Perwira Tinggi TNI Berkarier Cemerlang Kelahiran Kota Debus, Nomor 3 Pahlawan Nasional
Sabtu, 03 Desember 2022 - 05:35 WIB
Lulus dari Seskoal, Darwanto dipercaya menjadi Komandan Kapal Selam Cakra-401. Selanjutnya, Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim, Paban II Jemen Srena KSAL dan Komandan Lanal Ternate.
Darwanto kemdian mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI. Tamat dari Sesko TNI, karier Darwanto semakin moncer, dia kemudian dipercaya menjadi Asops Pangarmabar, Wadan Lantamal IV Tanjung Pinang, Komandan Lantamal IV Tanjung Pinang.
Kariernya di TNI AL semakin menanjak setelah lulus Lemhannas RI PPSA pada 2013, Darwanto diangkat menjadi Waasops Panglima TNI, Pangkolinlamil, Pangarmatim, Dankodiklatal, dan Staf Khusus KSAL hingga pensiun.
Selama pengabdiannya di TNI AL, ada banyak penghargaan yang diperolehnya yakni, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Jalasena Pratama, Bintang Jalasena Nararya, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Kesetiaan XVI tahun, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Dwidya Sistha dan sebagainya. Berkat jasa-jasanya, Darwanto juga mendapat penghargaan dari TNI AL dan Dubes RI di USA.
3. Brigjen TNI (Anumerta) KH. Syam’un
Brigjen TNI KH Syam’un merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang menentang penjajahan Hindia Belanda di Banten. Pria kelahiran Beji, Cilegon, Kabupten Serang, Banten pada 5 April 1894 ini adalah putra dari H. Alidjan dan Siti Hajar. Kakek dari ibunya bernama Wasyid merupakan salah satu tokoh dalam peristiwa Geger Cilegon 1888.
Pada usia remaja, KH Syam’un pergi ke Mekkah. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. KH Syam’un pulang ke Tanah Air pada 1915. Selanjutnya pada 1916 dia mendirikan Pondok Pesantren Al-Khairiyah di Citangkil, Desa Warnasari, Cilegon, Kabupaten Serang, Banten.
Saat Jepang masuk ke Indonesia pada 1942, KH Syam’un kemudian diajak bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) pada November 1943. KH Syam’un diangkat menjadi Daidanco atau Komandan Batalyon. Awalnya, KH Syam’un enggan namun karena ancaman pondok pesantrennya akan ditutup akhirnya dia bersedia.
Selama bergabung di PETA, KH Syam’un mempelajari taktik dan strategi militer. Setelah Jepang kalah dari sekutu, KH Syam'un kemudian diangkat menjadi Ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk Keresidenan Banten dan Serang pada 1945. Badan ini kemudian mengusir tentara Jepang di markas Kenpetai dalam pertempuran sengit di Kampung Benggala.
Pada Oktober 1945 saat dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Komandemen 1/Jawa Barat membentuk Divisi 1 TKR dengan nama Divisi 1000/1 yang dipimpin oleh Panglima Divisi K.H Syam'un dengan pangkat kolonel. Bersama pasukannya KH Syam’un bertempur melawan NICA dan sekutu yang masuk melalui Banten saat agresi militer Belanda kedua.
Darwanto kemdian mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI. Tamat dari Sesko TNI, karier Darwanto semakin moncer, dia kemudian dipercaya menjadi Asops Pangarmabar, Wadan Lantamal IV Tanjung Pinang, Komandan Lantamal IV Tanjung Pinang.
Kariernya di TNI AL semakin menanjak setelah lulus Lemhannas RI PPSA pada 2013, Darwanto diangkat menjadi Waasops Panglima TNI, Pangkolinlamil, Pangarmatim, Dankodiklatal, dan Staf Khusus KSAL hingga pensiun.
Selama pengabdiannya di TNI AL, ada banyak penghargaan yang diperolehnya yakni, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Jalasena Pratama, Bintang Jalasena Nararya, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Kesetiaan XVI tahun, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Dwidya Sistha dan sebagainya. Berkat jasa-jasanya, Darwanto juga mendapat penghargaan dari TNI AL dan Dubes RI di USA.
3. Brigjen TNI (Anumerta) KH. Syam’un
Brigjen TNI KH Syam’un merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang menentang penjajahan Hindia Belanda di Banten. Pria kelahiran Beji, Cilegon, Kabupten Serang, Banten pada 5 April 1894 ini adalah putra dari H. Alidjan dan Siti Hajar. Kakek dari ibunya bernama Wasyid merupakan salah satu tokoh dalam peristiwa Geger Cilegon 1888.
Pada usia remaja, KH Syam’un pergi ke Mekkah. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. KH Syam’un pulang ke Tanah Air pada 1915. Selanjutnya pada 1916 dia mendirikan Pondok Pesantren Al-Khairiyah di Citangkil, Desa Warnasari, Cilegon, Kabupaten Serang, Banten.
Saat Jepang masuk ke Indonesia pada 1942, KH Syam’un kemudian diajak bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) pada November 1943. KH Syam’un diangkat menjadi Daidanco atau Komandan Batalyon. Awalnya, KH Syam’un enggan namun karena ancaman pondok pesantrennya akan ditutup akhirnya dia bersedia.
Selama bergabung di PETA, KH Syam’un mempelajari taktik dan strategi militer. Setelah Jepang kalah dari sekutu, KH Syam'un kemudian diangkat menjadi Ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk Keresidenan Banten dan Serang pada 1945. Badan ini kemudian mengusir tentara Jepang di markas Kenpetai dalam pertempuran sengit di Kampung Benggala.
Pada Oktober 1945 saat dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Komandemen 1/Jawa Barat membentuk Divisi 1 TKR dengan nama Divisi 1000/1 yang dipimpin oleh Panglima Divisi K.H Syam'un dengan pangkat kolonel. Bersama pasukannya KH Syam’un bertempur melawan NICA dan sekutu yang masuk melalui Banten saat agresi militer Belanda kedua.
Lihat Juga :
tulis komentar anda