Mewujudkan SDM Pancasila(is)
loading...
A
A
A
Hendarman
Analis Kebijakan Ahli Utama pada Kemendikbudristek
BEBERAPA hari lalu, 1 Juni 2022, kita merayakan kembali hari Lahir Pancasila dengan tema “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia”. Melalui peringatan ini, segenap komponen bangsa dan masyarakat Indonesia berkomitmen untuk memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai bagian dari pengarusutamaan Pancasila. Juga, sebagai panduan dalam seluruh bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Komitmen tersebut sedang diuji seiring terjadinya perubahan teknologi, sosial, dan lingkungan secara global. Perubahan ini bisa menguatkan atau sebaliknya melemahkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pertanyaannya, bagaimana pemerintah menyiapkan sumber daya manusia unggul Indonesia berlandaskan nilai-nilai Pancasila?
Perubahan Secara Global
Terdapat tiga perubahan global. Pertama, perubahan teknologi, yakni disrupsi teknologi yang berdampak pada semua sektor. Hal ini ditunjukkan oleh penerapan otomatisasi, AI (artificial intelligence), dan big data di semua sektor. Berikutnya, konektivitas 5G yang memungkinkan teknologi lainnya saling terhubung seperti kendaraan otonom, drones, serta pencetakan 3D, augmented dan virtual reality.
Kedua, perubahan sosiokultural, yakni perubahan demografi, profil sosio-ekonomi dari populasi dunia. Hal ini ditandai dengan (a) meningkatnya usia harapan hidup dan usia lama bekerja; (b) tumbuhnya migrasi, urbanisasi, keragaman budaya, dan kelas menengah; (c) meningkatnya tenaga kerja yang terus bergerak (mobile) dan fleksibel, dan (d) munculnya kepedulian konsumen terhadap etika, privasi, dan kesehatan.
Ketiga, perubahan lingkungan, ditandai dengan habisnya bahan bakar fosil, krisis air, perubahan iklim, dan naiknya permukaan. Beberapa indikator, meningkatnya kebutuhan energi dan air dan berkurangnya sumber daya alam; meningkatnya perhatian terhadap energi alternatif untuk melawan perubahan iklim; dan upaya berkelanjutan pada isu lingkungan seperti plastik dan limbah nuklir.
Momentum
Awal mula penetapan 1 Juni sebagai Hari Pancasila adalah saat Sukarno menyampaikan pidato dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Pidato Bung Karno akhirnya dirumuskan menjadi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dasar negara yang diusulkan oleh Sukarno mencakup philosophische grondslag (dasar filsafat, fundamen, dan pikiran mendalam). Hal ini menjadi dasar dari sebuah negara Indonesia yakni kebangsaan/nasionalisme, kemanusiaan (internasionalisme), musyawarah, mufakat, perwakilan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang berkebudayaan.
Melalui forum sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Sukarno memperkenalkan 5 sila. “Sekarang, banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya,” sebagaimana diucapkan Bung Karno.
Bagaimana memanfaatkan momentum hari lahir Pancasila sebagai gerakan besar untuk mewujudkan sumberdaya manusia (SDM) Pancasila(is)?
SDM Pancasil (is)
SDM Pancasila(is) merupakan suatu keniscayaan. Generasi muda dan milenial perlu memiliki kedekatan hati, jiwa dan batin dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Seperti apa SDM Pancasila(is) itu?
Apa yang sudah digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam bentuk profil pelajar Pancasila, tampaknya dapat dipertimbangkan untuk diadopsi atau diadaptasi. Profil ini berisikan enam dimensi.
Dimensi pertama, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Prinsipnya, harus memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Elemen kunci yakni iman dan takwa kepada Tuhan YME, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada manusia lain, akhlak kepada alam, dan akhlak kepada negara.
Dimensi kedua, berkebinekaan global, yaitu mampu mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Hal ini dilakukan dengan menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa
Dimensi ketiga, bergotong royong, yakni memiliki kemampuan gotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen kunci yaitu kolaborasi, kepedulian dan berbagi.
Dimensi keempat, mandiri, yakni memiliki tanggung jawab atas proses dan hasil belajar. Elemen kuncinya yaitu kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.
Dimensi kelima, bernalar kritis, yakni mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen kunci, memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, serta merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.
Dimensi keenam, kreatif, yakni mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal dan menghasilkan gagasan yang orisinal
Gerakan Bersama
Pertama, perwujudan SDM Pancasila(is) menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pemangku kepentingan. Masing-masing pihak diberikan peran khusus dengan dilandasi prinsip saling membantu dan bergotong royong.
Kedua, mengedepankan nilai-nilai keteladanan berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Tokoh panutan dari berbagai strata usia, menjadi pilihan strategi. Tokoh ini memberi pengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ketiga, menetapkan proses pembinaan secara berkelanjutan di samping adanya sanksi bagi mereka yang tidak berkomitmen. Hal ini sebagai suatu instrumen pengukuran pencapaian indikator-indikator dimensi SDM Pancasila(is).
