Profil Jenderal TNI GPH Djatikusumo, Pangeran Jawa yang Menjadi KSAD Pertama
Kamis, 12 Januari 2023 - 14:23 WIB
Jabatan Direktur Zeni Angkatan Darat merupakan jabatan terakhir Djatikusumo di dunia militer. Djatikusumo kemudian bertugas di luar dunia militer yakni di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) sejak 12 Juli 1958 sebagai perwakilan RI di Singapura selama setahun. Selanjutnya ia diangkat menjadi Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata. Pangkatnya pun dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.
Selama menjabat, banyak yang dilakukan oleh Djatikusumo. Ia memajukan transportasi darat dengan membuka Kereta Api Ekspress di jalur selatan, mendatangkan 2.000 gerbong kereta dari Cekoslowakia, dan mendatangkan puluhan bus Damri. Selain itu, membangun sentral telepon otomatis untuk Jakarta Kota dan Tanjung Priok, dan membangun Kantor Pusat Telepon di Gambir, Jakarta Pusat hingga ke luar Jawa.
Selain itu, Djatikusumo juga membangun sejumlah hotel bintang lima di antaranya, Hotel Indonesia (HI) Jakarta, Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Hotel Samudra Beach di Pelabuhan Ratu, dan Hotel Bali Beach di Denpasar Bali.
Setelah empat tahun menjabat, Djatikusumo kemudian diangkat sebagai Duta Besar (Dubes) RI untuk Malaya (sekarang Malaysia) sejak Oktober 1963 hingga Oktober 1965. Selanjutnya Djatikusumo dipercaya menjadi Dubes Luar Biasa dan Berkuasa penuh RI di Kerajaan Maroko, Dubes Prancis dan Spanyol. Saat menjabat sebagai Dubes Maroko, Djatikusumo naik pangkat menjadi Letnan Jenderal (Letjen) TNI.
Selepas menjabat Dubes Prancis, pimpinan TNI AD memberikan jabatan Pati kepada Djatikusumo dan diperbantukan di staf umum Angkatan Darat hingga memasuki masa pensiun pada 7 Oktober 1970. Setelah pensiun, Djatikusumo seringkali mengisi ceramah-ceramah di perguruan tinggi. Pada 4 Juli 1992 Djatikusumo meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman Raja Imogiri, Yogyakarta.
Atas jasa-jasanya, Djatikusumo menerima 17 penghargaan tanda jasa dari negara. Selain itu, ia juga mendapatkan penghargaan dari Vatikan.
Pada 1997, Djatikusumo dianugerahi pangkat Jenderal Kehormatan. Sesuai Keppres RI No 073/TK/Tahun 2002 Tanggal 6 November 2002, Jenderal TNI (HOR) GPH Djatikusumo diberikan gelar Pahlawan Nasional.
Selama menjabat, banyak yang dilakukan oleh Djatikusumo. Ia memajukan transportasi darat dengan membuka Kereta Api Ekspress di jalur selatan, mendatangkan 2.000 gerbong kereta dari Cekoslowakia, dan mendatangkan puluhan bus Damri. Selain itu, membangun sentral telepon otomatis untuk Jakarta Kota dan Tanjung Priok, dan membangun Kantor Pusat Telepon di Gambir, Jakarta Pusat hingga ke luar Jawa.
Selain itu, Djatikusumo juga membangun sejumlah hotel bintang lima di antaranya, Hotel Indonesia (HI) Jakarta, Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Hotel Samudra Beach di Pelabuhan Ratu, dan Hotel Bali Beach di Denpasar Bali.
Setelah empat tahun menjabat, Djatikusumo kemudian diangkat sebagai Duta Besar (Dubes) RI untuk Malaya (sekarang Malaysia) sejak Oktober 1963 hingga Oktober 1965. Selanjutnya Djatikusumo dipercaya menjadi Dubes Luar Biasa dan Berkuasa penuh RI di Kerajaan Maroko, Dubes Prancis dan Spanyol. Saat menjabat sebagai Dubes Maroko, Djatikusumo naik pangkat menjadi Letnan Jenderal (Letjen) TNI.
Selepas menjabat Dubes Prancis, pimpinan TNI AD memberikan jabatan Pati kepada Djatikusumo dan diperbantukan di staf umum Angkatan Darat hingga memasuki masa pensiun pada 7 Oktober 1970. Setelah pensiun, Djatikusumo seringkali mengisi ceramah-ceramah di perguruan tinggi. Pada 4 Juli 1992 Djatikusumo meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman Raja Imogiri, Yogyakarta.
Atas jasa-jasanya, Djatikusumo menerima 17 penghargaan tanda jasa dari negara. Selain itu, ia juga mendapatkan penghargaan dari Vatikan.
Pada 1997, Djatikusumo dianugerahi pangkat Jenderal Kehormatan. Sesuai Keppres RI No 073/TK/Tahun 2002 Tanggal 6 November 2002, Jenderal TNI (HOR) GPH Djatikusumo diberikan gelar Pahlawan Nasional.
(abd)
tulis komentar anda