Kado Pahit Hari Tani
Sabtu, 24 September 2022 - 10:40 WIB
Sekarang keadaannya berbalik. Untuk mendapatkan satu gram emas, petani harus menjual satu kuintal beras. Bagaimana mungkin mereka bisa menyekolahkan anaknya. Petani tetap dalam jurang kemiskinan.
Dalam kondisi seperti itu, peluang kerja, termasuk menjadi buruh migran –meskipun berisiko kematian—dianggap lebih bermartabat ketimbang menganggur.
Jika memang pemerintah berniat mengembalikan martabat warga dan bangsa, terutama petani, Hari Tani harus dijadikan momentum membalik arah pembangunan: dari sektor non-tradable (sektor keuangan, jasa, realestat, transportasi dan komunikasi, serta perdagangan/hotel/restoran) yang bersifat padat modal, teknologi dan pengetahuan ke sektor tradable (pertanian, pertambangan, dan manufaktur) yang padat tenaga kerja dan berbasis lokal. Sebab, orientasi pembangunan semacam itu telah menciptakan kesenjangan kota-desa, keterbelakangan desa, dan marjinalisasi ekonomi perdesaan. Orientasi ini harus dihentikan.
Tanpa perubahan terhadap pilihan strategi industrialisasi dan pembangunan nasional mustahil kemiskinan di perdesaan bisa dihapus. Untuk menghapus kemiskinan di perdesaan harus dilakukan pembangunan perdesaan. Terkait ini, tidak ada pembangunan perdesaan tanpa pembangunan pertanian.
Oleh karena itu, usaha menciptakan peluang kerja (menghapus kemiskinan) tidak akan berhasil tanpa upaya sistematis membenahi kebijakan dan keberpihakan pada sektor pertanian dan industri pengolahan yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor pertanian.
Dari sisi petani, tanah, modal, pengetahuan dan teknologi, serta akses pasar menjadi kebutuhan primer. Tidak cukup hanya redistribusi tanah (landreform).
Selain itu, prioritas atau fokus pembangunan ekonomi seharusnya bukan hanya berada di pertanian atau pendalaman struktur industri. Tetapi juga membangun proses industrialisasi yang mampu mengubah pola transformasi ekonomi ke arah transformasi ekonomi yang menghasilkan pola perubahan struktural yang memperkuat ekonomi Indonesia di masa datang.
Kesalahan industrialisasi tanpa transformasi struktur ekonomi tidak hanya memiskinkan petani, tapi juga membuat fondasi ekonomi rapuh. Tanpa mau mengubah pola industrialisasi dan orientasi pembangunan, bakal selalu tercipta kado pahit di Hari Tani.
Dalam kondisi seperti itu, peluang kerja, termasuk menjadi buruh migran –meskipun berisiko kematian—dianggap lebih bermartabat ketimbang menganggur.
Jika memang pemerintah berniat mengembalikan martabat warga dan bangsa, terutama petani, Hari Tani harus dijadikan momentum membalik arah pembangunan: dari sektor non-tradable (sektor keuangan, jasa, realestat, transportasi dan komunikasi, serta perdagangan/hotel/restoran) yang bersifat padat modal, teknologi dan pengetahuan ke sektor tradable (pertanian, pertambangan, dan manufaktur) yang padat tenaga kerja dan berbasis lokal. Sebab, orientasi pembangunan semacam itu telah menciptakan kesenjangan kota-desa, keterbelakangan desa, dan marjinalisasi ekonomi perdesaan. Orientasi ini harus dihentikan.
Tanpa perubahan terhadap pilihan strategi industrialisasi dan pembangunan nasional mustahil kemiskinan di perdesaan bisa dihapus. Untuk menghapus kemiskinan di perdesaan harus dilakukan pembangunan perdesaan. Terkait ini, tidak ada pembangunan perdesaan tanpa pembangunan pertanian.
Oleh karena itu, usaha menciptakan peluang kerja (menghapus kemiskinan) tidak akan berhasil tanpa upaya sistematis membenahi kebijakan dan keberpihakan pada sektor pertanian dan industri pengolahan yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor pertanian.
Dari sisi petani, tanah, modal, pengetahuan dan teknologi, serta akses pasar menjadi kebutuhan primer. Tidak cukup hanya redistribusi tanah (landreform).
Selain itu, prioritas atau fokus pembangunan ekonomi seharusnya bukan hanya berada di pertanian atau pendalaman struktur industri. Tetapi juga membangun proses industrialisasi yang mampu mengubah pola transformasi ekonomi ke arah transformasi ekonomi yang menghasilkan pola perubahan struktural yang memperkuat ekonomi Indonesia di masa datang.
Kesalahan industrialisasi tanpa transformasi struktur ekonomi tidak hanya memiskinkan petani, tapi juga membuat fondasi ekonomi rapuh. Tanpa mau mengubah pola industrialisasi dan orientasi pembangunan, bakal selalu tercipta kado pahit di Hari Tani.
(ynt)
tulis komentar anda