Wawancara Khusus Kepala BRIN Laksana Tri Handoko: Swasta Harus Terlibat dalam Penelitian
Rabu, 22 Desember 2021 - 11:23 WIB
Kita tidak meniru negara lain. Karena problem kita itu spesifik. Makanya kita siapkan semuanya, nanti silakan pakai. Asalkan kalau berhasil, kita lisensi. Itu saja syaratnya,simpledan tidak ribet. Secara BtoB itu lebihclear. Sebaliknya, kita juga tidakngasihduit ke swasta sama sekali. Uang mengalir ke swasta tidak boleh. Yang kami berikan itu berupa infrastruktur dan perisetnya. Karena yang mahal ya dua itu. Kalau riset sih sebenarnya murah ya.
Adanya integrasi lembaga riset ini, apakah semua pegawainya pindah ke kantor BRIN?
Secara fisik, mereka menjadi ASN BRIN. Kalau kantornya, sebagian besar tetap. Asetnya pindah ke BRIN, cuma ganti instansi. Kalau pengelolaan manajemen, langsung jadi ‘satu komando’.
Seperti apa nantinya perubahan sebelum dan setelah adanya BRIN ini?
Kalau sebelumnya, swasta mau masuk ke riset kan harus berjuang sendiri. Kalau sebelumnyananyake LIPI ya bisa saja, tapi kemampuan LIPI untuk memfasilitasi kan rendah. Sebagai contoh, tidak banyak obat yang berasal dari bahan alam di Indonesia. Padahal banyak yang melakukan riset itu banyak, dunia kampus dan lainnya. Kandidatnya mungkin bisa ratusan, tetapi tidak pernah sampai jadi obat. Untuk jadi obat itu perlu proses pengujian, tidak cukup hanya di lab. Proses pengujian itu sangat berisiko karena umumnya kurang dari 10% yang berhasil bahwa obat itu punya khasiat.
baca juga: Catat! BRIN Gelar Pameran Kendaraan Listrik 24 November Mendatang
Pengujian inilah yang mahal dan berisiko makanya industringgaksanggup masuk karena skala ekonomi industri farmasi kita belum terlalu besar kalau dibandingkan global. Apalagi kalau lembaga riset dan kampus,nggakmungkin sanggup. Bahkan, LIPI pun pada saat itu mencoba paling sanggup sekitar tiga formula. Kalau tiga formula dan cuma 10% yang berhasil, artinya nol.
BRIN memberikan sebanyak 800 spesimen dari 82 jenis tumbuhan langka dan hampir
punah kepada masyarakat di Kabupaten Bogor
Adanya integrasi lembaga riset ini, apakah semua pegawainya pindah ke kantor BRIN?
Secara fisik, mereka menjadi ASN BRIN. Kalau kantornya, sebagian besar tetap. Asetnya pindah ke BRIN, cuma ganti instansi. Kalau pengelolaan manajemen, langsung jadi ‘satu komando’.
Seperti apa nantinya perubahan sebelum dan setelah adanya BRIN ini?
Kalau sebelumnya, swasta mau masuk ke riset kan harus berjuang sendiri. Kalau sebelumnyananyake LIPI ya bisa saja, tapi kemampuan LIPI untuk memfasilitasi kan rendah. Sebagai contoh, tidak banyak obat yang berasal dari bahan alam di Indonesia. Padahal banyak yang melakukan riset itu banyak, dunia kampus dan lainnya. Kandidatnya mungkin bisa ratusan, tetapi tidak pernah sampai jadi obat. Untuk jadi obat itu perlu proses pengujian, tidak cukup hanya di lab. Proses pengujian itu sangat berisiko karena umumnya kurang dari 10% yang berhasil bahwa obat itu punya khasiat.
baca juga: Catat! BRIN Gelar Pameran Kendaraan Listrik 24 November Mendatang
Pengujian inilah yang mahal dan berisiko makanya industringgaksanggup masuk karena skala ekonomi industri farmasi kita belum terlalu besar kalau dibandingkan global. Apalagi kalau lembaga riset dan kampus,nggakmungkin sanggup. Bahkan, LIPI pun pada saat itu mencoba paling sanggup sekitar tiga formula. Kalau tiga formula dan cuma 10% yang berhasil, artinya nol.
BRIN memberikan sebanyak 800 spesimen dari 82 jenis tumbuhan langka dan hampir
punah kepada masyarakat di Kabupaten Bogor
Lihat Juga :
tulis komentar anda