Pentingnya Komunikasi Kesehatan dalam Membangun Kualitas Hidup di Era Pandemik
Rabu, 22 Desember 2021 - 12:17 WIB
Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika (Health Communication Partnership’s M/Mc Health Communication Materials Database, 2004).
Sebuah komunikasi kesehatan yang berhasil adalah yang memperhatikan bagaimana cara menyampaikan pesan-pesan kesehatan seperti bagaimana mencegah penyakit, misalnya kampanye cara pencegahan penyakit flu burung, AIDS, atau penyakit-penyakit menular lainnya; promosi kesehatan, seperti menginformasikan bagaimana para pegawai negeri sipil dapat menggunakan kartu Askes (asuransi kesehatan) dengan mudah; atau bagaimana pemerintah memberikan pelayanan KB gratis untuk masyarakat miskin dan cara-cara bagaimana masyarakat mendapatkan pelayanan tersebut.
Tentu saja pesan dalam kampanye disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan ambiguitas. Bila persepsi berbeda, maka efek yang terjadi mungkin saja tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu informasi yang disampaikan haruslah jelas dan disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat yang dituju.
Tujuan Komunikasi Kesehatan Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan strategis dan tujuan praktis. Tujuan strategis mengandung pengertian bahwa program-program yang dirancang antara lain berfungsi untuk meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting), memberikan informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan (enable informed decision making), memperkenalkan perilaku hidup sehat (promote healthy behavior), mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan (promote peer information exchange and emotional support), memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri (promote self care) serta memenuhi permintaan layanan kesehatan (manage demand for health service) (Liliweri, 2007).
Sementara itu tujuan praktis komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan (Kahler Communications, 2003). Tujuan tersebut antara lain dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dari para komunikatornya. Yaitu bagaimana agar mereka mengetahui prinsip-prinsip komunikasi, bagaimana menjadi komunikator yang memiliki etos, patos, logos, dan kredibilitas; dapat menyusun pesan verbal dan nonverbal dalam komunikasi kesehatan serta dapat memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
Para komunikator kesehatan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi, baik dalam pidato, diskusi, menyelesaikan konflik dan sebagainya. Selain itu, komunikator diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi. Ia harus mampu berkomunikasi secara menyenangkan, mampu berempati dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Peran komunikator dalam komunikasi kesehatan sumber,pengirim, atau pihak yang mengambil prakarsa untuk berkomunikasi dengan pihak lain disebut dengan komunikator.
Peranan komunikator dalam proses komunikasi kesehatan sangatlah besar karena ia menetapkan peranan dari seluruh unsur proses komunikasi. Seorang komunikator kesehatan yang ingin agar warga masyarakat sadar dan mau mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, mandi dan mencuci peralatan masak dengan menggunakan air bersih serta tidak membuang sampah sembarangan, harus mampu mengembangkan diri sebagai penyebar pesan dan memanipulasi pesan.
Selain itu, komunikator juga harus dapat memilih media yang tepat, menganalisis audiens dan memiliki kemampuan persuasif yang baik. Persuasif memang harus dilakukan oleh mereka yang berkecimpung di bidang kesehatan. Tanpa hal tersebut, maka sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Disinilah komunikasi dalam bentuk verbal maupun nonverbal sangat dominan.
Sebagai contoh adalah keramahan yang ditunjukkan oleh para dokter, perawat, maupun bidan melalui sikap, tindakan, raut wajah, maupun tutur katanya terhadap pasien. Senyum ramah merupakan salah satu cara untuk melayani pasien. Ada anekdot yang mengatakan bahwa pasien akan cepat sembuh bila dokter atau perawatnya ramah. Sugesti tersebut merupakan salah satu cara melakukan persuasi terhadap pasien.
Masa Depan Komunikasi Kesehatan. Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat membawa akibat hadirnya saluran unik dimana komunikasi kesehatan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini memungkinkan orang dengan mudah mendapatkan berbagai informasi yang diinginkan. Beberapa aplikasi yang mengintegrasikan fungsi-fungsi komunikasi kesehatan tersebut di antaranya adalah adanya jaringan informasi kesehatan melalui internet (health web sites), kelompok diskusi kesehatan (online chat groups), kelompok pengakses berita layanan kesehatan (listservs and new-groups), warnet (stand-alone kiosk), aplikasi CD-ROM kesehatan, dan sebagainya.
