Putu Wijaya sebelum Jadi Teroris

Senin, 31 Juli 2023 - 08:05 WIB
loading...
A A A
“Dia hantu! Tinggalkan rumah ini cepat!” kata Gusti Biang

“Ya, tiyang hantu. Seperempat abad tiyang mengabdi di rumah ini karena cinta. Sekarang keadaan tambah buruk. Bape pergi, Tu Ngurah....” ujar Wayan.

Wayan mengangkat koper hendak pergi. Tapi Gusti Biang mencegahnya ketika melihat Wayan juga membawa bedil. Menurut Gusi Biang, itu bedil miliknya. Sementara Wayan merasa bedil itu miliknya. Ngurah sendiri menaruh curiga, lalu menanyakan kepada ibunya tentang peluru yang menewaskan ayahnya. Gusti Biang yang selalu membawa peluru itu sebagai jimat menyerahkannya kepada Ngurah.

Kini Ngurah yakin, dari bedil itulah peluru yang membunuh ayahnya berasal. Menurut Gusti Biang, itu bedil Nica. Tapi Wayan meyakinkan bahwa hanya gerilya yang punya bedil semacam itu.

“Semua pahlawan mati tertembak Nica, tetapi dia tidak. I Gusti Ngurah Ketut Mantri bukan seorang pahlawan, dia ditembak mati gerilya sebagai pengkhianat,” kata Wayan.

“Bape bilang Ayah saya pengkhianat? Bape sudah bertahun-tahun di sini, mengapa mau merusak nama baik keluarga kami?”

Wayan kemudian menerangkan panjang lebar sejarah peperangan melawan Nica. Misalnya. tentang bocornya gerakan Ciung Wanara yang dipimpin Pak Rai, sehinga Nica mengepung Desa Marga dan mengancurkannya. Hanya karena ayahnya dilahirkan sebagai putra bangsawan yang berpengaruh serta dihormati karena jasa-jasa leluhurnya, dosa ayahnya kepada pak Rai serta korban puputan itu, seperti dilupakan. Tetapi Wayan tidak pernah melupakan.

Mula-mula Ngurah tidak percaya. Ia meminta Wayan membuktikannya. Akhirnya Wayan berterus terang bahwa dialah yang menembak lelaki yang selama ini dikira ayahnya itu. Bahkan Wayan kemudian bercerita siapa sesungguhnya ayah Ngurah:

“Ngurah mungkin mengira dia ayah Ngurah yang sejati, sebab dia suami sah Ibu Ngurah. Tapi dia bukanlah seorang pejuang. Dia seorang penjilat, musuh gerilya. Dia bukan lelaki jantan, dia seorang wandu. Dia memiliki lima belas orang istri, tapi itu hanya untuk menutupi kewanduannya. Kalau dia harus melakukan tugas sebagai seorang suami, tiyanglah yang sebagian besar melakukannya. Tapi itu semua menjadi rahasia.... sampai.... kau lahir, Ngurah, dan menganggap dia sebagai ayahmu yang sebenarnya. Coba tanyakan kepada Ibu Ngurah, siapa sebenarnya ayah Ngurah yang sejati,” kata Wayan.

Ngurah tak percaya dan menghampiri ibunya yang mulai menangis. Wayan kemudian meneruskan ceritanya:
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2006 seconds (0.1#10.140)