Jalan Panjang Laksamana Widodo AS, dari Panglima TNI hingga Posisi Sejumlah Menteri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Laksamana TNI Widodo Adi Sutjipto merupakan satu dari dua prajurit TNI AL yang pernah menjabat sebagai Panglima TNI . Bahkan jabatan Panglima dan Wakil Panglima dilakukan di tiga periode presiden berbeda, yaitu BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri.
Meski demikian, kariernya semakin cemerlang pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah jabatan menteri diembannya mulai Menko Polhukam, Wantimpres, Menpan RB (ad interim), dan Mendagri (ad interim).
Profesionalisme Laksamana Widodo sendiri diuji saat MPR mengeluarkan dekritnya dan menurunkan Gus Dur dan digantikan Megawati Soekarnoputri. Di masa itulah, Widodo AS yang menjadi Panglima TNI mampu meredam kekuatan TNI dan memilih tak mengikuti konflik politik yang terjadi.
Ia berhasil mempertahankan profesionalitas dan netralitas serta menjaga kekompakan TNI dengan tidak memihak kepada salah satu pihak walaupun peluang itu terbuka luas. Laksamana Widodo AS berhasil menjadi nakhoda yang tangguh dan profesional di antara tiga Presiden RI, yaitu BJ Habibie saat menjadi Wakil Panglima TNI, Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri menjadi Panglima TNI.
Laksamana Widodo mengakhiri masa jabatannya sebagai Panglima TNI pada tanggal 18 Juni 2002 dan menyerahkan estafet kepemimpinan TNI kepada penggantinya Jenderal TNI Endriartono Sutarto. Meskipun sudah tidak lagi menjabat sebagai Panglima TNI dan bersiap memasuki masa pensiun, tidaklah berarti Widodo AS dapat 'duduk tenang', karena negara masih membutuhkan pengabdian dan keahliannya.
Salah satunya, krisis Irak-Amerika Serikat ditahun 2002-2003 yang berujung pada meletusnya perang terbuka, memberi ekses negatif pada warga negara Indonesia yang bermukim di Irak. Presiden Megawati mengangkat Widodo AS sebagai Ketua Tim Nasional Penanggulangan Dampak Situasi Irak (TNPDSI) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses evakuasi WNI dari Irak.
Karier Militer
Laksamana Widodo sendiri diketahui mengawal karier militernya saat di Irian usai Pepera. Kala itu ia yang berpangkat Letnan Muda ditempatkan sebagai Perwira Senjata di Divisi Meriam Serbaguna di Kapal Penjelajah RI Irian terhitung mulai tanggal 1 Januari 1969.
Sempat ditarik ke darat dan menjabat sebagai staf dan komandan pangkalan laut. Ia kembali berdinas laut sebagai Palaksa KRI Samadikun-341. Ia juga sempat berkolaborasi di Belanda dan membuat kapal perang.
Tahun 1991, ia dipercaya sebagai Asisten Operasi Komandan Gugus Tempur Laut Armada Timur pada tahun 1991. Saat peristiwa penting di wilayah Timor-Timur dan masuk dalam operasi Aru Jaya di perairan antara Tim-Tim dengan Australia. Dalam operasi itu Widodo AS berhasil mengusir kapal Lusitania Expresso.
Kolonel Widodo yang merupakan lulusan terbaik saat mengikuti Seskogab Angkatan XVIII menjadi salah satu Guru Militer Sesko ABRI di Bandung. Ia menjadi Guru Militer sebagai Perwira Pembantu (Paban) I Strategi dan Operasi pada Direktorat Kajian dan Pengembangan Sesko ABRI terhitung mulai 1 Oktober 1992.
Setahun setelahnya ia mendapat kenaikan pangkat menjadi Laksamana Pertama TNI. Ia kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat mulai tanggal 1 Februari 1995 hingga Laksda Widodo diangkat menjadi Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) KSAL.
Meski demikian, kariernya semakin cemerlang pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah jabatan menteri diembannya mulai Menko Polhukam, Wantimpres, Menpan RB (ad interim), dan Mendagri (ad interim).
Profesionalisme Laksamana Widodo sendiri diuji saat MPR mengeluarkan dekritnya dan menurunkan Gus Dur dan digantikan Megawati Soekarnoputri. Di masa itulah, Widodo AS yang menjadi Panglima TNI mampu meredam kekuatan TNI dan memilih tak mengikuti konflik politik yang terjadi.
Ia berhasil mempertahankan profesionalitas dan netralitas serta menjaga kekompakan TNI dengan tidak memihak kepada salah satu pihak walaupun peluang itu terbuka luas. Laksamana Widodo AS berhasil menjadi nakhoda yang tangguh dan profesional di antara tiga Presiden RI, yaitu BJ Habibie saat menjadi Wakil Panglima TNI, Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri menjadi Panglima TNI.
Laksamana Widodo mengakhiri masa jabatannya sebagai Panglima TNI pada tanggal 18 Juni 2002 dan menyerahkan estafet kepemimpinan TNI kepada penggantinya Jenderal TNI Endriartono Sutarto. Meskipun sudah tidak lagi menjabat sebagai Panglima TNI dan bersiap memasuki masa pensiun, tidaklah berarti Widodo AS dapat 'duduk tenang', karena negara masih membutuhkan pengabdian dan keahliannya.
Salah satunya, krisis Irak-Amerika Serikat ditahun 2002-2003 yang berujung pada meletusnya perang terbuka, memberi ekses negatif pada warga negara Indonesia yang bermukim di Irak. Presiden Megawati mengangkat Widodo AS sebagai Ketua Tim Nasional Penanggulangan Dampak Situasi Irak (TNPDSI) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses evakuasi WNI dari Irak.
Karier Militer
Laksamana Widodo sendiri diketahui mengawal karier militernya saat di Irian usai Pepera. Kala itu ia yang berpangkat Letnan Muda ditempatkan sebagai Perwira Senjata di Divisi Meriam Serbaguna di Kapal Penjelajah RI Irian terhitung mulai tanggal 1 Januari 1969.
Sempat ditarik ke darat dan menjabat sebagai staf dan komandan pangkalan laut. Ia kembali berdinas laut sebagai Palaksa KRI Samadikun-341. Ia juga sempat berkolaborasi di Belanda dan membuat kapal perang.
Tahun 1991, ia dipercaya sebagai Asisten Operasi Komandan Gugus Tempur Laut Armada Timur pada tahun 1991. Saat peristiwa penting di wilayah Timor-Timur dan masuk dalam operasi Aru Jaya di perairan antara Tim-Tim dengan Australia. Dalam operasi itu Widodo AS berhasil mengusir kapal Lusitania Expresso.
Kolonel Widodo yang merupakan lulusan terbaik saat mengikuti Seskogab Angkatan XVIII menjadi salah satu Guru Militer Sesko ABRI di Bandung. Ia menjadi Guru Militer sebagai Perwira Pembantu (Paban) I Strategi dan Operasi pada Direktorat Kajian dan Pengembangan Sesko ABRI terhitung mulai 1 Oktober 1992.
Setahun setelahnya ia mendapat kenaikan pangkat menjadi Laksamana Pertama TNI. Ia kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat mulai tanggal 1 Februari 1995 hingga Laksda Widodo diangkat menjadi Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) KSAL.
(kri)