Game Changer, Tuntutan atau Tantangan?
Minggu, 13 November 2022 - 13:51 WIB
Generasi milenial juga harus berani menjadi game changer atau agen perubahan. Apalagi saat ini semua dipermudah dengan teknologi. Hal tersebut semakin lengkap dengan menguasai ilmu pengetahuan.
Indonesia butuh lebih banyak game changer yang menjadi inisiator dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Tentunya game changer ini diharapkan mengubah jalannya permainan perubahan peradaban, bahkan memunculkan sebuah realitas dan kesadaran baru.
Tugas pembangunan dari pemerintah beserta segenap kekuatan masyarakat sipil, perguruan tinggi, aktor ekonomi, akademisi, media massa menata pembangunan yang berbasis keadilan.
Pasalnya, game changer tidak bisa muncul secara tiba-tiba. Mereka harus terus diupayakan dengan menciptakan ekosistem yang menunjang dan benar-benar memperhatikan kualitas hidup para generasi muda.
Untuk membentuk karakter para game changer perlu pendampingan dengan metode berbeda. Bisa jadi, metode teaching tak lagi relevan. Konsep learning menjadi cara yang dianggap mampu menunjang pembentukan karakter tersebut.
Teaching maupun learning merupakan metode yang akrab dengan dunia pembelajaran formal dan nonformal. Guru merupakan subjek yang paling lekat dengan metode tersebut. Karena itu, guru adalah elemen yang sangat penting dalam menjawab permasalahan itu.
Pemerintah sudah memberi ruang berupa konsep Merdeka Belajar. Konsep itu merupakan ruang bagi siswa untuk mendalami kompetensi sehingga mereka menjadi pakar di bidangnya.
Hanya, banyak guru yang belum bisa mengambil intisari dari Merdeka Belajar. Guru tetap masih mengedepankan metode teaching. Mereka berperan sebagai tutor, bukan mitra siswa dalam mendalami kompetensinya.
Tak jarang seorang siswa dianggap bodoh, menyimpang, tak disiplin hanya karena pola pikir tak sesuai dengan kaidah yang dipahami guru. Padahal, bisa jadi pola pikir itu yang menjadi jalan masuk pemikiran siswa dalam menguasai bidangnya. Pada kasus seperti ini, guru sebagai mitra hendaknya mengarahkan sehingga siswa bisa semakin menemukan jalannya.
Dari gambaran itu, sangat jelas bahwa mewujudkan game changer membutuhkan sentuhan para guru yang tepat dalam mengoptimalkan perannya. Sebab, game changer merupakan tuntutan yang harus dilalui, bukan tantangan yang harus dihindari.
Indonesia butuh lebih banyak game changer yang menjadi inisiator dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Tentunya game changer ini diharapkan mengubah jalannya permainan perubahan peradaban, bahkan memunculkan sebuah realitas dan kesadaran baru.
Tugas pembangunan dari pemerintah beserta segenap kekuatan masyarakat sipil, perguruan tinggi, aktor ekonomi, akademisi, media massa menata pembangunan yang berbasis keadilan.
Pasalnya, game changer tidak bisa muncul secara tiba-tiba. Mereka harus terus diupayakan dengan menciptakan ekosistem yang menunjang dan benar-benar memperhatikan kualitas hidup para generasi muda.
Untuk membentuk karakter para game changer perlu pendampingan dengan metode berbeda. Bisa jadi, metode teaching tak lagi relevan. Konsep learning menjadi cara yang dianggap mampu menunjang pembentukan karakter tersebut.
Teaching maupun learning merupakan metode yang akrab dengan dunia pembelajaran formal dan nonformal. Guru merupakan subjek yang paling lekat dengan metode tersebut. Karena itu, guru adalah elemen yang sangat penting dalam menjawab permasalahan itu.
Pemerintah sudah memberi ruang berupa konsep Merdeka Belajar. Konsep itu merupakan ruang bagi siswa untuk mendalami kompetensi sehingga mereka menjadi pakar di bidangnya.
Hanya, banyak guru yang belum bisa mengambil intisari dari Merdeka Belajar. Guru tetap masih mengedepankan metode teaching. Mereka berperan sebagai tutor, bukan mitra siswa dalam mendalami kompetensinya.
Tak jarang seorang siswa dianggap bodoh, menyimpang, tak disiplin hanya karena pola pikir tak sesuai dengan kaidah yang dipahami guru. Padahal, bisa jadi pola pikir itu yang menjadi jalan masuk pemikiran siswa dalam menguasai bidangnya. Pada kasus seperti ini, guru sebagai mitra hendaknya mengarahkan sehingga siswa bisa semakin menemukan jalannya.
Dari gambaran itu, sangat jelas bahwa mewujudkan game changer membutuhkan sentuhan para guru yang tepat dalam mengoptimalkan perannya. Sebab, game changer merupakan tuntutan yang harus dilalui, bukan tantangan yang harus dihindari.
tulis komentar anda