Putu Wijaya sebelum Jadi Teroris

Senin, 31 Juli 2023 - 08:05 WIB
loading...
A A A
Singkatnya, sangat menarik mengikuti bagaimana Putu Wijaya membolak-balik sikap moral para tokohnya. Tujuannya, lagi-lagi, untuk membuat para pembaca melihat aneka sudut pandang. Selain itu, ujaran-ujaran pendek “bernas” yang bertebaran di cerpen, novel, atau naskah drama Putu Wijaya yang lain, mengingatkan kita pada aforisme-aforisme yang dilakukan oleh Friedrich Nietzche. Dalam banyak karyanya, Nietzche juga menuangkan pikirannya dalam bentuk renungan-renungan pendek tentang aneka persoalan.

Nietzche – seperti Putu Wijaya, tentunya -- juga menaruh minat pada kebudayaan. Ia mendapat banyak inspirasi dari Schopenhauer, yang cenderung menganggap bahwa hidup ini tragis, berbahaya, dan mengerikan. Hanya saja, kedua filosof ini berbeda dalam menanggapi tragisnya hidup. Jika Schopenhauer seakan menolak kehidupan dan melarikan diri darinya, maka “Si Palu Gada” Nietzsche justru mengatakan “ya” alias menerima kehidupan ini. Ia mengatasi tragisnya hidup –salah satunya -- dengan kreasi estetis.

Dalam dunia filsafat, banyak sekali filosof yang mengkaji masalah etika, masalah baik-buruk, atau norma-norma pada umumnya. Misalnya saja, Immanuel Kant (etika deontologis) dan Max Scheler (etika nilai). Selain mereka, bisa disebut beberapa filosof abad ke-20 lain sepert George Moore (Membongkar Kekeliruan Naturalistik); Lawrence Kohlberg (Tahap-tahap Kesadaran Moral); Jurgen Habermas (Etika Diskursus); Byrrhus Frederic Skinner (Pengelolaan Kelakuan atau behaviorisme dalam etika); Alfred Jues Ayer (Teori Etika Emotif); Joseph Fletcher (Etika Situasi); dan masih banyak lagi.

Jika para filosof itu membongkar secara radikal berbagai pengertian mengenai moral dengan metode yang sistematis, maka Putu Wijaya menggedor aneka norma dalam hidup ini melalui cerita fiksi yang segar dan kadang tragis. Putu Wijaya --- dengan kalimat aktif yang lincah dan cerdas—kerap membungkus rentetan “tembakan psikologis”-nya dengan anekdot atau humor. Ini salah satu cara agar penikmat karyanya bisa tersenyum dan tidak terlalu tegang. Demikianlah sekilas Putu Wijaya dulu dan kini.
(wur)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1901 seconds (0.1#10.140)