Tuberkulosis dan Kebiasaan Merokok
Jum'at, 08 April 2022 - 14:07 WIB
Publikasi ilmiah berjudul “Effect of smoking on tuberculosis treatment outcomes: A systematic review and meta-analysis” pada Plos One September 2020 menganalisa mendalam 22 penelitian dalam bentuk sintesis kualitatif.
Hasil meta analisa ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok secara bermakna meningkatkan perburukan hasil pengobatan TB sebesar 51%. Perburukannya lebih nyata lagi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah dibandingkan dengan negara berpenghasilan tinggi.
Jurnal Kedokteran Internasional Thorax pada Januari 2022 memublikasi artikel berjudul “Effect of quitting smoking on health outcomes during treatment for tuberculosis: secondary analysis of the TB & Tobacco Trial”. Penelitian ini dilakukan pada 2.472 pasien tuberkulosis dan melihat dampak berhenti merokok pada beberapa indikator klinik tuberkulosis yaitu hasil konversi pemeriksaan dahak, gambaran foro ronsen dada, kualitas hidup dalam bentuk “quality of life - EQ-5D-5L”, kesembuhan penyakit, penyelesaian pengobatan dan angka kekambuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang berhenti merokok ternyata jauh lebih baik dampaknya bagi kesembuhan tuberkulosisnya dibandingkan mereka yang tidak berhenti merokok, angkanya 91% dibanding 80%, dan juga angka kekambuhan lebih rendah yaitu 6% dibanding 15%, angka konversi dahak pada minggu ke sembilan juga lebih baik yaitu 91% berbanding 87% serta berbagai perbedaan dampak indikator lainnya. Jadi jelaslah bahwa pasien TB yang juga merokok harus menghentikan kebiasaan merokoknya.
Bentuk Investasi
Pada 24 Maret 2022 kita memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, yang di tingkat global temanya adalah “Invest To End TB. Save Lives”, yang secara umum dapat diartikan sebagai investasi yang diberikan dalam penanggulangan tuberkulosis akan menyelamatkan nyawa manusia di dunia. Untuk Indonesia maka tema yang dipilih adalah adalah “Investasi untuk Eliminasi Tuberkulosis, Selamatkan Bangsa”. Investasi yang dimaksud di sini tentu amat luas artinya, baik investasi pemerintah, sektor swasta, donor , serta juga investasi dalam bentuk upaya, tenaga, jiwa, cinta dan kasih sayang untuk upaya penanggulangan TB.
Dalam hal ini investasi dalam pengendalian tembakau tentu akan berperan besar dalam upaya kita bersama utuk eliminasi tuberkulosis di negara kita. Investasi dalam kebijakan dan program pengendalian tembakau ini dapat mencakup dukungan upaya berhenti merokok bagi semua orang dengan TB, menciptakan kawasan tanpa asap rokok, dan rumah bebas asap rokok dan memasukkan terapi pengganti nikotin (NRT) bersama dengan konsultasi singkat dalam layanan penanganan tuberkulosis di fasilitas pelayanan kesehatan primer kita.
Tentu upaya lain program pengendalian merokok juga perlu terus digalakkan, seperti peningkatan cukai rokok dan pencantuman peringatan kesehatan bergambar yang lebih besar pada kemasan rokok, pengendalian iklan, promosi dan sponsor tembakau serta memotivasi perokok untuk berhenti merokok.
Baik juga kita amati bahwa beberapa hari sesudah Hari Tuberkulosis Dunia 24 Maret, yakni pada awal April 2022 ini umat muslim di dunia menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Tentu ada berbagai anjuran kesehatan yang perlu dilakukan selama kita menjalankan ibadah puasa ini. WHO “Eastern Mediterranean Regional Office (EMRO)” antara lain memberi empat anjuran penting dalam bulan puasa ini, yaitu makan gizi yang seimbang, minum air yang cukup, jangan merokok dan jangan vaping, serta puasa adalah saat baik untuk merawat dan memelihara diri sendiri dan juga memberi perhatian yang baik pada orang lain, “take care of yourself, and take care of others”.
Semua sepakat bahwa kebiasaan merokok berakibat buruk bagi kesehatan. Bagi kaum muslim yang berpuasa maka tentu tidak merokok sejak subuh sampai magrib. Akan baik sekali kalau teman-teman perokok yang berpuasa dapat melanjutkan untuk tetap tidak merokok di malam hari bulan puasa ini, dan menggunakan momentum bulan Ramadan tahun ini untuk berhenti merokok sepenuhnya, demi kesehatan kita sendiri dan juga orang di sekitar kita.
