Urgensi Mengelola Sampah Plastik
Jum'at, 23 Desember 2022 - 06:59 WIB
Wacana plastic credit salah satunya. Wacana ini sempat mengemukan pada sebuah diskusi terbatas di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beberapa waktu lalu. Ide yang muncul yakni berupa pemberian kredit tertentu kepada mereka yang berhasil mendaur ulang plastik untuk kemudian dimanfaatkan kembali.
Selain upaya dari pemerintah dalam mengelola sampah plastik, kalangan industri juga semestinya turut memberikan solusi agar kemasan-kemasan plastik yang diproduksi oleh mereka bisa ditangani dengan baik dan tidak mencemari lingkungan. Cara ini tidak sulit. Asalkan ada semangat, kesadaran dan komitmen tinggi dalam upaya mengurangi sampah plastik.
Yang paling sederhana misalnya, produsen makanan dan minuman bisa menempatkan satu tempat sampah khusus untuk membuang kemasan plastik atau botol di dekat minimarket atau pasar. Minimal, tempat tersebut bisa menampung sampah yang masih bisa didaur ulang oleh pihak produsen atau pihak ketiga.
Namun, tentu saja cara ini harus disertai dengan edukasi kepada konsumen atau pembeli agar mereka juga mau lebih disiplin dan memilah sampahnya. Cara sederhana lainnya, bisa juga dimulai dari rumah tangga. Harus ada pembiasaan dari masyarakat untuk senantiasa memilah sampah plastik agar tidak disatukan dengan sampah lain. Dengan demikian, upaya ini diharapkan bisa membantu alam ini agar tidak terlalu menanggung beban lingkungan lebih besar di kemudian hari.
Rasanya tidak salah apabila lembaga nirlaba seperti WWF dan Plastic Free Foundation juga turut menyuarakan agar perusahaan bertanggung jawab dalam upaya mengurangi sampah plastik. Apalagi, sampah plastik di laut telah mengalami kenaikan sekitar 15% di mana sekitar 37 juta ton plastik sampah mengambang di lautan. Akibatnya, 90% spesies di laut terkena dampak negatif akibat sampah plastik dengan nilai kerugian setiap tahun mencapai USD100 miliar.
Selain upaya dari pemerintah dalam mengelola sampah plastik, kalangan industri juga semestinya turut memberikan solusi agar kemasan-kemasan plastik yang diproduksi oleh mereka bisa ditangani dengan baik dan tidak mencemari lingkungan. Cara ini tidak sulit. Asalkan ada semangat, kesadaran dan komitmen tinggi dalam upaya mengurangi sampah plastik.
Yang paling sederhana misalnya, produsen makanan dan minuman bisa menempatkan satu tempat sampah khusus untuk membuang kemasan plastik atau botol di dekat minimarket atau pasar. Minimal, tempat tersebut bisa menampung sampah yang masih bisa didaur ulang oleh pihak produsen atau pihak ketiga.
Namun, tentu saja cara ini harus disertai dengan edukasi kepada konsumen atau pembeli agar mereka juga mau lebih disiplin dan memilah sampahnya. Cara sederhana lainnya, bisa juga dimulai dari rumah tangga. Harus ada pembiasaan dari masyarakat untuk senantiasa memilah sampah plastik agar tidak disatukan dengan sampah lain. Dengan demikian, upaya ini diharapkan bisa membantu alam ini agar tidak terlalu menanggung beban lingkungan lebih besar di kemudian hari.
Rasanya tidak salah apabila lembaga nirlaba seperti WWF dan Plastic Free Foundation juga turut menyuarakan agar perusahaan bertanggung jawab dalam upaya mengurangi sampah plastik. Apalagi, sampah plastik di laut telah mengalami kenaikan sekitar 15% di mana sekitar 37 juta ton plastik sampah mengambang di lautan. Akibatnya, 90% spesies di laut terkena dampak negatif akibat sampah plastik dengan nilai kerugian setiap tahun mencapai USD100 miliar.
(bmm)
tulis komentar anda