Menata Pendidikan Dasar

Jum'at, 21 Mei 2021 - 06:05 WIB
Di era persaingan ini, prestasi akademik yang tinggi menjadi dambaan setiap siswa dan orang tuanya. Orang tua mendorong anaknya ikut bermacam kursus (les). Berbagai kursus tersebut memang dapat meningkatkan wawasan anak, tetapi tak jarang anak menjadi sangat kelelahan baik mental maupun fisik karena tiada hari tanpa kursus. Kesibukan berkursus ini juga menghilangkan kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya yang merupakan sarana hidup bermasyarakat.

Kita semua berharap sangat banyak dari Kemendikbud Ristek untuk menata permasalahan pendidikan yang kompleks ini. Persoalan kesejahteraan guru sedikit banyak kini sudah teratasi. Guru telah mempunyai penghasilan yang lebih baik karena ada tunjangan pendidikan senilai satu kali gaji pokok. Bahkan pernah di suatu perguruan tinggi negeri calon mahasiswa program studi pendidikan guru naik tajam ketika pemerintah mulai melaksanakan kebijakan pemberian tunjangan untuk para guru. Academic excellence harus selaras dengan welfare excellence. Jadi benahi kurikulum, perbaiki sarana-prasarana pendidikan, dan selalu perhatikan kesejahteraan guru.

Setelah kita merdeka sekian puluh tahun lalu, bangsa ini harus menempatkan pembangunan SDM dengan prioritas tinggi. Kondisi sehat dan cukup gizi menjadi prasyarat penting untuk melahirkan SDM yang cerdas dan berkualitas. Pendidikan bagi anak-anak bangsa seyogianya lebih menekankan pada aspek analitik (kemampuan menganalisis informasi). Kemajuan teknologi tidak menginginkan manusia-manusia penghafal informasi karena informasi kini bisa diakses dalam hitungan detik melalui internet. Anak-anak yang semakin melek teknologi harus lebih diarahkan sehingga kegemarannya menggunakan komputer membawa dampak positif bagi daya pikirnya.

Pendidikan karakter adalah isu penting yang tidak boleh terabaikan. Emotional quotient harus semakin diasah sehingga generasi muda Indonesia akan bersikap lebih toleran, berjiwa sosial, dan mampu bekerja sama dalam berbagai hal.

Karakter amoral bangsa yang harus dijauhi adalah ketidakjujuran. Masih terdapat banyak tantangan dan oleh karena itu upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia harus terus-menerus ditegakkan. Kita adalah bangsa besar dan mungkin termasuk bangsa religius, oleh karena itu bangsa ini jangan sampai jatuh dan dicap sebagai bangsa korup. SDM Indonesia sejak usia dini harus diperkenalkan dengan pendidikan budi pekerti/akhlak, sehingga praktik-praktik ibadah tidak hanya sebatas di masjid, tetapi sinkron dengan pengamalan agama di tingkat masyarakat.
(bmm)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More