Percepat Laju Krisis Iklim, Pencemaran Plastik Dinilai Harus Dicegah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemasan sachet atau penggunaan plastik dalam keseharian, dinilai harus segera diminimalisir. Pasalnya, penggunaan dan pencemaran plastik turut mempercepat laju krisis iklim .
Pandangan ini terungkap dalam Dietplastik Indonesia bekerja sama dengan Daya Makara Universitas Indonesia (UI) meluncurkan hasil studi berjudul Laporan Evaluasi Dampak Lingkungan dan Sosial Dari Pemanfaatan Sachet dan Pouch Serta Ekspansi Solusi Guna Ulang di Jabodetabek, Jakarta, Kamis 28 Maret 2024.
Head of Sustainable Development Research Cluster Daya Makara UI, Bisuk Abraham Sisungkunon mengatakan, mayoritas dari biaya sosial tersebut berupa gangguan kesehatan, baik gangguan saluran pernafasan maupun kardiovaskular, yang diidap oleh masyarakat luas akibat keterpaparan mereka terhadap polutan hasil pembakaran sampah sachet dan pouch. Belum lagi nilai moneter dari dampak negatif yang berpengaruh dengan isu perubahan iklim.
"Laporan studi ini menunjukkan angka kerugian yang luar biasa akibat penggunaan kemasan sachet dan pouch," kata Bisuk Abraham dalam keterangannya, Sabtu (30/3/2024).
Walaupun kata dia, masih ada beberapa keterbatasan dari studi ini, namun dapat menjadi jalan pembuka bagaimana melihat dampak dari kemasan sachet dan pouch yang selama ini dianggap 'ramah di kantong', tapi ternyata tidak ramah untuk lingkungan dan kesehatan.
"Melalui peluncuran laporan ini, kami berharap para pihak yang berwenang dalam menyusun kebijakan bisa memanfaatkannya untuk menyusun kebijakan yang tepat terhadap alternatif pengganti plastik sekali pakai terutama sachet dan pouch," jelas Bisuk Abraham.
Menurut Bisuk Abraham, sachet dan pouch merupakan dua jenis kemasan berbahan dasar plastik yang cukup luas digunakan di Indonesia khususnya untuk barang-barang konsumen yang bergerak cepat (Fast-moving consumer goods).
"Penggunaan sachet dan pouch dalam jumlah besar ini, hampir mustahil untuk dikumpulkan dan didaur ulang, sehingga mengakibatkan pencemaran plastik yang sangat besar, dan mengakibatkan pencemaran plastik dan mempercepat laju krisis iklim," tuturnya.
Diperkirakan kata dia, sebesar 38 persen sampah plastik di Indonesia tidak ditangani dengan baik, yang mencakup pembakaran di ruang terbuka sebesar 47 persen, 6 persen dikubur, serta sebanyak 5 persen sampah plastik dibuang ke badan air.
Pandangan ini terungkap dalam Dietplastik Indonesia bekerja sama dengan Daya Makara Universitas Indonesia (UI) meluncurkan hasil studi berjudul Laporan Evaluasi Dampak Lingkungan dan Sosial Dari Pemanfaatan Sachet dan Pouch Serta Ekspansi Solusi Guna Ulang di Jabodetabek, Jakarta, Kamis 28 Maret 2024.
Head of Sustainable Development Research Cluster Daya Makara UI, Bisuk Abraham Sisungkunon mengatakan, mayoritas dari biaya sosial tersebut berupa gangguan kesehatan, baik gangguan saluran pernafasan maupun kardiovaskular, yang diidap oleh masyarakat luas akibat keterpaparan mereka terhadap polutan hasil pembakaran sampah sachet dan pouch. Belum lagi nilai moneter dari dampak negatif yang berpengaruh dengan isu perubahan iklim.
"Laporan studi ini menunjukkan angka kerugian yang luar biasa akibat penggunaan kemasan sachet dan pouch," kata Bisuk Abraham dalam keterangannya, Sabtu (30/3/2024).
Walaupun kata dia, masih ada beberapa keterbatasan dari studi ini, namun dapat menjadi jalan pembuka bagaimana melihat dampak dari kemasan sachet dan pouch yang selama ini dianggap 'ramah di kantong', tapi ternyata tidak ramah untuk lingkungan dan kesehatan.
"Melalui peluncuran laporan ini, kami berharap para pihak yang berwenang dalam menyusun kebijakan bisa memanfaatkannya untuk menyusun kebijakan yang tepat terhadap alternatif pengganti plastik sekali pakai terutama sachet dan pouch," jelas Bisuk Abraham.
Menurut Bisuk Abraham, sachet dan pouch merupakan dua jenis kemasan berbahan dasar plastik yang cukup luas digunakan di Indonesia khususnya untuk barang-barang konsumen yang bergerak cepat (Fast-moving consumer goods).
"Penggunaan sachet dan pouch dalam jumlah besar ini, hampir mustahil untuk dikumpulkan dan didaur ulang, sehingga mengakibatkan pencemaran plastik yang sangat besar, dan mengakibatkan pencemaran plastik dan mempercepat laju krisis iklim," tuturnya.
Diperkirakan kata dia, sebesar 38 persen sampah plastik di Indonesia tidak ditangani dengan baik, yang mencakup pembakaran di ruang terbuka sebesar 47 persen, 6 persen dikubur, serta sebanyak 5 persen sampah plastik dibuang ke badan air.