Menavigasi Ekonomi Daerah dalam Pergolakan Global
Kamis, 15 Desember 2022 - 12:20 WIB
Namun, dalam turbulensi ekonomi global, yang dimulai dari ketegangan geopolitik hingga kini, pelemahan ekonomi Tiongkok, dan pengetatan kebijakan di negara maju, membuat proyeksi di tahun 2023 menjadi suram. Ini menarik bila coba ditelisik dari periskop ekonomi daerah.
Reseliensi Ekonomi Daerah
Kendati isu resesi yang berhembus kencang, kinerja ekspor di Sumatera dan Kalimantan masih diperkirakan tinggi. Sebabnya, harga batu bara masih mahal disertai dengan kebutuhan energi global yang tinggi. Lebih dari itu, cuaca yang bersahabat dan ketersediaan alat berat yang memadai membuat kinerja produksi batu bara lebih baik.
Di daerah Balinusra, peningkatan kapasitas pertambangan dan permintaan yang masih tinggi dari Korea dan Jepang membuat ekspor konsentrat tembaga diperkirakan tetap aman. Sementara itu di daerah Sulampua, peningkatan commissioning smelter dan produksi yang lebih tinggi juga diproyeksikan akan mendorong kinerja ekspor lebih kuat. Di lain sisi, performa ekspor daerah Jawa juga diperkirakan masih tetap terjaga karena ada peluang ekspor otomotif akibat penurunan freight cost container serta pembukaan kebijakan safeguard di Filipina.
Namun, perlu dicatat bahwa pelemahan ekonomi Tiongkok sempat melemahkan kinerja ekspor berbagai produk manufaktur andalan Jawa seperti produk alas kaki dan komponen pakaian. Secara keseluruhan, ekspor daerah masih memiliki prognosa yang baik dalam jangka menengah.
Tetapi bukan berarti tidak ada risiko sama sekali. Pasalnya, kuantitas ekspor relatif tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain, tidak ada kenaikan produktivitas yang berarti. Memang harga komoditas global masih melambung tinggi, tetapi bisa saja kondisi ini mendadak berubah. Sinyalemen negatif akan prospek ekonomi yang tengah mengemuka saat ini berpotensi besar mengurangi optimisme para agen ke depan. Imbasnya mengarah ke pemanfaatan utilisasi kapasitas industri dalam ataupun luar negeri. Yang bilamana sampai terjadi, niscaya mengurangi aktivitas ekonomi dan permintaan agregat.
Siklus semula yaitu commodity boom bisa tiba-tiba berganti jadi commodity bust, artinya terjadi penurunan harga komoditas global. Jika terjadi, maka kilauan ekspor daerah dan pertumbuhan ekonomi bisa segera meredup. Salah satu sinyal yang patut diperhatikan adalah harga minyak dunia yang terus anjlok.
Penguatan Strategi Daerah
Ke depan, arah penguatan strategi perekonomian daerah perlu dipastikan dalam kerangka peningkatan produktivitas dan kualitas ekspor daerah. Strategi relevan untuk menjawab masalah tersebut salah satunya adalah hilirisasi yang bisa memperbaiki nilai tambah produk dan memperkuat struktur industri daerah.
Antisipasi perubahan peta pengembangan produk hilirisasi akibat pesatnya perkembangan teknologi baru juga diperlukan. Sehingga ada industri prioritas yang nantinya akan dikembangkan dalam jangka menengah-panjang.
Reseliensi Ekonomi Daerah
Kendati isu resesi yang berhembus kencang, kinerja ekspor di Sumatera dan Kalimantan masih diperkirakan tinggi. Sebabnya, harga batu bara masih mahal disertai dengan kebutuhan energi global yang tinggi. Lebih dari itu, cuaca yang bersahabat dan ketersediaan alat berat yang memadai membuat kinerja produksi batu bara lebih baik.
Di daerah Balinusra, peningkatan kapasitas pertambangan dan permintaan yang masih tinggi dari Korea dan Jepang membuat ekspor konsentrat tembaga diperkirakan tetap aman. Sementara itu di daerah Sulampua, peningkatan commissioning smelter dan produksi yang lebih tinggi juga diproyeksikan akan mendorong kinerja ekspor lebih kuat. Di lain sisi, performa ekspor daerah Jawa juga diperkirakan masih tetap terjaga karena ada peluang ekspor otomotif akibat penurunan freight cost container serta pembukaan kebijakan safeguard di Filipina.
Namun, perlu dicatat bahwa pelemahan ekonomi Tiongkok sempat melemahkan kinerja ekspor berbagai produk manufaktur andalan Jawa seperti produk alas kaki dan komponen pakaian. Secara keseluruhan, ekspor daerah masih memiliki prognosa yang baik dalam jangka menengah.
Tetapi bukan berarti tidak ada risiko sama sekali. Pasalnya, kuantitas ekspor relatif tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain, tidak ada kenaikan produktivitas yang berarti. Memang harga komoditas global masih melambung tinggi, tetapi bisa saja kondisi ini mendadak berubah. Sinyalemen negatif akan prospek ekonomi yang tengah mengemuka saat ini berpotensi besar mengurangi optimisme para agen ke depan. Imbasnya mengarah ke pemanfaatan utilisasi kapasitas industri dalam ataupun luar negeri. Yang bilamana sampai terjadi, niscaya mengurangi aktivitas ekonomi dan permintaan agregat.
Siklus semula yaitu commodity boom bisa tiba-tiba berganti jadi commodity bust, artinya terjadi penurunan harga komoditas global. Jika terjadi, maka kilauan ekspor daerah dan pertumbuhan ekonomi bisa segera meredup. Salah satu sinyal yang patut diperhatikan adalah harga minyak dunia yang terus anjlok.
Penguatan Strategi Daerah
Ke depan, arah penguatan strategi perekonomian daerah perlu dipastikan dalam kerangka peningkatan produktivitas dan kualitas ekspor daerah. Strategi relevan untuk menjawab masalah tersebut salah satunya adalah hilirisasi yang bisa memperbaiki nilai tambah produk dan memperkuat struktur industri daerah.
Antisipasi perubahan peta pengembangan produk hilirisasi akibat pesatnya perkembangan teknologi baru juga diperlukan. Sehingga ada industri prioritas yang nantinya akan dikembangkan dalam jangka menengah-panjang.
tulis komentar anda