Sebuah komunikasi kesehatan yang berhasil adalah yang memperhatikan bagaimana cara menyampaikan pesan-pesan kesehatan seperti bagaimana mencegah penyakit, misalnya kampanye cara pencegahan penyakit flu burung, AIDS, atau penyakit-penyakit menular lainnya; promosi kesehatan, seperti menginformasikan bagaimana para pegawai negeri sipil dapat menggunakan kartu Askes (asuransi kesehatan) dengan mudah; atau bagaimana pemerintah memberikan pelayanan KB gratis untuk masyarakat miskin dan cara-cara bagaimana masyarakat mendapatkan pelayanan tersebut.
Tentu saja pesan dalam kampanye disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan ambiguitas. Bila persepsi berbeda, maka efek yang terjadi mungkin saja tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu informasi yang disampaikan haruslah jelas dan disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat yang dituju.
Tujuan Komunikasi Kesehatan Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan strategis dan tujuan praktis. Tujuan strategis mengandung pengertian bahwa program-program yang dirancang antara lain berfungsi untuk meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting), memberikan informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan (enable informed decision making), memperkenalkan perilaku hidup sehat (promote healthy behavior), mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan (promote peer information exchange and emotional support), memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri (promote self care) serta memenuhi permintaan layanan kesehatan (manage demand for health service) (Liliweri, 2007).
Sementara itu tujuan praktis komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan (Kahler Communications, 2003). Tujuan tersebut antara lain dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dari para komunikatornya. Yaitu bagaimana agar mereka mengetahui prinsip-prinsip komunikasi, bagaimana menjadi komunikator yang memiliki etos, patos, logos, dan kredibilitas; dapat menyusun pesan verbal dan nonverbal dalam komunikasi kesehatan serta dapat memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
Para komunikator kesehatan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi, baik dalam pidato, diskusi, menyelesaikan konflik dan sebagainya. Selain itu, komunikator diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi. Ia harus mampu berkomunikasi secara menyenangkan, mampu berempati dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Peran komunikator dalam komunikasi kesehatan sumber,pengirim, atau pihak yang mengambil prakarsa untuk berkomunikasi dengan pihak lain disebut dengan komunikator.
Peranan komunikator dalam proses komunikasi kesehatan sangatlah besar karena ia menetapkan peranan dari seluruh unsur proses komunikasi. Seorang komunikator kesehatan yang ingin agar warga masyarakat sadar dan mau mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, mandi dan mencuci peralatan masak dengan menggunakan air bersih serta tidak membuang sampah sembarangan, harus mampu mengembangkan diri sebagai penyebar pesan dan memanipulasi pesan.
Selain itu, komunikator juga harus dapat memilih media yang tepat, menganalisis audiens dan memiliki kemampuan persuasif yang baik. Persuasif memang harus dilakukan oleh mereka yang berkecimpung di bidang kesehatan. Tanpa hal tersebut, maka sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Disinilah komunikasi dalam bentuk verbal maupun nonverbal sangat dominan.
Sebagai contoh adalah keramahan yang ditunjukkan oleh para dokter, perawat, maupun bidan melalui sikap, tindakan, raut wajah, maupun tutur katanya terhadap pasien. Senyum ramah merupakan salah satu cara untuk melayani pasien. Ada anekdot yang mengatakan bahwa pasien akan cepat sembuh bila dokter atau perawatnya ramah. Sugesti tersebut merupakan salah satu cara melakukan persuasi terhadap pasien.
Masa Depan Komunikasi Kesehatan. Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat membawa akibat hadirnya saluran unik dimana komunikasi kesehatan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini memungkinkan orang dengan mudah mendapatkan berbagai informasi yang diinginkan. Beberapa aplikasi yang mengintegrasikan fungsi-fungsi komunikasi kesehatan tersebut di antaranya adalah adanya jaringan informasi kesehatan melalui internet (health web sites), kelompok diskusi kesehatan (online chat groups), kelompok pengakses berita layanan kesehatan (listservs and new-groups), warnet (stand-alone kiosk), aplikasi CD-ROM kesehatan, dan sebagainya.
tulis komentar anda