Pentingnya Komunikasi Kesehatan dalam Membangun Kualitas Hidup di Era Pandemik
loading...
A
A
A
Dewi Widowati
Dosen Tetap Institut Komunikasi & Bisnis LSPR, Jakarta
SECARA resmi, 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No.316 tahun 1959 yang menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.
Melihat sejarahnya, jauh sebelum Indonesia merdeka sebenarnya sejak 1912 sudah ada organisasi perempuan. Pejuang-pejuang wanita pada abad ke 19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.
Hal itu menjadi latar belakang dan tonggak sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia, dan memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib bagi kaum perempuan.
Pada Kongres Perempuan Indonesia I yang menjadi agenda utama adalah mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.
Menengok pada kongres perempuan Indonesia I salah satu agenda utamanya di antaranya adalah peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita. Terkait hal ini, pada era pandemic Covid-19 sekarang ini peranan seorang Ibu menjadi sentral dalam mendidik anak dan keluarganya di bidang kesehatan bagi dirinya dan anak-anaknya.
Ibu yang sehat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kesehatan menjadi hal mutlak diperlukan. Ia harus mampu mengomunikasikan hal-hal yang menyangkut kesehatan atau apa pun terkait dengan pola hidup sehat, bersih bagi keluarganya.Juga kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh mereka yang berkecimpung terkait dunia kesehatan.
Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika (Health Communication Partnership’s M/Mc Health Communication Materials Database, 2004).
Sebuah komunikasi kesehatan yang berhasil adalah yang memperhatikan bagaimana cara menyampaikan pesan-pesan kesehatan seperti bagaimana mencegah penyakit, misalnya kampanye cara pencegahan penyakit flu burung, AIDS, atau penyakit-penyakit menular lainnya; promosi kesehatan, seperti menginformasikan bagaimana para pegawai negeri sipil dapat menggunakan kartu Askes (asuransi kesehatan) dengan mudah; atau bagaimana pemerintah memberikan pelayanan KB gratis untuk masyarakat miskin dan cara-cara bagaimana masyarakat mendapatkan pelayanan tersebut.
Tentu saja pesan dalam kampanye disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan ambiguitas. Bila persepsi berbeda, maka efek yang terjadi mungkin saja tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu informasi yang disampaikan haruslah jelas dan disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat yang dituju.
Tujuan Komunikasi Kesehatan Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan strategis dan tujuan praktis. Tujuan strategis mengandung pengertian bahwa program-program yang dirancang antara lain berfungsi untuk meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting), memberikan informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan (enable informed decision making), memperkenalkan perilaku hidup sehat (promote healthy behavior), mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan (promote peer information exchange and emotional support), memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri (promote self care) serta memenuhi permintaan layanan kesehatan (manage demand for health service) (Liliweri, 2007).
Sementara itu tujuan praktis komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan (Kahler Communications, 2003). Tujuan tersebut antara lain dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dari para komunikatornya. Yaitu bagaimana agar mereka mengetahui prinsip-prinsip komunikasi, bagaimana menjadi komunikator yang memiliki etos, patos, logos, dan kredibilitas; dapat menyusun pesan verbal dan nonverbal dalam komunikasi kesehatan serta dapat memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
Para komunikator kesehatan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi, baik dalam pidato, diskusi, menyelesaikan konflik dan sebagainya. Selain itu, komunikator diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi. Ia harus mampu berkomunikasi secara menyenangkan, mampu berempati dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Peran komunikator dalam komunikasi kesehatan sumber,pengirim, atau pihak yang mengambil prakarsa untuk berkomunikasi dengan pihak lain disebut dengan komunikator.
Peranan komunikator dalam proses komunikasi kesehatan sangatlah besar karena ia menetapkan peranan dari seluruh unsur proses komunikasi. Seorang komunikator kesehatan yang ingin agar warga masyarakat sadar dan mau mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, mandi dan mencuci peralatan masak dengan menggunakan air bersih serta tidak membuang sampah sembarangan, harus mampu mengembangkan diri sebagai penyebar pesan dan memanipulasi pesan.
Selain itu, komunikator juga harus dapat memilih media yang tepat, menganalisis audiens dan memiliki kemampuan persuasif yang baik. Persuasif memang harus dilakukan oleh mereka yang berkecimpung di bidang kesehatan. Tanpa hal tersebut, maka sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Disinilah komunikasi dalam bentuk verbal maupun nonverbal sangat dominan.