Baca Juga: koran-sindo.com
Analis Kebijakan Ahli Utama pada Kemendikbudristek
BEBERAPA hari lalu, 1 Juni 2022, kita merayakan kembali hari Lahir Pancasila dengan tema “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia”. Melalui peringatan ini, segenap komponen bangsa dan masyarakat Indonesia berkomitmen untuk memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai bagian dari pengarusutamaan Pancasila. Juga, sebagai panduan dalam seluruh bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Komitmen tersebut sedang diuji seiring terjadinya perubahan teknologi, sosial, dan lingkungan secara global. Perubahan ini bisa menguatkan atau sebaliknya melemahkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pertanyaannya, bagaimana pemerintah menyiapkan sumber daya manusia unggul Indonesia berlandaskan nilai-nilai Pancasila?
Perubahan Secara Global
Terdapat tiga perubahan global. Pertama, perubahan teknologi, yakni disrupsi teknologi yang berdampak pada semua sektor. Hal ini ditunjukkan oleh penerapan otomatisasi, AI (artificial intelligence), dan big data di semua sektor. Berikutnya, konektivitas 5G yang memungkinkan teknologi lainnya saling terhubung seperti kendaraan otonom, drones, serta pencetakan 3D, augmented dan virtual reality.
Kedua, perubahan sosiokultural, yakni perubahan demografi, profil sosio-ekonomi dari populasi dunia. Hal ini ditandai dengan (a) meningkatnya usia harapan hidup dan usia lama bekerja; (b) tumbuhnya migrasi, urbanisasi, keragaman budaya, dan kelas menengah; (c) meningkatnya tenaga kerja yang terus bergerak (mobile) dan fleksibel, dan (d) munculnya kepedulian konsumen terhadap etika, privasi, dan kesehatan.
Ketiga, perubahan lingkungan, ditandai dengan habisnya bahan bakar fosil, krisis air, perubahan iklim, dan naiknya permukaan. Beberapa indikator, meningkatnya kebutuhan energi dan air dan berkurangnya sumber daya alam; meningkatnya perhatian terhadap energi alternatif untuk melawan perubahan iklim; dan upaya berkelanjutan pada isu lingkungan seperti plastik dan limbah nuklir.
Momentum
Awal mula penetapan 1 Juni sebagai Hari Pancasila adalah saat Sukarno menyampaikan pidato dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Pidato Bung Karno akhirnya dirumuskan menjadi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dasar negara yang diusulkan oleh Sukarno mencakup philosophische grondslag (dasar filsafat, fundamen, dan pikiran mendalam). Hal ini menjadi dasar dari sebuah negara Indonesia yakni kebangsaan/nasionalisme, kemanusiaan (internasionalisme), musyawarah, mufakat, perwakilan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang berkebudayaan.
Melalui forum sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Sukarno memperkenalkan 5 sila. “Sekarang, banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya,” sebagaimana diucapkan Bung Karno.
Bagaimana memanfaatkan momentum hari lahir Pancasila sebagai gerakan besar untuk mewujudkan sumberdaya manusia (SDM) Pancasila(is)?
SDM Pancasil (is)
SDM Pancasila(is) merupakan suatu keniscayaan. Generasi muda dan milenial perlu memiliki kedekatan hati, jiwa dan batin dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Seperti apa SDM Pancasila(is) itu?
Apa yang sudah digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam bentuk profil pelajar Pancasila, tampaknya dapat dipertimbangkan untuk diadopsi atau diadaptasi. Profil ini berisikan enam dimensi.
Dimensi pertama, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Prinsipnya, harus memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Elemen kunci yakni iman dan takwa kepada Tuhan YME, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada manusia lain, akhlak kepada alam, dan akhlak kepada negara.
Dimensi kedua, berkebinekaan global, yaitu mampu mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Hal ini dilakukan dengan menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa
Dimensi ketiga, bergotong royong, yakni memiliki kemampuan gotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen kunci yaitu kolaborasi, kepedulian dan berbagi.
Dimensi keempat, mandiri, yakni memiliki tanggung jawab atas proses dan hasil belajar. Elemen kuncinya yaitu kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.
Dimensi kelima, bernalar kritis, yakni mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen kunci, memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, serta merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.
Dimensi keenam, kreatif, yakni mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal dan menghasilkan gagasan yang orisinal
Gerakan Bersama
Pertama, perwujudan SDM Pancasila(is) menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pemangku kepentingan. Masing-masing pihak diberikan peran khusus dengan dilandasi prinsip saling membantu dan bergotong royong.
Kedua, mengedepankan nilai-nilai keteladanan berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Tokoh panutan dari berbagai strata usia, menjadi pilihan strategi. Tokoh ini memberi pengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ketiga, menetapkan proses pembinaan secara berkelanjutan di samping adanya sanksi bagi mereka yang tidak berkomitmen. Hal ini sebagai suatu instrumen pengukuran pencapaian indikator-indikator dimensi SDM Pancasila(is).
Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)