudah dan membantu keperluan yang tidak tersedia oleh teknologi sebelumnya.

Persoalannya tidak saja bisnis yang berbasis TI yang satu-satunya perlu dikembangkan, namun juga pada berbagai jenis bisnis yang ada. Katakanlah Indonesia adalah negara yang memiliki penguasaan dari bahan baku cokelat dan kopi.

Jika mengelola bisnis ini hanya pada biji-bijian, akan hilang kesempatan untuk meningkatkan nilai tambahnya. Ketika nilai tambah kopi dibuat beragam, betapa banyak usaha ikutan yang muncul. Dapat diilustrasikan masifnya perluasan bisnis kedai kopi, dari kelas rendah sampai kaum penikmat kopi.

Tetapi, tidak cukup hanya itu, berbisnis kopi tidak harus membuka lapak dan menyewa toko. Kecerdikan bisnis Nero Coffee misalnya selain dapat memanfaatkan sistem penjualan lewat orderan digital, kedai-kedai yang mereka buat cukup dilayani oleh seorang pelayan toko.

Bagi konsumen yang ingin duduk di tempat penjualan akan dikenakan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang ingin membeli secara take away.

Penjualan secangkir kopi di Seattle bisa meningkatkan nilai 120 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kopi yang sama di Sidikalang Sumatra Utara. Ini karena mereka mempelajari selera konsumer yang begitu mendalam.

Jika cokelat saja yang diolah menjadi makanan jenis cokelat, saingan kita akan banyak. Maka itu, bisnis membuat patung dari cokelat adalah sebuah inovasi baru yang berkembang di berbagai tempat Musim Seni di Amerika Serikat.

Memadukan seni pembuat patung dengan bahan dari cokelat telah membuat cokelat Afrika akan dihargai bisa dua puluh sampai lima puluh kali lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan hasil cokelat biasa yang dikonsumsi oleh masyarakat lokal.

Begitulah ilustrasi yang perlu dilihat pada saat sekarang. Persoalannya adalah tempat anak-anak muda kita belajar masih belum banyak yang membuat mereka terlibat exposure dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan akan meningkatkan sensitivitas dan merangsang inovasi baru.

Dengan meningkatkan exposure anak-anak sekolah akan membuat suatu saat mereka akan memiliki inovasi dalam hidup. Persoalannya, proses pendidikan kita saat sekarang di sekolah-sekolah belum banyak membuat interaksi exposure dengan lingkungan.

Exposure terhadap dunia nyata hanya terjadi ketika anak-anak merasakan, berinteraksi dengan lingkungan, dan berkomunikasi dengan orang lain yang sudah berpengalaman. Ini hanya dapat dilakukan melalui penetapan metode pembelajaran yang menyisipkan waktu agar siswa memperoleh kesempatan lebih banyak di lapangan.

Lahirkan Champion
Para mentor-mentor perlu disiapkan, dan kemudian mereka suatu saat akan dapat berfungsi untuk mengajak, mengajarkan, dan mengakomodasi keperluan anak-anak muda untuk berani membuka usaha baru.

Sekarang ketika kita lihat di lapangan, di desa-desa, yang sangat terbatas jumlahnya adalah para mentor. Mereka yang dapat berfungsi secara aktif mendidik anak-anak muda di lapangan. Mentor yang aktif merupakan eksternalitas untuk melahirkan bisnis start-up baru.

Dengan demikian, upaya melahirkan mereka yang berjiwa pembaharu, inovator aktif, akan cocok dalam upaya membangun aktivitas nilai tambah yang dikerjakan oleh anak-anak muda di desa-desa yang ada.

Demikian juga di kota-kota kedua, seperti di ibu kota provinsi, bisnis start-up mesti unik dihasilkan oleh anak-anak muda. Dia dapat menyediakan keperluan orang lain, dan keperluan tersebut belum tersedia. Intuisi ini hanya bisa muncul ketika exposure seseorang berakumulasi.

Itulah proses pembentukan yang ditunggu-tunggu saat ini. Pendidikan tinggi kita masih belum menjawab tantangan baru ini. Bagaimana melahirkan manusia yang mampu berani melahirkan business start-up.

Tidak terkecuali, pemerintah perlu sekali memetakan dan mengatur agar proses terbentuknya bisnis start-up tidak kontraproduktif dengan kehadiran bisnis yang ada selama ini. Perguruan tinggi memang sudah harus segera melakukan penyesuaian agar masa depan anak muda kita benar-benar memiliki inovasi dan mulai tampil bersaing pada secara nasional ”beyond national level”, dan setelah masa itu dilewati, baru bisa bersaing secara global.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7657 seconds (0.1#10.140)