Guru Besar, Motor Akademik, dan Sikap Rendah Hati

Selasa, 27 Juni 2023 - 20:49 WIB
loading...
A A A
Selain perjuangan demikian, dosen yang ditetapkan jadi guru besar juga harus disadari bahwa mereka juga adalah manusia biasa. Mereka bisa jadi merupakan kepala rumah tangga atau ibu rumah tangga bagi keluarga. Selain itu, mereka juga makhluk sosial yang perlu bersosialisasi di lingkungan masing-masing.

Dalam posisi demikian, mereka tentu saja harus memenuhi tanggungjawab manusiawinya sebagai bapak, ibu, kerabat, atau bagian dari masyarakatnya. Tanggungjawab yang tentu saja memaksa mereka harus berbagi peran, energi, dan waktu.

Karena itu, sekali lagi saya selalu berbahagia ketika mendengar ada kolega pengajar yang ditetapkan menjadi guru besar. Bahagia karena mereka berhasil berjuang hingga puncak dengan menaklukan aneka kesulitan yang dihadapi.

Namun, tentu saja saya berharap pencapaian akademik tertinggi yang mereka raih tidak berakhir sampai di situ. Secara formal, Guru besar merupakan karir tertinggi dalam dunia akademik seorang dosen, namun jabatan akademik bukan akhir perjalanan akademik seseorang. Posisi guru besar justru jadi titik awal perjalanan panjang sebagai akademisi.

Seorang guru besar memikul tanggungjawab menjadi motor dalam pengembangan akademik di lembaga pendidikan tempatnya berkarya. Ia harus aktif mendorong kajian keilmuan maupun riset-riset inovatif yang tentu saja selain bisa berdampak pada pengembangan keilmuan juga menghasilkan inovasi bagi rekayasa transformasi sosial masyarakatnya.

Dengan demikian, hal yang harus betul-betul difahami adalah ketika menjadi profesor bukan berarti ia menjadi popular man. Sebaliknya ia harus menjadi orang yang berdedikasi dalam memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu dan pengabdian kepada masyarakat.

Selain itu, seorang guru besar dituntut menjadi figur teladan bagi para kolega akademik dengan tetap bersikap rendah hati namun tetap kritis atas perkembangan ilmu maupun kiprah sosial. Ini misalnya direalisasikan dengan keterbukaan seorang profesor untuk selalu berkomunikasi dengan para mahasiswa dalam membantu studi mereka atau memperkaya riset sesama kolega akademik/pengajar.

Cerita-cerita di masa lalu, bahwa ketika seorang dosen sudah menjadi guru besar susah untuk diajak berkomunikasi atau sulit dikontak oleh mahasiswa perlu diputus. Menjadi guru besar, seorang dosen harus menjadi pribadi yang humble, berbaur, dan selalu bersedia membantu mahasiswa dan kolega dalam pengembangan akademik.

Akhirul kalam, ketika seorang dosen ditetapkan menjadi guru besar, marilah disyukuri dengan semangat akademik tinggi melalui aktifitas pengembangan keilmuan maupun kiprah sosial lembaga pendidikan tingginya. Di saat yang sama, jabatan guru besar yang diraih seorang dosen harus terus diimbangi dengan kerendahan hati dalam membantu para kolega akademik, sesama dosen maupun mahasiswa, atau bahkan masyarakat luas. Wassalam.
(mpw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1784 seconds (0.1#10.140)