Sebagai contoh adalah keramahan yang ditunjukkan oleh para dokter, perawat, maupun bidan melalui sikap, tindakan, raut wajah, maupun tutur katanya terhadap pasien. Senyum ramah merupakan salah satu cara untuk melayani pasien. Ada anekdot yang mengatakan bahwa pasien akan cepat sembuh bila dokter atau perawatnya ramah. Sugesti tersebut merupakan salah satu cara melakukan persuasi terhadap pasien.
Masa Depan Komunikasi Kesehatan. Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat membawa akibat hadirnya saluran unik dimana komunikasi kesehatan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini memungkinkan orang dengan mudah mendapatkan berbagai informasi yang diinginkan. Beberapa aplikasi yang mengintegrasikan fungsi-fungsi komunikasi kesehatan tersebut di antaranya adalah adanya jaringan informasi kesehatan melalui internet (health web sites), kelompok diskusi kesehatan (online chat groups), kelompok pengakses berita layanan kesehatan (listservs and new-groups), warnet (stand-alone kiosk), aplikasi CD-ROM kesehatan, dan sebagainya.
Sementara itu, perkembangan komunikasi kesehatan untuk ke depannya bisa saja meliputi layanan seperti Telehealth, yaitu aplikasi telekomunikasi dan teknologi komputer untuk memperluas spektrum informasi mengenai kesehatan masyarakat dan obat-obatan; Interactive health communication, yaitu interaksi antara individu dengan konsumen, pasien, pemberi layanan kesehatan; Consumer health informatics, yaitu interaktif komunikasi kesehatan yang difokuskan pada konsumen dan Telemedicine, yaitu aplikasi telekomunikasi dengan teknologi komputer yang secara khusus melayani klinik.
Adanya berbagai saluran informasi tersebut merupakan suatu wujud konkrit dari tahapan kemajuan komunikasi kesehatan. Saluran informasi yang beraneka ragam tadi jelas akan sangat memudahkan para pasien atau mereka yang membutuhkan informasi kesehatan. Inilah manfaat dari ilmu yang terus dikembangkan, sehingga dapat terus mengikuti perkembangan masyarakat dan mampu menyelesaikan kasus-kasus yang bermunculan khususnya di bidang kesehatan.
Dosen Tetap Institut Komunikasi & Bisnis LSPR, Jakarta
SECARA resmi, 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No.316 tahun 1959 yang menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.
Melihat sejarahnya, jauh sebelum Indonesia merdeka sebenarnya sejak 1912 sudah ada organisasi perempuan. Pejuang-pejuang wanita pada abad ke 19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.
Hal itu menjadi latar belakang dan tonggak sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia, dan memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib bagi kaum perempuan.
Pada Kongres Perempuan Indonesia I yang menjadi agenda utama adalah mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.
Menengok pada kongres perempuan Indonesia I salah satu agenda utamanya di antaranya adalah peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita. Terkait hal ini, pada era pandemic Covid-19 sekarang ini peranan seorang Ibu menjadi sentral dalam mendidik anak dan keluarganya di bidang kesehatan bagi dirinya dan anak-anaknya.
Ibu yang sehat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kesehatan menjadi hal mutlak diperlukan. Ia harus mampu mengomunikasikan hal-hal yang menyangkut kesehatan atau apa pun terkait dengan pola hidup sehat, bersih bagi keluarganya.Juga kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh mereka yang berkecimpung terkait dunia kesehatan.
Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika (Health Communication Partnership’s M/Mc Health Communication Materials Database, 2004).
Sebuah komunikasi kesehatan yang berhasil adalah yang memperhatikan bagaimana cara menyampaikan pesan-pesan kesehatan seperti bagaimana mencegah penyakit, misalnya kampanye cara pencegahan penyakit flu burung, AIDS, atau penyakit-penyakit menular lainnya; promosi kesehatan, seperti menginformasikan bagaimana para pegawai negeri sipil dapat menggunakan kartu Askes (asuransi kesehatan) dengan mudah; atau bagaimana pemerintah memberikan pelayanan KB gratis untuk masyarakat miskin dan cara-cara bagaimana masyarakat mendapatkan pelayanan tersebut.
Tentu saja pesan dalam kampanye disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan ambiguitas. Bila persepsi berbeda, maka efek yang terjadi mungkin saja tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu informasi yang disampaikan haruslah jelas dan disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat yang dituju.
