Perwira Tinggi TNI Berkarier Cemerlang Kelahiran Kota Debus, Nomor 3 Pahlawan Nasional

Sabtu, 03 Desember 2022 - 05:35 WIB
loading...
Perwira Tinggi TNI Berkarier Cemerlang Kelahiran Kota Debus, Nomor 3 Pahlawan Nasional
Brigjen TNI KH Syam’un merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Jokowi. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Sejumlah Perwira Tinggi (Pati) TNI kelahiran Banten banyak yang memiliki karier cemerlang di militer. Bahkan salah satu di antaranya mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Joko Widodo ( Jokowi ).

Mereka ada yang memilih untuk mengabdikan dirinya di Angkatan Darat (AD) dan Angkatan Laut (AL). Tidak dapat dipungkiri, Banten yang dikenal sebagai Kota Debus ini banyak melahirkan pemimpin dan tokoh-tokoh nasional. Tidak hanya dalam bidang keagamaan namun juga di bidang militer.

Berikut ini Pati TNI kelahiran Banten yang berkarier di militer:

1. Mayor Jenderal TNI (Purn) Wawan Ruswandi

Pria kelahiran Pandeglang, Banten pada 8 Maret 1964 ini merupakan Alumni Akademi Militer (Akmil) 1987 dari kecabangan Kavaleri. Selama meniti kariernya di militer Wawan Ruswandi banyak mengenyam pendidikan militer Sesarcab Kavaleri pada 1987, kemudian Diklapa I dan II, selanjutnya, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) pada 1999-2000, Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI dan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).



Berbagai jabatan strategis pun pernah diemban oleh Wawan Ruswandi. Mengawali kariernya di TNI AD, Wawan Ruswandi menjabat sebagai Danton Yonkav 1 Divif 1/Kostrad, kemudian, Kasi Ops Yonkav 1/1 Kostrad dan Danki Tank Yonkav 1/1 Kostrad.

Perwira Tinggi TNI Berkarier Cemerlang Kelahiran Kota Debus, Nomor 3 Pahlawan Nasional


Setelah mengikuti pendidikan Seskoad, Wawan Ruswandi kemudian ditugaskan menjadi Wadanyonkav 5/Serbu Kodam II/Sriwijaya, Pabandya Binkar Spersdam Jaya, kemudian Danyonkav 7/Sersus Kodam Jaya pada periode 2002-2003.

Wawan Ruswandi juga pernah memegang jabatan territorial dengan menjabat sebagai Komandan Kodim (Dandim) 0711/Pemalang pada 2003-2008, kemudian, Danrem 052/Wijayakrama pada 2013-2014.

Baca Juga: Brigjen KH Syam’un, Pejuang Sekaligus Ulama Disegani Belanda dan Jepang

Kariernya terus moncer setelah menjabat sebagai Irdam IX/Udayana. Wawan Ruswandi selanjutnya dipercaya mengemban amanah sebagai Irum Itjenad, Dirjian Kodiklatad, Danpussenkav Kodiklatad, hingga puncaknya menjabat sebagai Aspers KSAD periode 2021-2022.

2. Laksamana Muda TNI (Purn) Darwanto

Pria kelahiran Rangkasbitung, Banten pada 13 September 1961 merupakan alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-XXIX pada 1984 dari Korps Pelaut (Kapal Selam).

Selama meniti kariernya di militer, Darwanto termasuk Pati TNI yang cerdas dengan perjalanan karier yang cukup cemerlang. Mengawali pengabdiannya di TNI AL, Darwanto menjabat sebagai Asisten Perwira Divisi Senjata (Aspadivsen) KRI Ratulangi-552 pada 1985.

Sambil menjalankan dinas kemiliterannya, Darwanto tetap mengutamakan pendidikan dengan mengikuti pendidikan Suspaja dan Tar P-4 pada 1985, Dikcawak Kasel dan Sus Pariksa pada 1986.
Termasuk mengikuti pendidikan Dikspespa/Art TA.1988/1989 Diklapa II/Koum TA.1991/1992, Sus Pakom, Sus Protis dan Sus Danlanal pada 1995. Setelah mengikuti pendidikan, Darwanto kemudian ditugaskan menjadi komandan kapal perang selama lima tahun.

