Anies, Paloh, Wali Politik, dan So What?

Selasa, 04 Oktober 2022 - 18:21 WIB
Dalam menjalani tugas sebagai Gubernur DKI, Anies selama ini tak lebih sebagai 'yatim politik' yang tak pernah henti dibully tidak hanya oleh berbagai aktor politik DKI, akan tetapi juga bahkan dijadikan target oleh lingkaran politik tingkat tinggi nasonal yang tak pernah berhenti. Hanya karena kerja keras dan 'kelakuan baik' lah yang membuat Anies bertahan.

Apa ukuran kerja keras dan kelakuan baik itu menjadi benteng penahan dari intrusi dan intervensi berbagai kekuatan yang hendak mencelakakannya dalam lima tahun masa jabatannya. Indikator yang paling gampang dicari adalah soliditas partai pendukung Anies-Sandi di DPRD DKI, ditambah dengan sejumlah partai yang berseberangan dengan Anies, ketika Pemilihan Gubernur DKI lima tahun yang lalu. Kecuali PDI Perjuangan dan PSI, semua partai lain non koalisi Anies-Sandi ikut aktif bersama Anies membangun Jakarta. Bukti yang paling nyata adalah kegagalan beberapa kali upaya “gempa tektonik” DPRD DKI yang disponsori PDIP dan PSI tidak dilayani oleh partai-partai lainnya.

Dalam berbagai percobaan mencelakakan Anies selama ia menjabat Gubernur DKI Anies tak pernah mengeluh, menyerang balik, atau menunjukkan sikap permusuhan terhadap siapapun,dalam kondisi yang bagaimanapun. Kerja keras, perilaku, integritas, dan komunikasi politik yang baiklah yang selama ini yang mejadi “wali politik” Anies yang mumpuni.

Kisah perjuangan Anies "selamat" dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI adalah sebuah prestasi yang menunjukkan sesuatu yang baru dalam perpolitikan nasional. Istilah "yatim politik", yang melerat pada Anies paling kurang pada level Ibu Kota adalah sesuatu yang unik. Anies membuktkan bahwa "yatim politik" bukanlah sesuatu yang menjadi halangan untuk pengabdian publik bila saja ditekuni dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.Itu telah terjadi dan terbuktikan.

Apa yang diinginkan oleh tubuh dan jiwa Anies segera setelah ia tidak lagi menjadi gubernur DKI adalah keberlanjutan fitnah, hoaks, yang dibangun dengan sempurna oleh kelompok yang tidak menginginkannya menjadi capres, apalagi Presiden. Barangkali Anies akan susah makan dan tidur, jika tidak ada berita buruk yang ditimpakan kepadanya setiap hari. Ibarat virus, karena imunitas awal yang dimilikinya cukup kuat, apa pun perlakuan yang diberikan kemudian, karena ia tak mati, akan membuatnya semakin kuat.

Dalam pandangan Paloh, memasuki gelombang pemilihan presiden, andalan hanya kepada imunitas yang dimiliki Anies tidak cukup. Ketika Anies masuk dalam konvensi Nasdem beberapa bulan yang lalu, untuk capres, Paloh sadar benar tentang kekuatan, kelemahan, dan ancaman yang akan dihadapi Anies.

Mungkin dalam pandangan Paloh, berbagai serangan yang akan datang itu terlalu tinggi risikonya jika hanya dibebankan kepada kesehatan tubuh, dan imunitas yang dimiliki oleh Anies. Suatu saat Anies pasti perlu dikawal, dijaga, apalagi bila ia menjadi capres Nasdem.

Perkiraan Paloh tidak meleset. Tiba-tiba saja ada gangguan besar yang terencana dengan baik yang ingin menyeret Anies, dan membuatnya tersungkur, dan bahkan dapat keluar dari gelanggang Capres 2024. Tak cukup dengan itu, Anies juga diupayakan untuk menjadi ikon terburuk politik Indonesia pasca-Reformasi.

Paloh mengambil sikap. Ia memutuskan untuk menjadi wali dengan cepat. Tidak hanya Paloh, sebentar lagi akan datang lagi para wali lainnya yang akan menyertai Paloh untuk mengusung Anies. Paloh dan para calon wali baru tahu bahwa upaya mencelakakan Anies tidak hanya akan selesai dengan kasus KPK versi salah satu media. More to come, dan mereka akan siap menghadapinya.
(zik)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More