Presiden Angkat Panglima TNI dari AL, Sejumlah Jenderal AD Masuk Kabinet
Minggu, 27 November 2022 - 11:30 WIB
Profil Widodo AS
Widodo AS lahir di Boyolali pada Selasa, 1 Agustus 1944, sebagai anak ke-4 dari pasangan Adi Sutjipto dan Siti Fatonah. Ayahnya, seorang guru. Lantaran itu keluarga ini kerap berpindah tugas, termasuk sampai Probolinggo, Jawa Timur. Tidak mengherankan Widodo AS besar di Solo, mengikuti orangtuanya.
Widodo menempuh pendidikan di SMP dan SMA di Solo. Dia termasuk siswa dengan otak cemerlang. Karena itu pula Widodo diterima Fakultas Tehnik Mesin Universitas Gadjah Mada tanpa tes karena nilainya rata-rata di atas 8. Tapi kuliah ternyata tak menjadi pilihan bagi Widodo. Mengingat kehidupan orangtuanya yang masih harus membiayai kuliah kakaknya, Widodo memutuskan menjadi tentara.
“Terinspirasi oleh kakaknya, Iskandar, yang telah menjadi perwira TNI AD, akhirnya Widodo mendaftarkan diri ke Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya dan Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta,” tulis Usamah Hisyam dalam bukunya, “Widodo AS Nahkoda di Antara Tiga Presiden.”
Jalan hidup Widodo akhirnya membawa dia berkecimpung di matra Laut. AAL lebih dulu memanggilnya dibanding AAU, sehingga dia memutuskan untuk menjadi prajurit AL. Pendidikan itu dilaluinya dengan mulus. Widodo resmi menjadi letnan muda ketika dilantik di Dermaga Ujung, Surabaya pada 1968.
Dalam rekam jejaknya, berbagai penugasan dan jabatan telah dijalani. Widodo antara lain pernah dipercaya sebagai Komandan KRI Mongisidi-343, Komandan KRI Ki Hadjar Dewantara-364, dan Komandan KRI Abdul Halim Pedanakusuma-355. Setelah itu dia dipromosikan sebagai Asisten Operasi Komandan Gugus Tempur Laut Armada Timur pada 1991. Setelahnya lulusan SMAN 1 Surakarta ini dimutasi sebagai Perwira Pembantu (Paban) I Strategi dan Operasi pada Direktorat Kajian dan Pengembangan Sesko ABRI.
Tak lama promosi jabatan kembali diterimanya. Widodo dipercaya Panglima TNI menjadi Komandan Gugus Keamanan Laut Armada Barat (Guskamlabar), berlanjut sebagai Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dan melesat sebagai Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat pada 1 Februari 1995.
Bintang terangnya terus bersinar. Widodo selanjutnya diplot sebagai Asisten Perencanaan dan Anggaran KSAL (1996), kemudian Wakil KSAL pada 1997. Catatan gemilang menghiasi karier tentara dari Boyolali ini. Pada 1998 saat Indonesia compang-camping karena krisis moneter dan politik, Presiden BJ Habibie mengangkatnya sebagai orang nomor satu di matra Laut alias KSAL.
Widodo tidak lama menjabat sebagai KSAL. Sebab, Habibie mengangkatnya menjadi Wakil Panglima TNI pada 17 Juli 1999. Jabatan ini pun ternyata tak lama alias hanya tiga bulan.
Widodo AS lahir di Boyolali pada Selasa, 1 Agustus 1944, sebagai anak ke-4 dari pasangan Adi Sutjipto dan Siti Fatonah. Ayahnya, seorang guru. Lantaran itu keluarga ini kerap berpindah tugas, termasuk sampai Probolinggo, Jawa Timur. Tidak mengherankan Widodo AS besar di Solo, mengikuti orangtuanya.
Widodo menempuh pendidikan di SMP dan SMA di Solo. Dia termasuk siswa dengan otak cemerlang. Karena itu pula Widodo diterima Fakultas Tehnik Mesin Universitas Gadjah Mada tanpa tes karena nilainya rata-rata di atas 8. Tapi kuliah ternyata tak menjadi pilihan bagi Widodo. Mengingat kehidupan orangtuanya yang masih harus membiayai kuliah kakaknya, Widodo memutuskan menjadi tentara.
“Terinspirasi oleh kakaknya, Iskandar, yang telah menjadi perwira TNI AD, akhirnya Widodo mendaftarkan diri ke Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya dan Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta,” tulis Usamah Hisyam dalam bukunya, “Widodo AS Nahkoda di Antara Tiga Presiden.”
Jalan hidup Widodo akhirnya membawa dia berkecimpung di matra Laut. AAL lebih dulu memanggilnya dibanding AAU, sehingga dia memutuskan untuk menjadi prajurit AL. Pendidikan itu dilaluinya dengan mulus. Widodo resmi menjadi letnan muda ketika dilantik di Dermaga Ujung, Surabaya pada 1968.
Dalam rekam jejaknya, berbagai penugasan dan jabatan telah dijalani. Widodo antara lain pernah dipercaya sebagai Komandan KRI Mongisidi-343, Komandan KRI Ki Hadjar Dewantara-364, dan Komandan KRI Abdul Halim Pedanakusuma-355. Setelah itu dia dipromosikan sebagai Asisten Operasi Komandan Gugus Tempur Laut Armada Timur pada 1991. Setelahnya lulusan SMAN 1 Surakarta ini dimutasi sebagai Perwira Pembantu (Paban) I Strategi dan Operasi pada Direktorat Kajian dan Pengembangan Sesko ABRI.
Tak lama promosi jabatan kembali diterimanya. Widodo dipercaya Panglima TNI menjadi Komandan Gugus Keamanan Laut Armada Barat (Guskamlabar), berlanjut sebagai Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dan melesat sebagai Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat pada 1 Februari 1995.
Baca Juga
Bintang terangnya terus bersinar. Widodo selanjutnya diplot sebagai Asisten Perencanaan dan Anggaran KSAL (1996), kemudian Wakil KSAL pada 1997. Catatan gemilang menghiasi karier tentara dari Boyolali ini. Pada 1998 saat Indonesia compang-camping karena krisis moneter dan politik, Presiden BJ Habibie mengangkatnya sebagai orang nomor satu di matra Laut alias KSAL.
Widodo tidak lama menjabat sebagai KSAL. Sebab, Habibie mengangkatnya menjadi Wakil Panglima TNI pada 17 Juli 1999. Jabatan ini pun ternyata tak lama alias hanya tiga bulan.
tulis komentar anda