Kalung Eucalyptus Disebut Antivirus Covid-19, Ini Tanggapan Pakar Kesehatan
Minggu, 05 Juli 2020 - 12:35 WIB
JAKARTA - Klaim dan rencana Kementerian Pertanian (Kementan) memproduksi kalung anti- Covid-19 menuai tanggapan berbagai kalangan. Pakar kesehatan menyebut klaim itu masih membutuhkan uji klinis.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Ari Fahrial Syam mengatakan tidak boleh skeptis dengan hasil penelitian in vitro mengenai eucalyptus (minyak kayu putih) memiliki efek positif untuk menangkal virus Sars Cov-II. Di sisi lain, tidak boleh berlebihan dan langsung diklaim sebagai antivirus Covid-19.
"Masih butuh perjalanan riset yang panjang untuk sampai bisa mengklaim sebagai antivirus. Apalagi riset in vitro atau baru di tingkat sel itu belum menggunakan virus Covid-19 langsung," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Minggu (5/7/2020).
Pada Jumat (3/7/2020), Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memperkenalkan temuan dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementan berupa kalung yang bisa 'mematikan' virus Sars Cov-II yang sedang merajalela di seluruh dunia. ( ).
Menteri dari Partai Nasdem itu menerangkan, jika menggunakan kalung selama 15 menit, bisa membunuh 42 persen virus Sars Cov-II. Persentase virus yang bisa dibasmi meningkat hingga 80 persen apabila kalung itu dikenakan selama 30 menit. Syahrul sesumbar kalung itu akan diproduksi massal pada Agustus ini.
"Saat ini, harapan masyarakat, media, dan pemerintah begitu besar terhadap penanganan virus Covid-19 sehingga penelitian baru di tingkat sel saja langsung diklaim sebagai antivirus," ucap Ari.
Dokter spesialis penyakit dalam itu menerangkan, produk-produk lain yang berbahan kayu putih dalam bentuk inhaler dan roll on bukanlah antivirus Sars Cov-II, meskipun produk-produk itu sudah disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Jadi saya tidak setuju jika kalung eucalyptus disebut sebagai antivirus. Cukuplah disebut kalung kayu putih. Saya berharap riset eucalyptus ini berlanjut karena minyak kayu putih memang sudah kita gunakan sejak dahulu kala. Juga sampai hari ini untuk berbagai masalah kesehatan," tuturnya.
Ari berharap, penelitian lebih lanjut dan uji klinik bisa membuktikan eucalyptus bermanfaat untuk terapi Covid-19. Apabila itu terjadi, bisa menjadi kontribusi Indonesia untuk dunia.
"FKUI dengan IMERI (Indonesia Medical Education Research Institute) yang sedang giat-giatnya melakukan riset kedokteran untuk Covid-19 ini siap bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian Veteriner. Hal itu untuk melakukan uji animal dan uji klinis dengan produk eucalyptus ini," pungkasnya.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Ari Fahrial Syam mengatakan tidak boleh skeptis dengan hasil penelitian in vitro mengenai eucalyptus (minyak kayu putih) memiliki efek positif untuk menangkal virus Sars Cov-II. Di sisi lain, tidak boleh berlebihan dan langsung diklaim sebagai antivirus Covid-19.
"Masih butuh perjalanan riset yang panjang untuk sampai bisa mengklaim sebagai antivirus. Apalagi riset in vitro atau baru di tingkat sel itu belum menggunakan virus Covid-19 langsung," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Minggu (5/7/2020).
Pada Jumat (3/7/2020), Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memperkenalkan temuan dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementan berupa kalung yang bisa 'mematikan' virus Sars Cov-II yang sedang merajalela di seluruh dunia. ( ).
Menteri dari Partai Nasdem itu menerangkan, jika menggunakan kalung selama 15 menit, bisa membunuh 42 persen virus Sars Cov-II. Persentase virus yang bisa dibasmi meningkat hingga 80 persen apabila kalung itu dikenakan selama 30 menit. Syahrul sesumbar kalung itu akan diproduksi massal pada Agustus ini.
"Saat ini, harapan masyarakat, media, dan pemerintah begitu besar terhadap penanganan virus Covid-19 sehingga penelitian baru di tingkat sel saja langsung diklaim sebagai antivirus," ucap Ari.
Dokter spesialis penyakit dalam itu menerangkan, produk-produk lain yang berbahan kayu putih dalam bentuk inhaler dan roll on bukanlah antivirus Sars Cov-II, meskipun produk-produk itu sudah disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Jadi saya tidak setuju jika kalung eucalyptus disebut sebagai antivirus. Cukuplah disebut kalung kayu putih. Saya berharap riset eucalyptus ini berlanjut karena minyak kayu putih memang sudah kita gunakan sejak dahulu kala. Juga sampai hari ini untuk berbagai masalah kesehatan," tuturnya.
Ari berharap, penelitian lebih lanjut dan uji klinik bisa membuktikan eucalyptus bermanfaat untuk terapi Covid-19. Apabila itu terjadi, bisa menjadi kontribusi Indonesia untuk dunia.
"FKUI dengan IMERI (Indonesia Medical Education Research Institute) yang sedang giat-giatnya melakukan riset kedokteran untuk Covid-19 ini siap bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian Veteriner. Hal itu untuk melakukan uji animal dan uji klinis dengan produk eucalyptus ini," pungkasnya.
(zik)
tulis komentar anda