Utamakan Pendidikan Anak Usia Dini
Jum'at, 27 November 2020 - 05:28 WIB
Pendampingan Telaten
Perihal mengajarkan anak membaca dan menulis di level anak usia dini memang perkara yang dilematis. Apalagi terdapat sekolah dasar yang mematok kemampuan membaca sebagai salah satu poin penerimaan siswa. Hal tersebut menyebabkan orang tua pun merasa tertekan untuk membuat anak bisa membaca di usia dini. Padahal, tidak semua anak siap secara mental dan psikologis serta memiliki kecermatan dan ketelatenan ketika mempelajari angka dan huruf.
Anak-anak akan tertekan secara psikologis jika guru-guru PAUD yang mengajar tidak telaten dan menggunakan metode yang menyenangkan dan variatif. Pada akhirnya mereka dapat membaca dan berhitung, tetapi tidak menikmati kegiatan membaca buku dan mempelajari ilmu eksakta. Poin pentingnya adalah setiap anak berbeda dari segi kesiapan dan kemampuan. Peran guru dan orang tua adalah membaca kesiapan anak dan memberikan perlakuan yang tepat bagi anak secara individu.
Salah satu hal yang menenangkan kami adalah dua ibu guru yang mendampingi anak kami belajar adalah sosok yang sangat telaten dan mengajar dengan cara yang asyik. Berbagai metode digunakan agar anak-anak tertarik untuk belajar dengan asyik dan menyenangkan meski via layar. Porsi pembelajaran betul-betul disesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Belajar riang gembira dengan banyak permainan menjadi utama dibanding penguatan kognisi atau literasi dasar yang tradisional dan serbatekstual.
Kajian Susan Edwards dan rekan-rekannya (2020) memang menunjukkan pentingnya berbagai permainan terpadu untuk anak usia dini untuk mengembangkan kapasitas yang multimodal, interaksi global dan lokal dan juga antara yang tradisional dan digital. Pembelajaran bagi anak usia dini kemudian difokuskan untuk melakukan eksplorasi, pemecahan masalah, dan diskusi. Tentu saja disesuaikan dengan perkembangan anak dan memang sangat ditunjang oleh infrastruktur yang memadai.
Membangun Karakter
Salah satu aspek yang menurut saya sangat penting bagi tumbuh kembang dan karakter anak adalah momen di mana anak-anak diajak untuk memiliki rasa peduli terhadap keluarga, teman, hewan peliharaan, dan tumbuhan. Saya menyimak, dalam beberapa momen, guru memandu anak dengan pertanyaan reflektif seperti “perbuatan baik apa yang sudah dilakukan di rumah?” Dan, kemudian meminta mereka menggambarkannya, tentu sesuai imajinasi anak-anak, mungkin dengan tujuan anak, mengingat bahwa sharing dan caring adalah hal yang penting dalam hidup ini.
Salah satu internalisasi ampuh terkait dengan kepedulian terhadap alam dilakukan beberapa waktu terakhir. Guru memberikan bibit tanaman dan sebuah pot. Orang tua diminta menyiapkan tanah di pot dan anak-anak menabur bibit tersebut. Anak-anak diminta untuk merawat tanaman masing-masing, mulai menyiram hingga memastikan tanaman tersebut mendapat cahaya matahari yang cukup. Beberapa hari sekali, guru akan memastikan tumbuh kembang tanaman tersebut. Anak-anak TK ini tidak diberi konsep rumit bahwa penting sekali menjaga alam. Anak-anak cukup dikenalkan langsung pada proses tumbuh kembang tanaman.
Internalisasi penting lainnya adalah pengucapan terima kasih secara berulang. Setiap anak-anak melakukan aktivitas apa pun, kedua guru akan mengucapkan “terima kasih” disertai senyuman lebar. Di dunia di mana kekerasan semakin menggejala, kata “terima kasih” dan “maaf” adalah dua mantra yang harus terus dikukuhkan.
Proses pendidikan adalah ketangguhan menemani anak-anak. Salah satu bagian penting yang dibangun adalah dialog antara anak, guru, dan orang tua. Kami beruntung, secara responsif kedua guru mendengarkan segala macam kekhawatiran kami dan memberikan saran-saran yang diperlukan. Proses ini menjadikan pendidikan milik bersama dan berfokus pada kebutuhan anak, bukan ambisi orang tua atau guru.
