Profil Jenderal TNI GPH Djatikusumo, Pangeran Jawa yang Menjadi KSAD Pertama

Kamis, 12 Januari 2023 - 14:23 WIB
Goesti Pangeran Harjo (GPH) Djatikusumo lahir di Surakarta, 1 Juli 1917. Ia merupakan putra Sri Susuhunan Pakubuwono X, Raja Keraton Surakarta yang memerintah sejak 29 Desember 1866 hingga 20 Februari 1936. Ibunya bernama RA Kinorukasi.

Meski anak raja, tapi Djatikusumo yang bernama kecil Bendoro Raden Mas Subandono, tidak hidup di dalam istana. Ia dititipkan di keluarga Belanda. Ia mengenyam pendidikan dasar di Eeuro Peesche Lagere School (ELS) Bandung. Setelah lulus, Djatikusumo ikut ke Belanda. Di sana, ia melanjutkan pendidikan di Techniche Hoge School (THS) Netherlands.

Saat Djatikusumo duduk di tingkat III, tepatnya 20 Februari 1939, ayahnya Sri Susuhunan Pakubuwono X mangkat atau meninggal dunia. Di waktu yang hampir bersamaan juga meletus Perang Dunia (PD) II. Situasi ini menyebabkan sekolah Djatikusumo terhenti dan mengharuskannya pulang ke Tanah Air.

Djatikusumo kemudian melanjutkan pendidikan di THS Bandung, saat ini dikenal Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, PD II juga berdampak ke Indonesia, sehingga Djatikusumo harus mengakhiri kuliahnya hanya sampai di tingkat IV.

Baca juga: Terpana Paras Cantik Gadis Pujaan, Jenderal TNI Ini Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Dua kali gagal menyelesaikan pendidikan umum, tak membuat Djatikusumo putus asa. Anak kedua dari lima bersaudara itu lalu masuk sekolah perwira bentukan Belanda, Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO). Mengutip buku berjudul GPH Djatikusumo Prajurit-Pejuang dari Kraton Surakarta karya Solichin Salam (1993), saat masih taruna CORO, tepatnya 3 Maret 1942 Djatikusumo dikirim berperang melawan tentara Jepang di Ciater, Subang, Jawa Barat. Namun lima hari kemudian, Belanda mengumumkan menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Pangkalan Udara Kalijati.



FOTO/DOK.Dinas Sejarah, Angkatan Darat

Meski ikut bertempur di pihak Belanda, Djatikusumo diberikan kesempatan oleh Jepang mengikuti pendidikan militer Jawa Boei Kanbu Giyugun Resentai. Ia dilatih menjadi calon perwira Tentara Pembela Tanah Air (PETA) angkatan pertama yang bertugas memimpin Pasukan Sukarela mempertahankan Pulau Jawa dari ancaman invasi Sekutu. Setelah lulus, Djatikusumo menjadi Komandan Kompi (Chudancho) dan ditempatkan di Daidan (Batalyon) I Tentara PETA Surakarta.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, Djatikusumo bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Ia diangkat menjadi Komandan BKR Solo dengan pangkat Mayor.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More