Pandemi Corona, IDAI Sebut Kematian Anak Indonesia Paling Banyak di Asia
Kamis, 25 Juni 2020 - 14:14 WIB
"Jadi kalau kami lihat, yang meninggal baik PDP maupun confirmed ini 200-an makanya, kami bisa katakan untuk saat ini yang meninggal anak kita paling banyak di Asia bahkan mungkin di dunia saat ini untuk masa pandemi COVID-19. Direct atau indirect (langsung ataupun tidak langsung)," terangnya.
Menurut Presiden Asosiasi Dokter Anak Asia-Pasifik (Asia Pacific Pediatric Association) itu, data ini cukup menyedihkan karena yang banyak meninggal adalah anak usia di bawah 1-5 tahun. Dalam artian, mereka anak-anak yang belum sempat merayakan ulang tahun pertama dan kelima.
Sementera angka kelahiran di Indonesia saat ini hampir 5 juta per tahun, dan sampai pertengahan tahun ini sudah ada 1 juta anak yang lahir di masa pandemi. "Kalau ini sampai akhir tahun, tentulah ada 3 juta-an anak yang akan lahir dan ini harus kita lindungi mereka lahir di masa pandemi. Di media, ada salah satu provinsi, ibu bapaknya negatif, bayinya ternyata positif dan meninggal," ujar Aman.
Karena itu dia menilai, hal ini terjadi bukan karena perlindungan anak yang kurang tetapi, kesadaran bahwa anak-anak ini bisa sakit dan meninggal yang kurang. Dan ini merupakan pandangan IDAI sebagai ahli, bukan untuk maksud menakut-nakuti.
"Mohon maaf bukan ingin menakuti tapi karena kami ahli kami boleh dong bicara pandangan kami," ucapnya.
Aman menjelaskan, kasus kematian di bawah usia 5 tahun itu memang terjadi di seluruh dunia. Dan jumlah anak di Indonesia jika ditotalkan dengan anak usia remaja ada 90 juta, dan jumlah keseluruhan anak yang sekolah ada 60 juta.
Sebelum pandemi Corona, angka kematian bayi dan balita di Indonesia memang tidak sebanyak di India dan Pakistan tetapi saat pandemi, justru anak Indonesia yang lebih banyak meninggal dunia, bahkan jika dibandingkan dengan Vietnam.
"Penyebab terbanyak kita adalah diare dan pneumonia. Ini penyebab kematian nomor 1 dan 2 yang setiap tahun tetap sama. Stunting dan malnutrisi juga, tapi yang kurang gizi sekitar 18-19 persen," ungkapnya.
Menurut Aman, jika kombinasi antara diare, pneumonia ditambah stunting dan malnutrisi ini terjadi maka, mereka lebih rentan terinfeksi Covid-19 karena tentu daya tahan tubuh mereka tidak baik. Dan kalau terlambat penanganannya, mereka akan meninggal.
"Kami dapat laporan dari temen-temen di seluruh cabang IDAI, kita tidak dapat kesempatan lama rawat anak-anak ini, ada yang tidak sampai 24 jam, 48 jam, tidak sampai 72 jam. Jadi ada keterlambatan untuk mereka dirujuk," sesalnya.
Menurut Presiden Asosiasi Dokter Anak Asia-Pasifik (Asia Pacific Pediatric Association) itu, data ini cukup menyedihkan karena yang banyak meninggal adalah anak usia di bawah 1-5 tahun. Dalam artian, mereka anak-anak yang belum sempat merayakan ulang tahun pertama dan kelima.
Sementera angka kelahiran di Indonesia saat ini hampir 5 juta per tahun, dan sampai pertengahan tahun ini sudah ada 1 juta anak yang lahir di masa pandemi. "Kalau ini sampai akhir tahun, tentulah ada 3 juta-an anak yang akan lahir dan ini harus kita lindungi mereka lahir di masa pandemi. Di media, ada salah satu provinsi, ibu bapaknya negatif, bayinya ternyata positif dan meninggal," ujar Aman.
Karena itu dia menilai, hal ini terjadi bukan karena perlindungan anak yang kurang tetapi, kesadaran bahwa anak-anak ini bisa sakit dan meninggal yang kurang. Dan ini merupakan pandangan IDAI sebagai ahli, bukan untuk maksud menakut-nakuti.
"Mohon maaf bukan ingin menakuti tapi karena kami ahli kami boleh dong bicara pandangan kami," ucapnya.
Aman menjelaskan, kasus kematian di bawah usia 5 tahun itu memang terjadi di seluruh dunia. Dan jumlah anak di Indonesia jika ditotalkan dengan anak usia remaja ada 90 juta, dan jumlah keseluruhan anak yang sekolah ada 60 juta.
Sebelum pandemi Corona, angka kematian bayi dan balita di Indonesia memang tidak sebanyak di India dan Pakistan tetapi saat pandemi, justru anak Indonesia yang lebih banyak meninggal dunia, bahkan jika dibandingkan dengan Vietnam.
"Penyebab terbanyak kita adalah diare dan pneumonia. Ini penyebab kematian nomor 1 dan 2 yang setiap tahun tetap sama. Stunting dan malnutrisi juga, tapi yang kurang gizi sekitar 18-19 persen," ungkapnya.
Menurut Aman, jika kombinasi antara diare, pneumonia ditambah stunting dan malnutrisi ini terjadi maka, mereka lebih rentan terinfeksi Covid-19 karena tentu daya tahan tubuh mereka tidak baik. Dan kalau terlambat penanganannya, mereka akan meninggal.
"Kami dapat laporan dari temen-temen di seluruh cabang IDAI, kita tidak dapat kesempatan lama rawat anak-anak ini, ada yang tidak sampai 24 jam, 48 jam, tidak sampai 72 jam. Jadi ada keterlambatan untuk mereka dirujuk," sesalnya.
tulis komentar anda