Tahun Politik 2023 dan Ancaman Resesi Global
Selasa, 20 Desember 2022 - 16:55 WIB
TAHUN 2022 segera berakhir dan 2023 pun segera tiba. Pergantian tahun kali ini terasa sedikit berbeda karena jauh-jauh hari sudah diprediksi bahwa kondisi global pada tahun mendatang cukup mencekam dan penuh ketidakpastian. Bahkan, situasi diramal bakal “gelap” akibat ancaman resesi global.
Situasi yang diprediksi sangat rawan tersebut tak pelak memicu kekhawatiran di mana-mana. Orang ramai membicarakan apa yang akan terjadi pada mereka jika seandainya dunia benar-benar dilanda resesi. Prediksi bahwa dunia akan gelap pada 2023 juga menjadi lampu kuning bagi Indonesia.
Baca Juga: koran-sindo.com
Situasi yang akan dihadapi negeri ini bahkan jauh lebih kompleks karena 2023 juga merupakan tahun politik. Indonesia tengah menghadapi Pemilu 2024 di mana pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) akan digelar serentak pada 14 Februari 2024.
Kontestasi elektoral dipastikan akan berjalan ketat mulai awal tahun depan, terutama persaingan menuju pencalonan presiden yang pendafatarannya dimulai September 2023. Partai politik akan saling berebut mitra koalisi untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres).
Begitupun kandidat calon presiden, mereka akan makin gencar bermanuver untuk merebut simpati dan dukungan pemilih. Ini berpotensi membuat kondisi politik menghangat bahkan mungkin memanas.
Dinamika pencapresan ini tentu akan sangat memengaruhi situasi politik dan keamanan Tanah Air. Situasi politik yang stabil tentu menjadi harapan para pelaku usaha. Iklim investasi akan tetap kondusif dan pertumbuhan ekonomi terjaga jika tercipta stabilitas politik. Kondisi sebaliknya pun demikian. Artinya, kondisi perekonomian domestik pada 2023 akan sangat dipengaruhi oleh hiruk pikuk politik dalam negeri.
Dari sudut pandang ekonomi, sebenarnya tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan Indonesia akan ikut tergulung gelombang resesi global. Bahkan, sebaliknya, perlu optimistis. Indikator makroekonomi Indonesia jelas memberi isyarat bahwa keadaan ekonomi tahun depan akan baik-baik saja. Inflasi Indonesia relatif terjaga yakni di angka 5,7%, di saat banyak negara di dunia justru sudah di atas 10%, bahkan ada yang 80%.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 mencapai 5,72% (yoy). Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bahkan optimistis pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2% (yoy) pada 2022 dan 5,3% (yoy) pada 2023. Bandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi global.
Situasi yang diprediksi sangat rawan tersebut tak pelak memicu kekhawatiran di mana-mana. Orang ramai membicarakan apa yang akan terjadi pada mereka jika seandainya dunia benar-benar dilanda resesi. Prediksi bahwa dunia akan gelap pada 2023 juga menjadi lampu kuning bagi Indonesia.
Baca Juga: koran-sindo.com
Situasi yang akan dihadapi negeri ini bahkan jauh lebih kompleks karena 2023 juga merupakan tahun politik. Indonesia tengah menghadapi Pemilu 2024 di mana pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) akan digelar serentak pada 14 Februari 2024.
Kontestasi elektoral dipastikan akan berjalan ketat mulai awal tahun depan, terutama persaingan menuju pencalonan presiden yang pendafatarannya dimulai September 2023. Partai politik akan saling berebut mitra koalisi untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres).
Begitupun kandidat calon presiden, mereka akan makin gencar bermanuver untuk merebut simpati dan dukungan pemilih. Ini berpotensi membuat kondisi politik menghangat bahkan mungkin memanas.
Dinamika pencapresan ini tentu akan sangat memengaruhi situasi politik dan keamanan Tanah Air. Situasi politik yang stabil tentu menjadi harapan para pelaku usaha. Iklim investasi akan tetap kondusif dan pertumbuhan ekonomi terjaga jika tercipta stabilitas politik. Kondisi sebaliknya pun demikian. Artinya, kondisi perekonomian domestik pada 2023 akan sangat dipengaruhi oleh hiruk pikuk politik dalam negeri.
Dari sudut pandang ekonomi, sebenarnya tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan Indonesia akan ikut tergulung gelombang resesi global. Bahkan, sebaliknya, perlu optimistis. Indikator makroekonomi Indonesia jelas memberi isyarat bahwa keadaan ekonomi tahun depan akan baik-baik saja. Inflasi Indonesia relatif terjaga yakni di angka 5,7%, di saat banyak negara di dunia justru sudah di atas 10%, bahkan ada yang 80%.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 mencapai 5,72% (yoy). Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bahkan optimistis pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2% (yoy) pada 2022 dan 5,3% (yoy) pada 2023. Bandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi global.
tulis komentar anda