Seluk-Beluk Industri Media saat Pandemi Covid-19

Selasa, 14 Juli 2020 - 15:08 WIB
loading...
A A A
a) Memperhatikan ketersediaan program bagi anak pada pukul 05.00 hingga pukul 18.00 WIB dengan muatan, gaya penceritaan dan tampilan yang sesuai dengan perkembangan psikologis anak-anak dan remaja;
b) selektif memilih materi tayangan agar tidak menstimulasi anak melakukan tindakan yang tidak semestinya ditiru atau dianggap lazim/lumrah seperti diberitakan akhir-akhir ini yaitu menikah pada usia muda, eksploitasi pernikahan dini, pengungkapan konflik rumah tangga, dan sebagainya;
c) Menampilkan konflik dan aksi/adegan kekerasan, bullying dalam rumah tangga, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya;
d) membatasi adegan percintaan dan perselingkuhan.

5. Meminta lembaga penyiaran agar memperbanyak program siaran bertema pendidikan dan pembelajaran untuk membantu proses belajar mengajar anak di rumah.

6. Mengedepankan perbincangan yang konstruktif dan solutif dalam penanganan persebaran COVID-19 sebagai wujud kepedulian bersama.

Pada kesempaan itu pula, Redaktur Pelaksana Republika, Subroto Kardjo mengatakan, pandemi COVID-19 di Indonesia menghantam banyak bisnis di Indonesia, termasuk industri media. Mulai dari dari media cetak, online, radio, dan televisi terdampak.

Menurut Subroto, bedasarkan pendataan yang dihimpun dari SPS terhadap 434 media hingga periode Mei 2020, sebanyak 50% perusahaan pers cetak telah melakukan pemotongan gaji karyawan dengan kisaran 2%-30%, sedangkan hasil pendataan dari 600 anggota Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) hingga Mei 2020 perusahaan radio sudah melakukan pemotongan gaji karyawannya sekitar 30%.

"Dunia pers sudah berusaha sekeras mungkin untuk melakukan penghematan dengan berbagai macam cara di tengah pandemi COVID-19," katanya.

Lebih jauh, Subroto mengungkapkan hasil dari jejak pendapat Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) terhadap 1.038 jurnlalis dari 77 negara pada April 2020 bahwa selama pandemi virus corona kondisi reporter berita di seluruh dunia memburuk.

"Tiga dari empat jurnalis menghadapi berbagai larangan, halangan, dan intimidasi ketika meliput pandemi corona, dan dua pertiga dari pegawai perusahaan media atau jurnalis lepas mengatakan mengalami pemotongan gaji sampai kehilangan pekerjaan," kata Subroto.

Akademisi Universitas Andalas, Wannofry Samry menuturkan, peran media massa tersebut diharapkan berujung pada perubahan perilaku masyarakat dalam menyikapi pandemi. Banyak berita yang terus-menerus bermunculan, dan membuat bingung masyarakat yang ingin mengikuti perkembangan virus ini. Perekembangan industri 4.0 telah membawa dunai tanpa sekat. Dalam kondisi ini batas-batas itu jadi benar-banar hilang. Jarak antara orang dalam komunikasi begitu dekat.

"Komunikasi menjadi terbuka, transparan. Jadi menutupi sesuatu justru menjadi masalah, sebab informasi itu datang dari berbagai arah. Baik dari media massa maupun dari media sosial," ucap Wannofry.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3700 seconds (0.1#10.140)