Daya Tahan APBN 2021

Senin, 22 Februari 2021 - 06:28 WIB
Ketiga, kerentanan dari segi struktur APBN yang lahir sebagai akibat kerentanan dari sisi penerimaan dan sisi belanja. Dalam arti sejauh mana komposisi penerimaan dan belanja ini adaptatif terhadap situasi pandemi yang sangat khusus ini, tanpa kehilangan daya ekspansi. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ternyata hanya bisa menjadi bantalan agar kita tidak jatuh terlalu dalam, tapi belum bisa mengangkat ke arah pertumbuhan yang positif. Pembenarnya adalah seakan tidak ada teori ekonomi yang disiapkan untuk menghadapi situasi krisis saat ini. Dunia menghadapi realitas yang sama sekali baru, dan tidak ada success story yang bisa dijadikan benchmark. Banyak negara maju terbata-bata membaca situasi setahun terakhir ini. Belum ada yang bisa meraba sejauh mana stimulus perekonomian yang dimodali utang, mampu mengatasi persoalan. Atau, sampai berapa tahun dampak dari kebijakan yang diambil dalam masa darurat ini.

Dalam hal APBN kita, desain atas penerimaan pajak misalnya. Bagaimana dirancang agar tetap dapat memberikan pemasukan bagi negara, yang pada akhirnya menggerakkan belanja pemerintah; namun di lain sisi juga memainkan peran sebagai insentif. Dalam hal ini insentif yang menunjang investasi dan menggerakkan sektor produksi. Pemberian insentif ini berdampak langsung pada penurunan penerimaan pajak, dengan harapan akan menstimulasi komponen pertumbuhan ekonomi yang lain. Komposisi penurunan penerimaan pajak ini sejauh mana mampu dikompensasi oleh tumbuhnya belanja rumah tangga, investasi, maupun menggerakkan ekspor.

Komposisi belanja kita yang dalam APBN 2021 mencapai sekitar Rp2.750 triliun, sebesar 20% atau Rp550 triliun dialokasikan untuk sektor pendidikan sesuai amanat konstitusi. Alokasi kedua terbesar adalah untuk infrastruktur sebesar Rp417,4 triliun dan berikutnya adalah perlindungan sosial yang mencapai Rp408,8 triliun. Tantangan untuk alokasi perlindungan sosial yang besarnya signifikan ini adalah bagaimana menyiapkan desain yang mampu mendorong gerak perekonomian menjadi ekspansif dan menjadi bukti kehadiran negara di tengah kesulitan rakyat, tapi tak boleh berhenti sebagai sebentuk charity belaka.

Daya Tahan APBN

Tahun 2021 harus menjadi tahun pemulihan berbasis harapan yang realistik. Daya lentur APBN 2021 diuji karena mempunyai banyak kerentanan yang harus diantisipasi dengan solusi-solusi yang konkret. Pengalaman selama hampir setahun hidup di tengah pandemi membawa kita semua lebih mampu menata harapan. Desain dan postur APBN menjadi harapan, baik bagi pemerintah maupun dunia usaha, karena di dalam APBN tidak hanya menyangkut angka-angka. Di balik angka-angka tersebut tersimpan banyak cerita tentang kekuasaan dan kewenangan negara, di mana kehadirannya harus nyata dan dirasakan.

Salah satu kunci harapan itu adalah ketika Presiden Jokowi memutuskan pemberian vaksin Covid-19 gratis bagi seluruh rakyat Indonesia, yang saat ini sudah mulai berjalan. Vaksin Covid-19 ini bahkan disebut sebagai game changer oleh banyak kalangan. Namun, sekali lagi kita juga perlu menjaga harapan agar tetap realistis. Vaksinasi benar akan dikatakan sebagai game changer ketika telah mampu mencapai batas tertentu di mana terbentuk herd immunity. Dengan terbentuknya herd immunity, aktivitas sosial masyarakat diharapkan berjalan normal. Begitu pun aktivitas ekonomi masyarakat kembali berjalan, dunia usaha bergerak di semua lini; sehingga mengurangi beban pada pundak APBN. Pada dasarnya ekonomi digerakkan tidak hanya oleh ekspansi APBN, melainkan oleh semua aktivitas masyarakat karena ekonomi adalah aktivitas peradaban.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(war)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More