Entrepreneurship 'Jalur Corona'

Sabtu, 20 Juni 2020 - 07:32 WIB
Seorang MC cantik yang tentu saja banyak kehilangan job artis tiba-tiba tergerak menjadi penyuplai alat pelindung diri dan tetek bengek alat kesehatan, semata karena melihat dirinya punya modal jejaring sosial dan waktu luang yang berlimpah untuk bisa berbagi sekaligus memperoleh penghasilan pengganti.

Seorang gadis muda yang sejak semula memang punya kegemaran membuat pakaian jadi tanpa kegiatan menjual sebagai pretensi tiba-tiba menjadi pengusaha masker modis beraksesori manakala melihat kebutuhan fashion yang sehat dan fungsional banyak dicari. Hobi tersalurkan dan adanya penghasilan tambahan tentu sangat menyenangkan.

Itu sekadar contoh dari begitu banyak profesi entrepreneurship baru yang tiba-tiba saja bermunculan di tengah pandemi. Semua tak pernah direncanakan untuk menjadi sebuah profesi usaha baru jika saja pandemi tak bertamu. Kalaupun saya banyak mengambil contoh para wanita mandiri, itu semata karena naluri saya sebagai laki-laki. Ahay!

“UMKM Stroberi”

Kemunculan entrepreneur-entrepreneur baru seperti di atas layak diapresiasi, tetapi juga menyisakan pekerjaan rumah yang harus digarisbawahi.

Suatu ketika pakar perubahan Rhenald Kasali menulis soal tumbuh suburnya strawberry generation di negeri ini. Apa itu “generasi stroberi”? Ya, layaknya spesifikasi buah stroberi yang terlihat indah dan eksotis, tetapi sesungguhnya begitu mudah koyak dan hancur manakala ia bergesekan atau berbenturan dengan benda lain di sekitarnya. Maka generasi stroberi adalah generasi yang keren, inovatif, bersemangat, namun ternyata mudah menyerah dan “sakit” ketika harus berhadapan dengan kesulitan, kompetisi, dan ketidakpastian.

Profesor Rhenald memang mengibaratkan generasi stroberi ini dalam konteks generasi biologis-demografis. Ia tidak spesifik menyinggung soal generasi UMKM, tetapi lebih pada generasi muda yang semestinya menjadi generasi tangguh di kemudian hari. Namun tak ada salahnya jika penyebutan istilah strawberry generation ini kita gunakan untuk menyebut generasi UMKM yang masih “muda”, relatif lahir secara instan, penuh kreativitas dan inovasi di awal kelahirannya, tapi belum teruji secara mental dan waktu.

Sebagai proses menuju kematangan, optimisme yang menggelegak dari para pelaku usaha ini baru menapaki tahap permulaan. Kebetulan tahap awal ini adalah tahap yang manis, yang terdukung keterbatasan gerak konsumen akibat pandemi. Artinya mereka baru bertemu dengan satu jenis musim dari begitu banyak jenis musim yang akan mereka temui dalam sebuah siklus usaha. Musim sepi penjualan karena kondisi yang tak mendukung lagi, musim sulit bahan baku karena sumber daya yang mulai terbatasi, musim kering diversifikasi produk karena begitu banyak kompetitor yang lebih kreatif berinovasi, juga mungkin “pandemi-pandemi” kesehatan baru ataupun yang murni karena guncangan ekonomi. (Baca juga: 9 Sektor Eonomi Dibuka dengan Mengutamakan Protokol Kesehatan)

Di dalam situasi yang rajin berganti arah seperti itulah ujian sesungguhnya bagi para entrepreneur sejati. Karena jika pengusaha bisa diibaratkan sebagai pelaut, maka “pakem”-nya berbunyi : pelaut ulung tidak dilahirkan di laut yang tenang. Pelaut sejati dan tangguh lahir oleh hempasan ombak di lautan yang garang, berkembang bersama alam yang tak melulu terang, serta tertempa oleh berbagai ketidakpastian.

Maka kelahiran entrepreneur-entrepreneur baru ini harus kita pastikan mampu tumbuh menjadi generasi entrepreneur yang matang. Yang menjadi besar bukan semata karena keberuntungan, tetapi melalui perencanaan dan pengembangan kemampuan. Caranya? Segera bergabung dalam komunitas-komunitas pengusaha brilian yang sudah terbukti eksis di berbagai keadaan. Untuk pemerintah dan lembaga, segera wadahi mereka dalam sebuah himpunan yang berorientasi pada pencerahan dan kemajuan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More