Bangsa Sehat Minus Promosi Kesehatan
Rabu, 03 Agustus 2022 - 14:00 WIB
Pada awal 1980 organisasi kesehatan dunia (WHO) menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai tujuannya apabila hanya memfokuskan pada upaya-upaya perubahan perilaku saja. Sebab, harus pula mencakup perubahan lingkungan (fisik, politik, ekonomi, sosial, budaya) sebagai pendukung perubahan perilaku tersebut. Karena itu, semenjak 1984 Divisi Pendidikan Kesehatan WHO diubah menjadi Divisi Promosi dan Pendidikan Kesehatan.
Promosi kesehatan bukan sekadar proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan saja, tetapi bagaimana memfasilitasi perubahan perilaku. Bahkan, promosi kesehatan merupakan upaya intervensi terhadap semua determinan kesehatan (lingkungan, perilaku, pelayanan, dan herediter).
Menurut Strategi Global Promosi Kesehatan WHO (1984), promosi kesehatan mengandung sekurang-kurangnya tujuh prinsip, yaitu: a) perubahan perilaku, b) perubahan sosial, c) pengembangan kebijakan, d) pemberdayaan, e) partisipasi masyarakat, dan f) membangun kemitraan.
Selanjutnya, WHO (1984) pun mengeluarkan tiga strategi promosi, yakni: Pertama, advokasi (advocacy). Strategi ini ditujukan kepada pembuat keputusan (decision makers) baik di bidang kesehatan maupun di sektor lain di luar kesehatan. Tujuannya, agar pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan kesehatan masyarakat.
Kedua, dukungan sosial (social support). Strategi ini ditujukan kepada tokoh masyarakat baik formal maupun informal yang mempunyai pengaruh di masyakat. Tujuannya, agar kegiatan atau program kesehatan mendapatkan dukungan dari tokoh masyakat. Dan, selanjutnya tokoh masyarakat menjembatani antara pengelola kegiatan atau program kesehatan dengan masyarakat.
Ketiga, pemberdayaan masyarakat (empowerment). Strategi ini merupakan gerakan yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuannya, agar masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatnya derajat kesehatannya secara mandiri.
Promosi kesehatan merupakan bagian dari kegiatan untuk mencapai kesehatan bagi semua. Karena itu, dikembangkan pula konsep dan strategi promosi kesahatan baru yang lebih dinamis dan menyeluruh, yakni “Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve their health.” Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Mengingat pra-kondisi yang diperlukan untuk kesehatan sangat luas, seperti suasana damai, papan, pendidikan, makanan, penghasilan, lingkungan yang stabil, sumber daya, dan keadilan sosial maka tiga strategi promosi kesehatan WHO (1984) telah dianggap kurang memadai. Untuk itu, pada Konferensi Internasional Promosi Kesehatan pertama di Ottawa (1986) dihasilkan Ottawa Charter yang memuat lima butir strategi promosi kesehatan baru. Lima stategi tersebut, yakni: Membuat kebijakan berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan yang mendukung, memperkuat kegiatan masyarakat, mengembangkan kemampuan keterampilan petugas, dan reorientasi pelayanan kesehatan.
Promosi Kesehatan sebagai Pencegahan Utama
Pada akhirnya kita sadar bahwa secanggih apapun pelayanan rumah sakit yang digawangi dokter spesialis dan sub-spesialis terbaik, tetap saja hanya sebagai medical backup (meminjam istilah Prof. Farid A. Moeloek, mantan Menteri Kesehatan RI dan Ketua Umum PB IDI). Artinya, pelayanan rumah sakit atau pelayanan kedokteran itu memang tempatnya di hilir atau di belakang. Bukan “garda terdepan” seperti yang selama ini sering diperdengarkan selama pandemi Covid-19. Promosi kesehatan masyarakatlah yang merupakan benteng atau garda terdepan. Dan untuk tugas ini, kini sudah banyak tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi khusus, yang mampu melaksanakannya dengan baik.
Promosi kesehatan bukan sekadar proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan saja, tetapi bagaimana memfasilitasi perubahan perilaku. Bahkan, promosi kesehatan merupakan upaya intervensi terhadap semua determinan kesehatan (lingkungan, perilaku, pelayanan, dan herediter).
Menurut Strategi Global Promosi Kesehatan WHO (1984), promosi kesehatan mengandung sekurang-kurangnya tujuh prinsip, yaitu: a) perubahan perilaku, b) perubahan sosial, c) pengembangan kebijakan, d) pemberdayaan, e) partisipasi masyarakat, dan f) membangun kemitraan.
Selanjutnya, WHO (1984) pun mengeluarkan tiga strategi promosi, yakni: Pertama, advokasi (advocacy). Strategi ini ditujukan kepada pembuat keputusan (decision makers) baik di bidang kesehatan maupun di sektor lain di luar kesehatan. Tujuannya, agar pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan kesehatan masyarakat.
Kedua, dukungan sosial (social support). Strategi ini ditujukan kepada tokoh masyarakat baik formal maupun informal yang mempunyai pengaruh di masyakat. Tujuannya, agar kegiatan atau program kesehatan mendapatkan dukungan dari tokoh masyakat. Dan, selanjutnya tokoh masyarakat menjembatani antara pengelola kegiatan atau program kesehatan dengan masyarakat.
Ketiga, pemberdayaan masyarakat (empowerment). Strategi ini merupakan gerakan yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuannya, agar masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatnya derajat kesehatannya secara mandiri.
Promosi kesehatan merupakan bagian dari kegiatan untuk mencapai kesehatan bagi semua. Karena itu, dikembangkan pula konsep dan strategi promosi kesahatan baru yang lebih dinamis dan menyeluruh, yakni “Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve their health.” Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Mengingat pra-kondisi yang diperlukan untuk kesehatan sangat luas, seperti suasana damai, papan, pendidikan, makanan, penghasilan, lingkungan yang stabil, sumber daya, dan keadilan sosial maka tiga strategi promosi kesehatan WHO (1984) telah dianggap kurang memadai. Untuk itu, pada Konferensi Internasional Promosi Kesehatan pertama di Ottawa (1986) dihasilkan Ottawa Charter yang memuat lima butir strategi promosi kesehatan baru. Lima stategi tersebut, yakni: Membuat kebijakan berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan yang mendukung, memperkuat kegiatan masyarakat, mengembangkan kemampuan keterampilan petugas, dan reorientasi pelayanan kesehatan.
Promosi Kesehatan sebagai Pencegahan Utama
Pada akhirnya kita sadar bahwa secanggih apapun pelayanan rumah sakit yang digawangi dokter spesialis dan sub-spesialis terbaik, tetap saja hanya sebagai medical backup (meminjam istilah Prof. Farid A. Moeloek, mantan Menteri Kesehatan RI dan Ketua Umum PB IDI). Artinya, pelayanan rumah sakit atau pelayanan kedokteran itu memang tempatnya di hilir atau di belakang. Bukan “garda terdepan” seperti yang selama ini sering diperdengarkan selama pandemi Covid-19. Promosi kesehatan masyarakatlah yang merupakan benteng atau garda terdepan. Dan untuk tugas ini, kini sudah banyak tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi khusus, yang mampu melaksanakannya dengan baik.
tulis komentar anda