Peran Strategis Kader NU Kembalikan Kejayaan PPP
Jum'at, 04 Desember 2020 - 15:03 WIB
Namun ternyata, jajaran kepengurusan PPP yang sudah tersebar di seluruh penjuru tanah air masih banyak yang menunjukkan loyalitasnya untuk tidak berpindah ke lain hati. Walhasil Pemilu 1999, pesta demokrasi pertama di era reformasi perolehan PPP masih menempati urutan ketiga secara nasional.
Prestasi ini, tidak terlepas dari istiqomahnya para fungsionaris PPP di seluruh Indonesia, utamanya para kader NU yang bahkan saat itu posisi puncak Ketua Umum PPP dipercayakan kepada kader NU, yaitu Dr. Hamzah Haz yang selanjutnya mengantarkannya menjadi wakil presiden. Posisi ini termasuk yang oleh pengamat dianggap efektif membendung perpindahan sebagian kader dan pemilih nahdliyin dari PPP ke partai lain.
Untuk masa-masa selanjutnya kader-kader NU selalu mendominasi dalam dinamika politik di PPP dengan segenap kelebihan dan kekurangannya. Basis-basis massa Nahdliyin juga masih menjadi pendulang utama suara dan kursi PPP.
Yang tidak kalah penting adalah tampilnya sesepuh PPP sebagai figur sentral yang menjadi tokoh besar nasional yang memiliki pengaruh luas di masyarakat seperti almarhum KH Maimoen Zubair (Mbah Moen). Beliau menjadi perekat dan penyelamat di saat PPP mengalami ujian perpecahan.
Benang Merah PPP dan NU
Jati diri, visi, dan prinsip perjuangan PPP tegak lurus dengan NU. Dengan melihat benang merah PPP dan NU, tidak bisa dilepaskan begitu saja PPP dari NU. Selain karena ikatan historis dan kultural maka ada ikatan tanggung jawab yang sama untuk saling bersinergi dalam upaya mewujudkan tujuan mulia.
Karena NU bukan merupakan lembaga politik praktis, maka tidak salah jika menyerahkan sebagian aspirasi politiknya kepada partai yang memiliki hubungan sejarah serta kesamaan paradigma keagamaan dan kebangsaan. PPP memiliki basis ikatan yang kuat untuk tidak lari menjauh dari amanah perjuangan NU.
Kejayaan PPP sedikit banyak pasti akan merepresentasikan kejayaan NU. Oleh karena itu, bisa dikatakan dalam tanggung jawab NU ada tanggung jawab PPP, begitu sebaliknya. Sehingga adanya kebutuhan tampilnya pelaku atau aktor dalam posisi dan peran yang sama menjadi sebuah keniscayaan.
Kader NU menjadi kader PPP atau sebaliknya. Dengan kata lain, terhadap eksistensi dan kejayaan PPP di negeri ini ada sebagian yang mengharuskan menuntut tanggung jawab kader-kader NU.
Merebut Kembali Simpati Basis Kaum Santri
Prestasi ini, tidak terlepas dari istiqomahnya para fungsionaris PPP di seluruh Indonesia, utamanya para kader NU yang bahkan saat itu posisi puncak Ketua Umum PPP dipercayakan kepada kader NU, yaitu Dr. Hamzah Haz yang selanjutnya mengantarkannya menjadi wakil presiden. Posisi ini termasuk yang oleh pengamat dianggap efektif membendung perpindahan sebagian kader dan pemilih nahdliyin dari PPP ke partai lain.
Untuk masa-masa selanjutnya kader-kader NU selalu mendominasi dalam dinamika politik di PPP dengan segenap kelebihan dan kekurangannya. Basis-basis massa Nahdliyin juga masih menjadi pendulang utama suara dan kursi PPP.
Yang tidak kalah penting adalah tampilnya sesepuh PPP sebagai figur sentral yang menjadi tokoh besar nasional yang memiliki pengaruh luas di masyarakat seperti almarhum KH Maimoen Zubair (Mbah Moen). Beliau menjadi perekat dan penyelamat di saat PPP mengalami ujian perpecahan.
Benang Merah PPP dan NU
Jati diri, visi, dan prinsip perjuangan PPP tegak lurus dengan NU. Dengan melihat benang merah PPP dan NU, tidak bisa dilepaskan begitu saja PPP dari NU. Selain karena ikatan historis dan kultural maka ada ikatan tanggung jawab yang sama untuk saling bersinergi dalam upaya mewujudkan tujuan mulia.
Karena NU bukan merupakan lembaga politik praktis, maka tidak salah jika menyerahkan sebagian aspirasi politiknya kepada partai yang memiliki hubungan sejarah serta kesamaan paradigma keagamaan dan kebangsaan. PPP memiliki basis ikatan yang kuat untuk tidak lari menjauh dari amanah perjuangan NU.
Kejayaan PPP sedikit banyak pasti akan merepresentasikan kejayaan NU. Oleh karena itu, bisa dikatakan dalam tanggung jawab NU ada tanggung jawab PPP, begitu sebaliknya. Sehingga adanya kebutuhan tampilnya pelaku atau aktor dalam posisi dan peran yang sama menjadi sebuah keniscayaan.
Kader NU menjadi kader PPP atau sebaliknya. Dengan kata lain, terhadap eksistensi dan kejayaan PPP di negeri ini ada sebagian yang mengharuskan menuntut tanggung jawab kader-kader NU.
Merebut Kembali Simpati Basis Kaum Santri
tulis komentar anda