Bergerak: Jawa dan Suriname

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 05:35 WIB
Situasi setelah Perang Dunia II disampaikan Koko Hendri Lubis: “Tahun 1949, santer terdengar keinginan mulih njowo ke seluruh Suriname. Banyak orang Indonesia mendukung gerakan karena sejak lama punya keinginan untuk pulang ke tanah air. Kalangan muda tampil menjadi pelopor. Mereka beralasan bahwa orang Jawa selalu menjadi anak tiri di Suriname.” Babak akhir perlahan terbaca agak melegakan bagi orang-orang ingin kembali ke Jawa, kembali ke rahim sejarah-kultural.

baca juga: Portal A Gama, 'Menggagahi Warisan, Menggilai Siborg'



Kita membuka buku berjudul Bunga Rampai: Dari Suriname ke Tongar (1989) susunan SM Hardjo. Di situ, terbaca: “Laporan secara lisan menyatakan bahwa tanggal 4 Januari 1954, dengan penghormatan oleh beribu-ribu bangsa Indonesia di Suriname, yang berdatangan dari segala penjuru serta penduduk Paramaribo, yang berjubel-jubel di pinggiran jalan dekat dermaga, berangkatlah KM Langkuas membawa penumpangnya yang terdiri dari 1000 itu, perlahan-lahan meninggalkan demarga Paramaribo.” Belasan hari, orang-orang itu sulit menahan kangen untuk lekas tiba di Indonesia. “Tanggal 5 Februari 1954, tibalah rombongan repatrian dari Suriname itu di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang,” tulis SM Hardjo.

baca juga: Mencari Makna Kebahagiaan dari Novel 'I Saw the Same Dream Again'

Adegan agak sedih tercantum dalam novel Koko Hendri Lubis: “Aku teringat semua orang yang kukenal di Suriname. Aku memandang ke seberang Plata Broki, apakah masih ada yang bisa kukenal. Terutama pada tahun-tahun terakhir sebelum 5 Januari 1954.” Perjalanan menuju tanah asal setelah memiliki lakon-lakon di Suriname. Begitu.

Judul : Permulaan Sebuah Musim Baru di Suriname

Penulis : Koko Hendri Lubis

Penerbit : Diva Press

Cetak : 2021
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More