Tujuan Komunikasi Kesehatan Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan strategis dan tujuan praktis. Tujuan strategis mengandung pengertian bahwa program-program yang dirancang antara lain berfungsi untuk meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting), memberikan informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan (enable informed decision making), memperkenalkan perilaku hidup sehat (promote healthy behavior), mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan (promote peer information exchange and emotional support), memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri (promote self care) serta memenuhi permintaan layanan kesehatan (manage demand for health service) (Liliweri, 2007).
Sementara itu tujuan praktis komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan (Kahler Communications, 2003). Tujuan tersebut antara lain dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dari para komunikatornya. Yaitu bagaimana agar mereka mengetahui prinsip-prinsip komunikasi, bagaimana menjadi komunikator yang memiliki etos, patos, logos, dan kredibilitas; dapat menyusun pesan verbal dan nonverbal dalam komunikasi kesehatan serta dapat memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
Para komunikator kesehatan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi, baik dalam pidato, diskusi, menyelesaikan konflik dan sebagainya. Selain itu, komunikator diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi. Ia harus mampu berkomunikasi secara menyenangkan, mampu berempati dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Peran komunikator dalam komunikasi kesehatan sumber,pengirim, atau pihak yang mengambil prakarsa untuk berkomunikasi dengan pihak lain disebut dengan komunikator.
Peranan komunikator dalam proses komunikasi kesehatan sangatlah besar karena ia menetapkan peranan dari seluruh unsur proses komunikasi. Seorang komunikator kesehatan yang ingin agar warga masyarakat sadar dan mau mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, mandi dan mencuci peralatan masak dengan menggunakan air bersih serta tidak membuang sampah sembarangan, harus mampu mengembangkan diri sebagai penyebar pesan dan memanipulasi pesan.
Selain itu, komunikator juga harus dapat memilih media yang tepat, menganalisis audiens dan memiliki kemampuan persuasif yang baik. Persuasif memang harus dilakukan oleh mereka yang berkecimpung di bidang kesehatan. Tanpa hal tersebut, maka sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Disinilah komunikasi dalam bentuk verbal maupun nonverbal sangat dominan.
Sebagai contoh adalah keramahan yang ditunjukkan oleh para dokter, perawat, maupun bidan melalui sikap, tindakan, raut wajah, maupun tutur katanya terhadap pasien. Senyum ramah merupakan salah satu cara untuk melayani pasien. Ada anekdot yang mengatakan bahwa pasien akan cepat sembuh bila dokter atau perawatnya ramah. Sugesti tersebut merupakan salah satu cara melakukan persuasi terhadap pasien.
Masa Depan Komunikasi Kesehatan. Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat membawa akibat hadirnya saluran unik dimana komunikasi kesehatan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini memungkinkan orang dengan mudah mendapatkan berbagai informasi yang diinginkan. Beberapa aplikasi yang mengintegrasikan fungsi-fungsi komunikasi kesehatan tersebut di antaranya adalah adanya jaringan informasi kesehatan melalui internet (health web sites), kelompok diskusi kesehatan (online chat groups), kelompok pengakses berita layanan kesehatan (listservs and new-groups), warnet (stand-alone kiosk), aplikasi CD-ROM kesehatan, dan sebagainya.
Sementara itu, perkembangan komunikasi kesehatan untuk ke depannya bisa saja meliputi layanan seperti Telehealth, yaitu aplikasi telekomunikasi dan teknologi komputer untuk memperluas spektrum informasi mengenai kesehatan masyarakat dan obat-obatan; Interactive health communication, yaitu interaksi antara individu dengan konsumen, pasien, pemberi layanan kesehatan; Consumer health informatics, yaitu interaktif komunikasi kesehatan yang difokuskan pada konsumen dan Telemedicine, yaitu aplikasi telekomunikasi dengan teknologi komputer yang secara khusus melayani klinik.
Adanya berbagai saluran informasi tersebut merupakan suatu wujud konkrit dari tahapan kemajuan komunikasi kesehatan. Saluran informasi yang beraneka ragam tadi jelas akan sangat memudahkan para pasien atau mereka yang membutuhkan informasi kesehatan. Inilah manfaat dari ilmu yang terus dikembangkan, sehingga dapat terus mengikuti perkembangan masyarakat dan mampu menyelesaikan kasus-kasus yang bermunculan khususnya di bidang kesehatan.
(mpw)