Mewujudkan SDM Pancasila(is)
Jum'at, 03 Juni 2022 - 10:10 WIB
Momentum
Awal mula penetapan 1 Juni sebagai Hari Pancasila adalah saat Sukarno menyampaikan pidato dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Pidato Bung Karno akhirnya dirumuskan menjadi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dasar negara yang diusulkan oleh Sukarno mencakup philosophische grondslag (dasar filsafat, fundamen, dan pikiran mendalam). Hal ini menjadi dasar dari sebuah negara Indonesia yakni kebangsaan/nasionalisme, kemanusiaan (internasionalisme), musyawarah, mufakat, perwakilan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang berkebudayaan.
Melalui forum sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Sukarno memperkenalkan 5 sila. “Sekarang, banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya,” sebagaimana diucapkan Bung Karno.
Bagaimana memanfaatkan momentum hari lahir Pancasila sebagai gerakan besar untuk mewujudkan sumberdaya manusia (SDM) Pancasila(is)?
SDM Pancasil (is)
SDM Pancasila(is) merupakan suatu keniscayaan. Generasi muda dan milenial perlu memiliki kedekatan hati, jiwa dan batin dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Seperti apa SDM Pancasila(is) itu?
Apa yang sudah digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam bentuk profil pelajar Pancasila, tampaknya dapat dipertimbangkan untuk diadopsi atau diadaptasi. Profil ini berisikan enam dimensi.
Dimensi pertama, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Prinsipnya, harus memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Elemen kunci yakni iman dan takwa kepada Tuhan YME, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada manusia lain, akhlak kepada alam, dan akhlak kepada negara.
Dimensi kedua, berkebinekaan global, yaitu mampu mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Hal ini dilakukan dengan menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa
Awal mula penetapan 1 Juni sebagai Hari Pancasila adalah saat Sukarno menyampaikan pidato dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Pidato Bung Karno akhirnya dirumuskan menjadi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dasar negara yang diusulkan oleh Sukarno mencakup philosophische grondslag (dasar filsafat, fundamen, dan pikiran mendalam). Hal ini menjadi dasar dari sebuah negara Indonesia yakni kebangsaan/nasionalisme, kemanusiaan (internasionalisme), musyawarah, mufakat, perwakilan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang berkebudayaan.
Melalui forum sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Sukarno memperkenalkan 5 sila. “Sekarang, banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya,” sebagaimana diucapkan Bung Karno.
Bagaimana memanfaatkan momentum hari lahir Pancasila sebagai gerakan besar untuk mewujudkan sumberdaya manusia (SDM) Pancasila(is)?
SDM Pancasil (is)
SDM Pancasila(is) merupakan suatu keniscayaan. Generasi muda dan milenial perlu memiliki kedekatan hati, jiwa dan batin dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Seperti apa SDM Pancasila(is) itu?
Apa yang sudah digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam bentuk profil pelajar Pancasila, tampaknya dapat dipertimbangkan untuk diadopsi atau diadaptasi. Profil ini berisikan enam dimensi.
Dimensi pertama, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Prinsipnya, harus memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Elemen kunci yakni iman dan takwa kepada Tuhan YME, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada manusia lain, akhlak kepada alam, dan akhlak kepada negara.
Dimensi kedua, berkebinekaan global, yaitu mampu mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Hal ini dilakukan dengan menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa
tulis komentar anda