Perwira Tinggi TNI Berkarier Cemerlang Kelahiran Kota Debus, Nomor 3 Pahlawan Nasional


Di antaranya, Komandan KRI Arung Samudera pada 1996, Komandan KRI Teluk Peleng-535 hingga Komandan KRI Dewaruci selama tiga tahun sejak 1998-2001. Selama menakhodai kapal perang kebanggaan Indonesia, Darwanto tetap mengutamakan pendidikan dengan mengikuti Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) Angkatan 35.

Lulus dari Seskoal, Darwanto dipercaya menjadi Komandan Kapal Selam Cakra-401. Selanjutnya, Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim, Paban II Jemen Srena KSAL dan Komandan Lanal Ternate.

Darwanto kemdian mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI. Tamat dari Sesko TNI, karier Darwanto semakin moncer, dia kemudian dipercaya menjadi Asops Pangarmabar, Wadan Lantamal IV Tanjung Pinang, Komandan Lantamal IV Tanjung Pinang.

Kariernya di TNI AL semakin menanjak setelah lulus Lemhannas RI PPSA pada 2013, Darwanto diangkat menjadi Waasops Panglima TNI, Pangkolinlamil, Pangarmatim, Dankodiklatal, dan Staf Khusus KSAL hingga pensiun.

Selama pengabdiannya di TNI AL, ada banyak penghargaan yang diperolehnya yakni, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Jalasena Pratama, Bintang Jalasena Nararya, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Kesetiaan XVI tahun, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Dwidya Sistha dan sebagainya. Berkat jasa-jasanya, Darwanto juga mendapat penghargaan dari TNI AL dan Dubes RI di USA.

3. Brigjen TNI (Anumerta) KH. Syam’un

Brigjen TNI KH Syam’un merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang menentang penjajahan Hindia Belanda di Banten. Pria kelahiran Beji, Cilegon, Kabupten Serang, Banten pada 5 April 1894 ini adalah putra dari H. Alidjan dan Siti Hajar. Kakek dari ibunya bernama Wasyid merupakan salah satu tokoh dalam peristiwa Geger Cilegon 1888.

Pada usia remaja, KH Syam’un pergi ke Mekkah. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. KH Syam’un pulang ke Tanah Air pada 1915. Selanjutnya pada 1916 dia mendirikan Pondok Pesantren Al-Khairiyah di Citangkil, Desa Warnasari, Cilegon, Kabupaten Serang, Banten.

Saat Jepang masuk ke Indonesia pada 1942, KH Syam’un kemudian diajak bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) pada November 1943. KH Syam’un diangkat menjadi Daidanco atau Komandan Batalyon. Awalnya, KH Syam’un enggan namun karena ancaman pondok pesantrennya akan ditutup akhirnya dia bersedia.

Selama bergabung di PETA, KH Syam’un mempelajari taktik dan strategi militer. Setelah Jepang kalah dari sekutu, KH Syam'un kemudian diangkat menjadi Ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk Keresidenan Banten dan Serang pada 1945. Badan ini kemudian mengusir tentara Jepang di markas Kenpetai dalam pertempuran sengit di Kampung Benggala.

Pada Oktober 1945 saat dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Komandemen 1/Jawa Barat membentuk Divisi 1 TKR dengan nama Divisi 1000/1 yang dipimpin oleh Panglima Divisi K.H Syam'un dengan pangkat kolonel. Bersama pasukannya KH Syam’un bertempur melawan NICA dan sekutu yang masuk melalui Banten saat agresi militer Belanda kedua.

KH. Syam’un bersama anak buahnya bergerilya dari Gunung Karang Kabupaten Pandeglang hingga Kampung Kamasan Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang. Pada 2 Maret 1949, KH Syam’un wafat. Berkat jasa-jasanya kepada bangsa dan negara, Presiden Jokowi menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional pada 8 November 2018 melalui Keppres No 123/TK/Tahun 2018, tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2217 seconds (0.1#10.140)