Investigasi vs Peninjauan Menyeluruh Covid-19?
Rabu, 20 Mei 2020 - 07:35 WIB
Kesimpulannya bahwa gagasan untuk menginvestigasi wabah virus korona walaupun kemudian dikompromikan menjadi peninjauan komprehensif agar bisa menerima dukungan banyak negara telah menempatkan kembali Australia dalam pusat perhatian diplomasi politik luar negeri dunia.
Posisi itu melengkapi kekuatan ekonomi Australia sebagai high-income country dengan PDB per kapita sebesar USD57.305, sementara Indonesia baru memasuki middle-income countries dengan pendapatan per kapita USD3.893.
Perbedaan kekuatan ekonomi ini sendiri bukan faktor yang menentukan apakah sebuah negara dapat mengambil posisi diplomasi yang kuat di panggung internasional. Faktor yang lebih utama adalah ideologi negara.
Indonesia yang baru merdeka dan miskin pada 1945 sudah bisa mampu membuat aliansi dengan negara-negara berkembang hingga lahir Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai jawaban atas Perang Dingin antara Blok AS dan Blok Uni Soviet. Indonesia bisa memilih pada saat itu menjadi tangan kanan Uni Soviet atau tangan kanan AS bila memilih mengutamakan pertumbuhan ekonomi.
Nyatanya, para pemimpin politik Indonesia pada masa itu lebih mengutamakan independensi dan berpihak kepada negara-negara yang masih atau baru selesai merdeka dari penjajahan. Pertanyaannya kemudian, peluang diplomasi apa yang sebetulnya dapat diambil untuk kepemimpinan Indonesia pascawabah virus korona? Apakah Indonesia tertantang untuk ikut mendefinisikan the new normal yang saat ini menjadi konsep yang populer?
Posisi itu melengkapi kekuatan ekonomi Australia sebagai high-income country dengan PDB per kapita sebesar USD57.305, sementara Indonesia baru memasuki middle-income countries dengan pendapatan per kapita USD3.893.
Perbedaan kekuatan ekonomi ini sendiri bukan faktor yang menentukan apakah sebuah negara dapat mengambil posisi diplomasi yang kuat di panggung internasional. Faktor yang lebih utama adalah ideologi negara.
Indonesia yang baru merdeka dan miskin pada 1945 sudah bisa mampu membuat aliansi dengan negara-negara berkembang hingga lahir Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai jawaban atas Perang Dingin antara Blok AS dan Blok Uni Soviet. Indonesia bisa memilih pada saat itu menjadi tangan kanan Uni Soviet atau tangan kanan AS bila memilih mengutamakan pertumbuhan ekonomi.
Nyatanya, para pemimpin politik Indonesia pada masa itu lebih mengutamakan independensi dan berpihak kepada negara-negara yang masih atau baru selesai merdeka dari penjajahan. Pertanyaannya kemudian, peluang diplomasi apa yang sebetulnya dapat diambil untuk kepemimpinan Indonesia pascawabah virus korona? Apakah Indonesia tertantang untuk ikut mendefinisikan the new normal yang saat ini menjadi konsep yang populer?
(poe)
tulis komentar anda