Bergerak: Jawa dan Suriname

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 05:35 WIB
Bergerak: Jawa dan Suriname
Bandung Mawardi

Penulis buku Persembahan (2021) dan Terbaca: Sejenak Bertema Anak (2021)

Suguhan cerita bergerak jauh. Para tokoh menanggungkan nasib di Jawa. Mereka memutuskan pergi ke Suriname. Perjalanan dalam babak sejarah pernah menjadi berita-berita dan dipercakapkan sambil berimajinasi. Di hadapan kita, Jawa dan Suriname itu terbaca sebagai novel berjudul Permulaan Sebuah Musim Baru di Suriname gubahan Koko Hendri Lubis. Latar memang jauh tapi jarang terpilih para pengarang Indonesia ingin “mengangkut” sejarah dalam fiksi.

baca juga: Nalar Sains untuk Kemajuan Indonesia

Keluarga di Jogjakarta diceritakan mengalami gejolak nasib. Kematian, keributan, dan nafkah menjadi perkara gampang dilema. Keluarga tanpa janji keselamatan. Si bapak mencari nafkah tapi mengerti judi. Ibu berlaku tabah. Anak-anak bernasib tak keruan. Keluarga itu bermalapetakan mendapat pengesahan-pengesahan berbau mistik dan terpengaruhi latar sosial-politik.



Keluarga itu meninggalkan Jogjakarta, berharap berubah nasib. Perhitungan terjadi dengan kebijakan kolonial saat kebutuhan-kebutuhan hidup sulit terpenuhi dan nestapa belum sirna. Koko Hendri Lubis memberi penerangan dalam novel untuk mengubah nasib para tokoh: “Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi tingginya angka kemiskinan di Pulau Jawa, maka diputuskanlah untuk mengirim tenaga kerja ke Suriname yang masih merupakan wilayah koloninya.” Halaman-halaman dalam novel lekas berpindah latar Suriname. Di negeri jauh, orang-orang Jawa dibujuk bekerja dan mendapat nafkah mencukupi. Mereka bakal ditempatkan di perkebunan dan pertambangan. Keluarga itu “mengangguk”, bergerak ke Suriname: naik kapal bertanggal 21 Mei 1980.

baca juga: Kemewahan Bukan Jaminan Kebahagiaan



Kita membuka buku berjudul “Indonesia” Pada Pantai Lautan Atlantik (1955) garapan Yusuf Ismael. Buku “wajib” terbaca bagi orang-orang ingin mengenali Suriname masa lalu. Kita simak: “Pada tanggal 9 Agustus datanglah rombongan pertama imigran-imigran Indonesia di Suriname untuk keperluan perkebunan Marienburg. Pengiriman pertama itu oleh pengusaha maupun oleh pemerintah dianggap sebagai suatu pertjobaan.” Kesangsian untuk kesanggupan orang-orang asal Jawa bekerja di Suriname. Tahun demi tahun, imigran berdatangan tapi ada pula imigran dikembalikan ke Jawa. Pada 1890, tercatat ada 94 orang tiba di Suriname: 61 lelaki, 31 perempuan, 2 anak. Pada 1894, jumlah bertambah: 402 lelaki, 155 perempuan, dan 25 anak. Keluarga-keluarga asal Jawa ingin mengubah nasib di Suriname. Pada 1897, tercatat pengembalian para imigran ke Indonesia dengan beragam dalih.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More