Menikah di Era New Normal

Minggu, 21 Juni 2020 - 22:37 WIB
Dalam memimpin pernikahan atau dalam bahasa Inggrisnya “officiation” saya melakukan hal yang sama. Sang mempelai menyampaikan keinginannya untuk dinikahi (ijab). Dan sang mempelai pria menerima (qabul) nikahnya sesuai ajaran Islam (Quran & Sunnah).

Tentu dengan catatan tegas bahwa untuk memenuhi syarat kawin di atas, sang mampelai wanita telah mendapat izin dari walinya untuk menikahkan diri sendiri kepada calon suaminya.

Secara budaya atau tradisi di negara-negara muslim mungkin cara ini berbeda. Sebab pada lazimnya pernikahan di negara-negara muslim, wanita akan dinikahkan oleh walinya, bahkan wakil walinya (penghulu). Wanita hanya akan menjadi penonton. Bahkan tidak jarang sang mempelai wanita tidak ikut menyaksikan acara penting hidupnya itu karena mereka ditempatkan di kamar terpisah.

Hal ini berani saya lakukan berbeda minimal karena dua alasan:

Pertama, generasi muda di Amerika memiliki mentalitas dan pandangan budaya yang berbeda. Kalau sang wanita ditempatkan dalam kamar lalu diwakili oleh walinya maka dia akan merasa tidak dilibatkan dan didiskriminasi. Ini bisa berimbas kepada isu gender equality atau kesetaraan jender.

Kedua, saya memang berpikir bahwa pernikahan itu adalah sesuatu yang sangat penting bagi kedua mempelai. Maka walaupun ada persyaratan “izin” dari wali, bukan bearti sang wali yang harus menikahkan. Jika izin telah diberikan maka sang mempelai wanita berhak menikahkan dirinya sendiri.

Tentu ini dimaksudkan, selain karena alasan di atas, juga karena saya merasa jika sang mempelai wanita yang melakukan langsung akan lebih dalam maknanya bagi dirinya. Ada keterlibatan emosi secara langsung, sehingga acara itu akan semakin bermakna bagi dirinya sendiri.

Tatacara pernikahan seperti ini sejujurnya awalnya mendapat resistensi dari pemimpin agama tradisional, khususnya mereka yang dari Timur Tengah dan Asia Selatan. Tapi belakangan justru semakin mendapatkan apresiasi dan paling digandrungi oleh generasi muda muslim Amerika.

Tentu selain tatacara pernikahan yang baru di atas, juga pernikahan anak saya menjadi unik karena inginnya dihadiri dan didoakan oleh banyak saudara dan sahabat. Tapi karena situasi yang sangat berbeda, kehadiran mereka semua juga sangat berbeda.

Acara pernikahan anak saya kemarin disaksikan oleh ribuan orang, baik langsung hadir di zoom dengan kapasitas terbatas 100 orang, maupun FB dan IG live. FB live misalnya memperlihatkan 1.000-an yang menonton secara langsung.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More