Anies, Paloh, Wali Politik, dan So What?

Selasa, 04 Oktober 2022 - 18:21 WIB


Yang perlu diingat, calon presiden yang diusung oleh Nasdem ini adalah sosok individu yang perjalanan karier politiknya tidak biasa. Ia adalah sosok pribadi yang mendapat perlakuan khusus untuk dijadikan sebagai 'ikon' kebencian publik, sekaligus makhluk yang paling berbahaya untuk masa depan NKRI. Tak cukup dengan kompetisi politik, ada sebagian oligarki juga yang terlibat jauh yang menginginkan Anies dienyahkan dari gelangang perebutan Indonesia satu pada Pilpres 2024.

Logika Paloh ketika mulai melirik Anies justru berbanding terbalik dengan kawan-kawannya, mungkin sebagian anggota dari koalisi pendukung Jokowi. Ketika ia menyebut alasan utamanya memilih Anies dalam deklarasi Nasdem dua hari yang lalu dengan tiga kata dalam kalimat kunci, ungkapan itu memberi banyak nuansa bagi mereka yang rajin mengikuti arus besar politik nasional yang tengah berlangsung.

Paloh menyebutkan alasan utamanya memilih Anies sebagai capres dengan slogan “why not the best”, menggambarkan arti yang sangat dalam dan bahkan hampir sampai kepada sebuah 'keniscayaan' untuk masa depan bangsa. Ia seolah melihat Anies sebagai spesies yang sangat krusial eksistensinya, tidak hanya perlu diselamatkan, akan tetapi juga harus berbiak banyak. Pilihan ini dalam kacamata Paloh, lebih kepada untuk membawa masa depan Indonesia ke arah yang lebih baik daripada apa yang sedang terjadi hari ini.

Apa yang dilakukan oleh Paloh pada tanggal 3 Oktober 2022, walaupun di permukaan formalitasnya disebut sebagai Deklarasi Capres Anies Baswedan, yang sesungguhnya ia lakukan adalah sebuah pilihan posisi yang tidak biasa. Ia mengumumkan kepada publik tentang posisinya yang sesungguhnya, lebih dari sekadar menjadikan Nasdem sebagai kendaraan politik Anies.

Yang hendak ia katakan kepada semua pihak, termasuk kepada Presiden Jokowi adalah,"Mulai hari ini, saya adalah Wali Politik Anies Baswedan". Ada kalimat yang tidak disebutkan yang seharusnya dibaca dengan bijak oleh mereka yang hendak menjerumuskan dan bahkan mencelakakan Anes. Kalimat lanjutan itu adalah "so what"-kenapa rupanya?- bahasa Kota Medan, tempat Paloh remaja tumbuh. Ada lagi kalimat tambahan yang tak kurang kalah pentingnya,"I know you, you know me"- saya tahu kalian, kalian juga tahu siapa saya.

Hanya dengan menghayati kalimat-kalimat itulah kita dapat menghayati kenapa kelahiran Anies Baswedan sebagai capres yang direncanakan 'genap bulan' pada tanggal 10 November, melalui kelahiran alami dan sempurna, diputuskan untuk diselamatkan dengan 'operasi cesar' dua hari yang lalu.

Paloh sepertinya tahu benar kenapa ia harus menjadi 'wali politik' Anies. Dalam agama dan kepercayaan apa pun, termasuk dalam tradisi Islam, setelah ayah, maka Wali adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap perjalanan kehidupan seseorang yang menjadi tanggung jawabnya, dalam suka dan duka.

Dalam tradisi Aceh-tempat keluarga Paloh berasal, istilah “tueng bila” adalah sebuah istilah yang sangat terkait dengan peran wali terhap individu yang menjadi tanggong jawabnya. “Tueng bila” seringkali dikaitkan dengan perlakuan yang terjadi terhadap seseorang yang menjadi tanggung jawab sang wali, terutama jika mengalami penghinaan, pemukulan, kekerasan, dan bahkan kematian.

Adalah kewajiban Wali untuk membela, dan bahkan menuntut balas, walau dengan harga nyawa sekalipun untuk menjaga nama keluarga. Itulah esensi “tueng bila” Surya Paloh untuk Anies Baswedan. Itulah arti lain dari Paloh dan Nasdem melakukan tindakan “operasi cesar” untuk Anies.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More