Mengatasi Pandemi, Menyuburkan Pertumbuhan Ekonomi

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 07:59 WIB
baca juga: Pertumbuhan Ekonomi di Area Bandara Sultan Hasanuddin Meningkat 30 Persen

Kedua, mengingat pandemi itu belum juga akan berakhir, alokasi anggaran itu dianggap kurang memadai. Kemudian pemerintah menggandeng Bank Indonesia (BI) untuk berbagi beban fiskal (burden sharing) dalam mengatasi pandemi. Ketiga, oleh karena itu, disarankan agar pemerintah segera merealokasikan proyek-proyek non prioritas seperti Pembangunan Ibu kota Baru, Kereta Cepat dan infrastruktur lainnya. Tentang PSBB, diingatkan bahwa hal itu akan berdampak pada aktivitas produksi. Artinya, permintaan menurun (demand shock) dan pasokan terganggu (supply shock). Akhirnya, relaksasi pajak impor dan percepatan restitusi kurang efektif.

Keempat, pemerintah pun disarankan untuk fokus menanggulangi wabah dan upaya pencegahan penularan terutama di perkotaan karena sekitar 55% penduduk berada di perkotaan. Pemerintah perlu memperluas program bantuan langsung tunai (BLT), program keluarga harapan (PKH) dan bantuan pangan non tunai (BPNT). Program itu akan sangat membantu ketika makin banyak orang kehilangan pekerjaan. Kelima, itu semua membutuhkan biaya besar sehingga defisit anggaran dinaikkan.

baca juga: Pertumbuhan Ekonomi di Atas Rata-rata Nasional, Ini yang Dilakukan Banten

Stimulus fiskal lebih baik pada sektor kesehatan dan bantuan sosial penanggulangan wabah. Semua stimulus hendaknya melihat situasi, urutan prioritas dan waktu. Ingat, bahwa kerentanan sendi mikroekonomi paling pokok adalah kehilangan kapasitas permodalan bagi usaha kecil dan informal. Karena itu, disarankan agar program Pembiayaan UMi (ultra mikro), Permodalan Nasional Madani (PNM) Mekaar, Bank Wakaf Mikro, Lembaga Pengelola Dana Bergulir wajib lebih diintensifkan. Program Kartu Prakerja perlu diperluas pada angkatan kerja baru.

baca juga: Pemulihan Ekonomi Global dan Domestik Jadi Penggerak IHSG

Keenam, dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi terdapat beberapa skenario, yakni bentuk V: pola penurunan yang segera diikuti pemulihan secara cepat. Lalu, bentuk U: pola penurunan yang diikuti perlambatan cukup panjang sebelum akhirnya bangkit kembali. Kemudian, bentuk L: pola penurunan yang tak pernah diikuti pemulihan. Terkait dengan itu, pemerintah disarankan agar kebijakan ekonomi lebih berorientasi pada korban yakni mengupayakan keselamatan dan kesehatan manusia. China salah satu negara yang berhasil dalam memitigasi virus korona dengan memaksa penduduk untuk melakukan isolasi mandiri dengan disiplin tinggi.

baca juga: Indonesia-Turki Perkuat Kerja Sama di Bidang Kesehatan dan Pemulihan Ekonomi

Ketujuh, disarankan pula untuk dilakukan restrukturisasi kredit perbankan dan non perbankan seperti perusahaan pembiayaan. Langkah ini amat membantu bank dan non bank dalam menahan tekanan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dan arus kas nasabah. BI pun wajib menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan untuk mendukung PEN. Bank disarankan untuk terus menggeber penyaluran kredit selain menaikkan tingkat efisiensi untuk memenangi persaingan di tengah badai ekonomi. Apalagi pemerintah sudah mengucurkan insentif berupa penjaminan, penurunan suku bunga acuan, penipisan uang muka KPR dan kredit otomotif. Sungguh, buku ini sarat dengan sumbang saran sehingga patut disimak!

baca juga: Percepat Pemulihan Ekonomi, Erick Thohir Minta Apindo Jabar Bangun Roadmap Bersama
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More