Tuberkulosis Masih Bersama Kita
Kamis, 24 Maret 2022 - 17:59 WIB
Di dunia setiap hari ada lebih dari 4.100 orang meninggal akibat TB dan hampir 30.000 jatuh sakit TB, padahal penyakit ini dapat dicegah dan dapat disembuhkan. Setiap tahunnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan Global TB Report yang menyajikan data tahun sebelumnya. Global TB Report 2021 menunjukkan bahwa pada 2020 terdapat 9.9 juta orang di dunia sakit TB, dan 1,5 juta nyawa meninggal akibat penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati ini.
Disebutkan juga bahwa sebenarnya program pengendalian tubderkulosis di dunia sejauh ini berjalan untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Tetapi kemudian datanglah pandemi Covid-19 yang menimbulkan berbagai dampak merugikan dalam kemajuan pengendalian tuberkulosis di dunia, di mana pada 2020 untuk pertama kalinya kematian TB meningkat setelah selama satu dekade angkanya terus menurun. Penemuan kasus TB di dunia menurun 18%, dari 7,1 juta pada 2019 menjadi 5.8 juta pada 2020, angkanya kembali seperti pada 2012.
Pada Global TB Report WHO 2021 ini disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis tertinggi ketiga setelah India dan China. Saat ini Indonesia termasuk satu dari delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus tuberkulosis di dunia. Pada 2020, diestimasikan terdapat 824.000 orang jatuh sakit dan 93.000 jiwa meninggal akibat TB di negara kita.
Dari estimasi tersebut, pada 2020 ditemukan sebanyak 384.025 kasus atau sekitar 47%. Capaian penemuan kasus ini menurun 178.024 dari tahun 2019 akibat dampak dari pandemi COVID-19. Situasi ini menjadi hambatan besar untuk merealisasikan target eliminasi TB pada 2030. Angka kesembuhan TB pun masih belum optimal yaitu pada 82%, di bawah target global untuk angka keberhasilan pengobatan 90%.
Sedangkan jumlah kasus TB yang diobati dan dilaporkan ke sistem yang ada pada 2021 adalah sebanyak 356.957 kasus dengan cakupan penemuan dan pengobatan (treatment coverage) sebesar 43% (target: 85%). Pasien TB yang belum ditemukan dapat menjadi sumber penularan TB di masyarakat sehingga hal ini menjadi tantangan besar bagi program penanggulangan TB di Indonesia.
Eliminasi 2030
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dunia pada 2030 goal 3 adalah Kehidupan Sehat dan Sejahtera, yang diharapkan akan menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Di dalam goal 3 ini ada target 3,3 di mana pada 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit bersumber air, serta penyakit menular lainnya.
Kalau untuk Indonesia, dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis Bab II pasal 4 menyebutkan dua target eliminasi tuberkulosis pada 2030. Pertama, penurunan angka kejadian (incidence rate) tuberkulosis menjadi 65/100.000 penduduk, dan yang ke dua penurunan angka kematian akibat TB menjadi 6 per 100.000 penduduk.
Pandemi Covid-19 jelas berpengaruh besar pada pencapaian target SDGs dan juga target eliminasi nasional. Karena itu, peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 harus menjadi tonggak untuk melakukan evaluasi untuk menentukan langkah berikutnya. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan.
Pertama, mengubah target sehingga lebih laik untuk dicapai, atau yang ke dua adalah tetap mematok target yang sudah ada tetapi mengubah upaya yang harusn dilakukan, bagaimana memperkuatnya dalam 8 tahun mendatang menjelang 2030.
Disebutkan juga bahwa sebenarnya program pengendalian tubderkulosis di dunia sejauh ini berjalan untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Tetapi kemudian datanglah pandemi Covid-19 yang menimbulkan berbagai dampak merugikan dalam kemajuan pengendalian tuberkulosis di dunia, di mana pada 2020 untuk pertama kalinya kematian TB meningkat setelah selama satu dekade angkanya terus menurun. Penemuan kasus TB di dunia menurun 18%, dari 7,1 juta pada 2019 menjadi 5.8 juta pada 2020, angkanya kembali seperti pada 2012.
Pada Global TB Report WHO 2021 ini disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis tertinggi ketiga setelah India dan China. Saat ini Indonesia termasuk satu dari delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus tuberkulosis di dunia. Pada 2020, diestimasikan terdapat 824.000 orang jatuh sakit dan 93.000 jiwa meninggal akibat TB di negara kita.
Dari estimasi tersebut, pada 2020 ditemukan sebanyak 384.025 kasus atau sekitar 47%. Capaian penemuan kasus ini menurun 178.024 dari tahun 2019 akibat dampak dari pandemi COVID-19. Situasi ini menjadi hambatan besar untuk merealisasikan target eliminasi TB pada 2030. Angka kesembuhan TB pun masih belum optimal yaitu pada 82%, di bawah target global untuk angka keberhasilan pengobatan 90%.
Sedangkan jumlah kasus TB yang diobati dan dilaporkan ke sistem yang ada pada 2021 adalah sebanyak 356.957 kasus dengan cakupan penemuan dan pengobatan (treatment coverage) sebesar 43% (target: 85%). Pasien TB yang belum ditemukan dapat menjadi sumber penularan TB di masyarakat sehingga hal ini menjadi tantangan besar bagi program penanggulangan TB di Indonesia.
Eliminasi 2030
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dunia pada 2030 goal 3 adalah Kehidupan Sehat dan Sejahtera, yang diharapkan akan menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Di dalam goal 3 ini ada target 3,3 di mana pada 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit bersumber air, serta penyakit menular lainnya.
Kalau untuk Indonesia, dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis Bab II pasal 4 menyebutkan dua target eliminasi tuberkulosis pada 2030. Pertama, penurunan angka kejadian (incidence rate) tuberkulosis menjadi 65/100.000 penduduk, dan yang ke dua penurunan angka kematian akibat TB menjadi 6 per 100.000 penduduk.
Pandemi Covid-19 jelas berpengaruh besar pada pencapaian target SDGs dan juga target eliminasi nasional. Karena itu, peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 harus menjadi tonggak untuk melakukan evaluasi untuk menentukan langkah berikutnya. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan.
Pertama, mengubah target sehingga lebih laik untuk dicapai, atau yang ke dua adalah tetap mematok target yang sudah ada tetapi mengubah upaya yang harusn dilakukan, bagaimana memperkuatnya dalam 8 tahun mendatang menjelang 2030.
Lihat Juga :
tulis komentar anda