Hasil meta analisa ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok secara bermakna meningkatkan perburukan hasil pengobatan TB sebesar 51%. Perburukannya lebih nyata lagi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah dibandingkan dengan negara berpenghasilan tinggi.
Jurnal Kedokteran Internasional Thorax pada Januari 2022 memublikasi artikel berjudul “Effect of quitting smoking on health outcomes during treatment for tuberculosis: secondary analysis of the TB & Tobacco Trial”. Penelitian ini dilakukan pada 2.472 pasien tuberkulosis dan melihat dampak berhenti merokok pada beberapa indikator klinik tuberkulosis yaitu hasil konversi pemeriksaan dahak, gambaran foro ronsen dada, kualitas hidup dalam bentuk “quality of life - EQ-5D-5L”, kesembuhan penyakit, penyelesaian pengobatan dan angka kekambuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang berhenti merokok ternyata jauh lebih baik dampaknya bagi kesembuhan tuberkulosisnya dibandingkan mereka yang tidak berhenti merokok, angkanya 91% dibanding 80%, dan juga angka kekambuhan lebih rendah yaitu 6% dibanding 15%, angka konversi dahak pada minggu ke sembilan juga lebih baik yaitu 91% berbanding 87% serta berbagai perbedaan dampak indikator lainnya. Jadi jelaslah bahwa pasien TB yang juga merokok harus menghentikan kebiasaan merokoknya.
Bentuk Investasi
Pada 24 Maret 2022 kita memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, yang di tingkat global temanya adalah “Invest To End TB. Save Lives”, yang secara umum dapat diartikan sebagai investasi yang diberikan dalam penanggulangan tuberkulosis akan menyelamatkan nyawa manusia di dunia. Untuk Indonesia maka tema yang dipilih adalah adalah “Investasi untuk Eliminasi Tuberkulosis, Selamatkan Bangsa”. Investasi yang dimaksud di sini tentu amat luas artinya, baik investasi pemerintah, sektor swasta, donor , serta juga investasi dalam bentuk upaya, tenaga, jiwa, cinta dan kasih sayang untuk upaya penanggulangan TB.
Dalam hal ini investasi dalam pengendalian tembakau tentu akan berperan besar dalam upaya kita bersama utuk eliminasi tuberkulosis di negara kita. Investasi dalam kebijakan dan program pengendalian tembakau ini dapat mencakup dukungan upaya berhenti merokok bagi semua orang dengan TB, menciptakan kawasan tanpa asap rokok, dan rumah bebas asap rokok dan memasukkan terapi pengganti nikotin (NRT) bersama dengan konsultasi singkat dalam layanan penanganan tuberkulosis di fasilitas pelayanan kesehatan primer kita.
Tentu upaya lain program pengendalian merokok juga perlu terus digalakkan, seperti peningkatan cukai rokok dan pencantuman peringatan kesehatan bergambar yang lebih besar pada kemasan rokok, pengendalian iklan, promosi dan sponsor tembakau serta memotivasi perokok untuk berhenti merokok.
Baik juga kita amati bahwa beberapa hari sesudah Hari Tuberkulosis Dunia 24 Maret, yakni pada awal April 2022 ini umat muslim di dunia menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Tentu ada berbagai anjuran kesehatan yang perlu dilakukan selama kita menjalankan ibadah puasa ini. WHO “Eastern Mediterranean Regional Office (EMRO)” antara lain memberi empat anjuran penting dalam bulan puasa ini, yaitu makan gizi yang seimbang, minum air yang cukup, jangan merokok dan jangan vaping, serta puasa adalah saat baik untuk merawat dan memelihara diri sendiri dan juga memberi perhatian yang baik pada orang lain, “take care of yourself, and take care of others”.
Semua sepakat bahwa kebiasaan merokok berakibat buruk bagi kesehatan. Bagi kaum muslim yang berpuasa maka tentu tidak merokok sejak subuh sampai magrib. Akan baik sekali kalau teman-teman perokok yang berpuasa dapat melanjutkan untuk tetap tidak merokok di malam hari bulan puasa ini, dan menggunakan momentum bulan Ramadan tahun ini untuk berhenti merokok sepenuhnya, demi kesehatan kita sendiri dan juga orang di sekitar kita.
Lihat Juga :
tulis komentar anda