Perihal mengajarkan anak membaca dan menulis di level anak usia dini memang perkara yang dilematis. Apalagi terdapat sekolah dasar yang mematok kemampuan membaca sebagai salah satu poin penerimaan siswa. Hal tersebut menyebabkan orang tua pun merasa tertekan untuk membuat anak bisa membaca di usia dini. Padahal, tidak semua anak siap secara mental dan psikologis serta memiliki kecermatan dan ketelatenan ketika mempelajari angka dan huruf.
Anak-anak akan tertekan secara psikologis jika guru-guru PAUD yang mengajar tidak telaten dan menggunakan metode yang menyenangkan dan variatif. Pada akhirnya mereka dapat membaca dan berhitung, tetapi tidak menikmati kegiatan membaca buku dan mempelajari ilmu eksakta. Poin pentingnya adalah setiap anak berbeda dari segi kesiapan dan kemampuan. Peran guru dan orang tua adalah membaca kesiapan anak dan memberikan perlakuan yang tepat bagi anak secara individu.
Salah satu hal yang menenangkan kami adalah dua ibu guru yang mendampingi anak kami belajar adalah sosok yang sangat telaten dan mengajar dengan cara yang asyik. Berbagai metode digunakan agar anak-anak tertarik untuk belajar dengan asyik dan menyenangkan meski via layar. Porsi pembelajaran betul-betul disesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Belajar riang gembira dengan banyak permainan menjadi utama dibanding penguatan kognisi atau literasi dasar yang tradisional dan serbatekstual.
Kajian Susan Edwards dan rekan-rekannya (2020) memang menunjukkan pentingnya berbagai permainan terpadu untuk anak usia dini untuk mengembangkan kapasitas yang multimodal, interaksi global dan lokal dan juga antara yang tradisional dan digital. Pembelajaran bagi anak usia dini kemudian difokuskan untuk melakukan eksplorasi, pemecahan masalah, dan diskusi. Tentu saja disesuaikan dengan perkembangan anak dan memang sangat ditunjang oleh infrastruktur yang memadai.
Membangun Karakter
Salah satu aspek yang menurut saya sangat penting bagi tumbuh kembang dan karakter anak adalah momen di mana anak-anak diajak untuk memiliki rasa peduli terhadap keluarga, teman, hewan peliharaan, dan tumbuhan. Saya menyimak, dalam beberapa momen, guru memandu anak dengan pertanyaan reflektif seperti “perbuatan baik apa yang sudah dilakukan di rumah?” Dan, kemudian meminta mereka menggambarkannya, tentu sesuai imajinasi anak-anak, mungkin dengan tujuan anak, mengingat bahwa sharing dan caring adalah hal yang penting dalam hidup ini.
Salah satu internalisasi ampuh terkait dengan kepedulian terhadap alam dilakukan beberapa waktu terakhir. Guru memberikan bibit tanaman dan sebuah pot. Orang tua diminta menyiapkan tanah di pot dan anak-anak menabur bibit tersebut. Anak-anak diminta untuk merawat tanaman masing-masing, mulai menyiram hingga memastikan tanaman tersebut mendapat cahaya matahari yang cukup. Beberapa hari sekali, guru akan memastikan tumbuh kembang tanaman tersebut. Anak-anak TK ini tidak diberi konsep rumit bahwa penting sekali menjaga alam. Anak-anak cukup dikenalkan langsung pada proses tumbuh kembang tanaman.
Internalisasi penting lainnya adalah pengucapan terima kasih secara berulang. Setiap anak-anak melakukan aktivitas apa pun, kedua guru akan mengucapkan “terima kasih” disertai senyuman lebar. Di dunia di mana kekerasan semakin menggejala, kata “terima kasih” dan “maaf” adalah dua mantra yang harus terus dikukuhkan.
Proses pendidikan adalah ketangguhan menemani anak-anak. Salah satu bagian penting yang dibangun adalah dialog antara anak, guru, dan orang tua. Kami beruntung, secara responsif kedua guru mendengarkan segala macam kekhawatiran kami dan memberikan saran-saran yang diperlukan. Proses ini menjadikan pendidikan milik bersama dan berfokus pada kebutuhan anak, bukan ambisi orang tua atau guru.
Lihat Juga :
tulis komentar anda