Menteri LHK Ajak Negara G20 Pulihkan Lingkungan Secara Konkret
Jum'at, 23 Juli 2021 - 13:07 WIB
Dalam upaya mewujudkan kota berkelanjutan, Indonesia sudah efektif melaksanakan Roadmap Nasional Ekonomi Sirkular 2020-2024, dan meluncurkan Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengelolaan Sampah di seluruh Indonesia periode 2017-2025.
"Semoga 100% sampah kita bisa dikelola dengan baik pada tahun 2025, yaitu 30% dikurangi dan 70% dikelola secara sistematis," tambahnya.
Selanjutnya selama 3 (tiga) tahun belakangan, Indonesia telah memperkenalkan instrumen keuangan inovatif untuk alam, ekonomi, dan masyarakat, seperti Sukuk Hijau, SDG Bond dan Sukuk SDG. Demikian juga keuangan campuran SDG Indonesia One, untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang berorientasi SDG dan pemulihan bencana di Indonesia.
"Ini adalah beberapa contoh tindakan yang telah Indonesia lakukan. Sekarang saatnya bagi semua untuk walk the talk. Lebih banyak yang bisa dilakukan oleh dunia berkembang jika dunia internasional juga memenuhi komitmennya, termasuk dalam hal membuka sumber keuangan dan transfer teknologi," tegas Siti.
Di akhir paparannya Menteri Siti mengajak semua negara anggota G20 untuk melakukan aksi kolektif dan global kemitraan bersama-sama jika ingin mengatasi tantangan lingkungan global, karena aksi-aksi nasional saja tidak cukup.
"Kami mendorong G20 untuk memperkuat kerja sama kolektif dan memimpin dunia menuju pemulihan lingkungan yang berkelanjutan," pungkas Menteri Siti.
Hadir mendampingi Menteri LHK dalam G20 Enviroment Ministers' Meeting, Wakil Menteri LHK, Alue Dohong, Dirjen PPI selaku National Focal Point Indonesia untuk UNFCCC, Laksmi Dhewanti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenkomarinves, Nani Hendiarti.
Kemudian Dirjen PKTL Rhuanda Agung Sudardiman, Dirjen PHL Agus Justianto, Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kemlu, Hari Prabowo, Perwakilan dari Kementerian Koordinator Perekonomian dan Pejabat Tinggi Pratama KLHK terkait.
"Semoga 100% sampah kita bisa dikelola dengan baik pada tahun 2025, yaitu 30% dikurangi dan 70% dikelola secara sistematis," tambahnya.
Selanjutnya selama 3 (tiga) tahun belakangan, Indonesia telah memperkenalkan instrumen keuangan inovatif untuk alam, ekonomi, dan masyarakat, seperti Sukuk Hijau, SDG Bond dan Sukuk SDG. Demikian juga keuangan campuran SDG Indonesia One, untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang berorientasi SDG dan pemulihan bencana di Indonesia.
"Ini adalah beberapa contoh tindakan yang telah Indonesia lakukan. Sekarang saatnya bagi semua untuk walk the talk. Lebih banyak yang bisa dilakukan oleh dunia berkembang jika dunia internasional juga memenuhi komitmennya, termasuk dalam hal membuka sumber keuangan dan transfer teknologi," tegas Siti.
Di akhir paparannya Menteri Siti mengajak semua negara anggota G20 untuk melakukan aksi kolektif dan global kemitraan bersama-sama jika ingin mengatasi tantangan lingkungan global, karena aksi-aksi nasional saja tidak cukup.
"Kami mendorong G20 untuk memperkuat kerja sama kolektif dan memimpin dunia menuju pemulihan lingkungan yang berkelanjutan," pungkas Menteri Siti.
Hadir mendampingi Menteri LHK dalam G20 Enviroment Ministers' Meeting, Wakil Menteri LHK, Alue Dohong, Dirjen PPI selaku National Focal Point Indonesia untuk UNFCCC, Laksmi Dhewanti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenkomarinves, Nani Hendiarti.
Kemudian Dirjen PKTL Rhuanda Agung Sudardiman, Dirjen PHL Agus Justianto, Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kemlu, Hari Prabowo, Perwakilan dari Kementerian Koordinator Perekonomian dan Pejabat Tinggi Pratama KLHK terkait.
(maf)
tulis komentar anda